Babak Baru Kisah Spiritual Mas Thole : Perjalanan Ke Barat Buku 2
Tangan Mas Thole tiba-tiba berkelabat cepat, tangan kanannya keatas seperti gerakan menahan udara. Bersamaan
dengan itu, kesadarannya berkecepatan cahaya, meluas meliputi angkasa, berada
diatas awan. Kesadarannya berada diluar langit, melihat seluruh permukaan bumi
dibawahnya. Kilatan gerakan energi kesadarannya jika digambarkan menyerupai efek dentuman, bagai gelombang
getaran yang merambat dengan cepatnya. Meliputi seluruh keadaan disana.
Kesadarannya terus mencari pijakan ruang dan waktu. Bertanya kepada KAMI yang
telah mengirimkannya ke pulau ini. Disebuah pulau terluar nusantara, ‘Pulau
Sebatik’ namanya. Kini dia sedang berdiri di sebuah bukit tempat pos penjagaan
Indonesia, bernama ‘Bukit Keramat’. Bukit yang konon kata warga sekitar, banyak
diliputi misteri keberadaannya. Entah mengapa Mas Thole berhenti dan berdiri
disini.
Rrr..rt…blas..blas..!. Kecepatannya tak terkata, rambatannya bersama
cahaya. Pertanyaannya telah membuncah mencari jawaban, menggetarkan
rongga-rongga udara, menyeruak diantara angin dan awan yang sedang terdiam
disana. “Apakah disini tempatnya, jika
memang harus disini, tunjukanlah kepada hamba yang lemah ini. Berikanlah
tanda-tanda agar hamba mengerti.” Seiring doa yang terus didengungkan menerobos
alam-alam dimensi. Nampak dilangit sana gumpalan awan hitam seperti dikomando
bergerak menaungi Pulau Sebatik. Pulau yang tidak terlalu luas ini seketika
gelap sekali keadaannya. Peristiwa yang hanya berlangsung beberapa menit ini
nampaknya tidak menarik perhatian para penjaga pos perbatasan yang tengah
berada di gardu penjagaan di Bukit Keramat ini.
Dari balik gumpalan awan itu tiba-tiba selarik cahaya menerobos
memasuki tangan kanan Mas Thole yang masih dalam posisi seperti menahan udara.
Cahaya itu seperti membawa informasi yang sanggup dimengerti oleh Mas Thole.
Itulah jawaban KAMI. “Benar disinilah tempatnya”.
Tempat dimana akan ditancapkan ‘Tonggak Kesadaran’ sebagai awal berdirinya nusantara
baru. Tonggak yang akan menjadi penanda bahwa telah lahir kesadaran baru di
bumi nusantara ini. Kesadaran yang akan segera meliputi kesadaran-kesadaran
lainnya. Kesadaran yang akan terus menjaga keharmonisan alam semesta bumi
nusantara ini. Berada dibawah panji-panji kesadaran nusantara baru. “Yah,
benar di tempat ini.” Seperti ada yang berbisik kuat sekali di dalam
hatinya. Mas Thole seakan-akan mendapat keyakinan utuh atas pencariannya itu.
Maklum sejak dari keberangkatannya, dia sendiri tidak mengerti tugas apa yang
disandangnya itu. Baru setelah menginjakkan kaki di pulau baru dia diberitahukan
tugasnya. Tugas kali ini benar-benar misteri sekali.
Segera saja Mas Thole bergegas memberitahukan kepada dua rekannya.
Untuk segera beranjak dari tempat dimana sekarang mereka berdiri. Akan ada
badai dan hujan sebentar lagi menandai di tancapkan tonggak kesadaran nusantara
baru ini. Mereka harus bersegera,
berkejaran dengan waktu. Titik tempat penancapan tidaklah disitu, mereka harus
terus berjalan hingga sampai ke patok 3, tempat perbatasan Indonesia dan
Malaysia, dari sana nanti akan diberikan petunjuk lagi.
Maka bergegaslah mereka berangkat. Kembali menyusuri Pulau Sebatik.
Pulau yang nampaknya hampir sama dengan pulau lainnya di Indonesia. Namun jika
dicermati dari hawanya akan terasa
sangat beda sekali. Banyak kesadaran-kesadaran disana yang tumpang tindih. Mestinya
kita harus lebih memperhatikan keadaan pulau-pulau terluar nusantara, agar
kesadaran mereka tidak merasa terabaikan atau disingkirkan. Kesadaran mereka
bagai anak yang kehilangan ibunya. Ibu yang sudah tidak mengenal anaknya lagi.
Walau Ibu sendiri tahu bahwa mereka adalah anak-anaknya juga. Anak yang
terabaikan.
Dalam perjalanan kembali menyusuri lokasi yang diinginkan KAMI, Mas Thole menerawang kembali kisah perjalanannya kali ini. Kisah yang semestinya tidak dikisahkan lagi, entah mengapa beberapa kejadian, telah membuat dirinya berfikir ulang kembali atas keputusannya itu. Timbul pertanyaan dalam dirinya, “Mengapakah tidak disampaikan khabar-khabar ini .” Maka disinilah awal mulanya kisah ‘Babak Baru Kisah Spiritual Mas Thole dalam Kisah Perjalanan Ke Barat Buku 2’.
Dalam perjalanan kembali menyusuri lokasi yang diinginkan KAMI, Mas Thole menerawang kembali kisah perjalanannya kali ini. Kisah yang semestinya tidak dikisahkan lagi, entah mengapa beberapa kejadian, telah membuat dirinya berfikir ulang kembali atas keputusannya itu. Timbul pertanyaan dalam dirinya, “Mengapakah tidak disampaikan khabar-khabar ini .” Maka disinilah awal mulanya kisah ‘Babak Baru Kisah Spiritual Mas Thole dalam Kisah Perjalanan Ke Barat Buku 2’.
****
Batu gunung tetap tegap tegar
Meski angin badai menerjang
Batu karang tak hendak
terhempas
Meski ombak terjang menerjang
Mas Thole dalam perjalanan kapal
menuju Nunukan
Mengamati ombak yang berkejaran dari buritan kapalnya
Memandang karang disana, dan batu di perbukitan
Sejauh jauh mata memandang
+++
Mengamati ombak yang berkejaran dari buritan kapalnya
Memandang karang disana, dan batu di perbukitan
Sejauh jauh mata memandang
+++
Dermaga kecil kota Nunukan, riuh
suasananya. Cakrawala menampakan pesona. Langit lazuardi, biru menaungi, melingkupi suasana dan awan
yang putih diatasnya. Bergumpalan bagai gula-gula kapas membentuk sebuah formasi,
menggantung tanpa tali. Sungguh keindahan yang menakjubkan. Siang hari waku
itu, pukul Sabtu, 11.00 WIT ( 16/13). Pandangan Mas Thole menerawang jauh ke hamparan
lautan luas tak berujung. Pesona indah alam semesta bumi nusantara dibagian
ujung terluarnya.
Tampak dari sisi sebelah kiri
dermaga, sebuah pulau kecil entah apa namanya. Keadaannya tidaklah menyerupai
pulau, namun lebih menyerupai gundukan hutan bakau yang luas memanjang. Nampak menghiasi sudut
pandangan. Terlihat kedua rekannya asyik
berfoto lari kesana kemari mengambil posisi.
Mereka baru saja menjejakkan kaki dikota ini, setelah menempuh 2,5 jam
perjalanan menggunakan speedboat dari kota Tarakan. Rahsa penat, sudah dari
kemarin ini, tepatnya Jumat (15/13) dia berangkat jam 2.00 WIB pagi dini hari dari
rumahnya. Tugasnya yang sangat mendadak
sekali, nyaris tanpa persiapan sama sekali. Episode kisah perjalanan spiritual
entah mengapa harus dikisahkan lagi.
Jaman kalabendu sudah dimulai dan
gongnya sudah ditambuh dari utara. Sebagaimana sudah diberitakan oleh KAMI.
Badai topan Haiyan, yang menelan ribuan nyawa manusia, menjadi kisah pembuka,
bukankah rentetan berikutnya lebih dahsyat ?. Mas Thole menggigit bibirnya
sendiri. Keengganan dirinya memulai kisah-kisahnya lagi, menyebabkan semua kontrakdiksi
ini. Bukan apa-apa, menjadi pertanyaannya, akankah apa yang disampaikannya ini
tidak menjadi fitnah lainnya ?. Fitnah yang kemudian akan menjadikan dirinya
teraliensi, sebab berapa banyak manusia yang menganggap mengada-ada. Itulah
keadaan yang akan menimpanya nanti. Dan kisah inipun, hasil perjuangan yang
panjang, hasil diskusinya dengan Pambayun dan juga dengan Ki Ageng, menyoal
patutkah rangkaian kisah spiritual ini dikisahkan kembali diruangan ini. “Berita atas alam , siapakah yang peduli !.
He eh..!.” Kadang kesalnya menyeruak, jika menyoal itu.
Keyakinan Mas Thole untuk
mengkisahkan kembali didapat setelah diskusi dengan Ki Ageng. Semua terjadi
secara kebetulan, saat dirinya sedang di bandara Tarakan. Beberapa SMS Ki Ageng
tiba-tiba menyergah dengan pesan-pesan. Seakan-akan mengetahui apa yang terjadi
dengan Mas Thole. Secara realitas memang tidak terjadi apa-apa, namun
sesungguhnya di alam kesadaran (ghaib) Mas Thole sedang berdiskusi dengan para
ghaib dari Kasultanan Cirebon dari trah menyamping. Mereka adalah trah Ki Sapu
Jagad, yang mendatangi Mas Thole. Sebelumnya memang telah terjadi prosesi anak
keturunan mereka, saat mereka menginap di Tarakan kemarin malam ini. Dan
sekarang ini mereka berdatangan, usai salah satunya. Sesungguhnya mereka salah
mengerti saja. Mereka merasa terusik dengan campur tangan Mas Thole atas anak
keturunan mereka itu. Terjadilah diskusi makrifat dan tasawuf tingkat tinggi.
Mas Thole berusaha untuk tetap
dalam kesadarannya, jangan sampai kesadarannya melemah dan kemudian dikuasai
mereka. Mereka berebutan berbicara melalui anak keturunan mereka itu, yang
duduk berhadapan dengan Mas Thole. Anehnya dia merasa seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Satu
hal, mereka tidak mau disebut sebagai orang Sunda. Mereka lebih suka disebut
sebagai orang Cirebon. Kesadaran mereka dengan Prabu Siliwangi rahsanya memang
ada sedikit ganjalan disana. Itu yang dirasakan Mas Thole. Entah seperti apa,
belum ada waktu bagi Mas Thole menyelidikinya. Bagaimana Mas Thole tidak kewalahan berdebat
dengan mereka itu. Diskusi yang menguras energinya menyebabkan sakit kepala
sebelah kiri. Sehingga Mas Thole harus sholat di masjid bandara itu untuk
menetralisirnya. Selesai sholat itulah beberapa SMS dan WA Ki Ageng terus saja
berdatangan, dan inilah cuplikannya.
16:43 17 Nov - Ki Ageng:
Mendadak ada pesan.. Be yourself.
16:43 17 Nov - Ki Ageng: You are
the master of your body.
16:44 17 Nov - Ki Ageng: You are
the one control your body.
16:44 17 Nov - Ki Ageng: You are
the teacher.
16:44 17 Nov - Ki Ageng: Be your
self.
16:44 17 Nov - Ki Ageng: You the
one know of your self.
16:46 17 Nov - Ki Ageng:
Explore.. journey.. amati.. the purpose is just the test.
16:46 17 Nov - Ki Ageng: It is a
batleground. Be survive. To be the winner.
16:46 17 Nov - Ki Ageng: Be your
self.
16:46 17 Nov - Ki Ageng: If you
win. You deserve to be the best.
16:47 17 Nov - Ki Ageng: It is
test. It just test for you. If you deserve or not. To be winning the battle.
17:57 17 Nov - Mas Thole:
ok..dipahami
16:52 17 Nov - Ki Ageng: Be
yourself.. dalam diri ada tiga supir.. ada driver... ada tiga driver utama..
kanan kiri dan tengah.. dan ada banyak sekali penumpang.
16:53 17 Nov - Ki Ageng: Yg di
tengah ... supir utama nyalah kamu.. aku... Sang diri.. jadilah diri.
16:53 17 Nov - Ki Ageng: dia yg
tahu.. Islam menyebut bashiroh
18:14 17 Nov - Mas Thole: ya ya,
insyaallah
Rangkaian WA tersebut terus bersambung, di hari berikutnya ;
18:30 17 Nov - Mas Thole: bs tau
ga knp dia kok tiba2 sj menyampaikan..
19:12 17 Nov - Ki Ageng: Saya
ngga nanya dia.
19:12 17 Nov - Ki Ageng: hanya bilang dipaksa untuk bicara. Bukan dia
yg ingin bicara.
19:13 17 Nov - Ki Ageng: Makanya dia bicara panjang lebar. Menjelaskan banyak sekali.
19:51 18 Nov - Mas Thole: Ada
khabar dr nya lg gak mas?
18:53 18 Nov - Ki Ageng: Banyak.
Cuma prinsipnya masih sama. Yaitu untuk menjadi diri sendiri.
20:00 18 Nov - Mas Thole: nah
itu yg aneh
18:54 18 Nov - Ki Ageng:
Mengamati konstruksi alam. Bagaimana cara kerja kerajaan binatang. Kerajaan
semut.
20:01 18 Nov - Mas Thole:
mengapa pesan diulang2
20:01 18 Nov - Mas Thole: ada
sesuatu yg ingin disampaikan
18:55 18 Nov - Ki Ageng:
Organisasi binatang dan struktur kesadaran mereka.
18:56 18 Nov - Ki Ageng: Intinya
untuk membedakan level kesadaran.
20:03 18 Nov - Mas Thole: ya di
martabat 7 tasawuh mengajarkan itu
18:57 18 Nov - Ki Ageng:
Contohnya disebutkan tentang satu kesadaran di semut pekerja. Yg beda kesadaran
dg semut ratu.
20:03 18 Nov - Mas Thole: be
yourself
18:57 18 Nov - Ki Ageng: Iya.
Saya masih belum tahu benang penghubungnya.
20:04 18 Nov - Mas Thole: Ada sy
merasa tapi tdk tau apa
18:58 18 Nov - Ki Ageng: Masih
ngambang.
18:58 18 Nov - Ki Ageng: Seperti
tahu tapi juga tidak.
20:05 18 Nov - Mas Thole: yg kt
kaji adalah tentang itu terus mengamati diri
19:00 18 Nov - Ki Ageng: Ya
betul. Menjadi joki dari kuda perang.
20:06 18 Nov - Mas Thole: tapi
mengapa Kami berkata be yourself?
19:01 18 Nov - Ki Ageng: Kemarin
dibicarakan. Yg tahu tugasnya adalah diri.
20:07 18 Nov - Mas Thole:
diulang2 bknkah ada yg aneh
19:01 18 Nov - Ki Ageng: Apa
kita masih belum menjadi diri?
20:08 18 Nov - Mas Thole: Ada
pesan agar diri mampu membaca
20:08 18 Nov - Mas Thole:
menjadi diri baru bs baca pesan langit itu
19:03 18 Nov - Ki Ageng:
Betul... ya betul... betul.
20:09 18 Nov - Mas Thole: apa kt
di minta kontemplasi
20:10 18 Nov - Mas Thole:
meditasi
19:03 18 Nov - Ki Ageng: Itu yg dia katakan. Nya menjadi dirinya
19:04 18 Nov - Ki Ageng: Betul.
Itu yg diminta nya
19:04 18 Nov - Ki Ageng: Dia
minta untuk semakin meditasi
19:05 18 Nov - Ki Ageng:
Berulang kali. Dia minta dan menyuruh untuk semakin kuat meditasi
20:11 18 Nov - Mas Thole:
syukurlah sy paham kalau gt
20:12 18 Nov - Mas Thole: Kita
disuruh bersiap
20:13 18 Nov - Mas Thole:
meditasi di goa hiro
20:13 18 Nov - Mas Thole: sampai
datang pesan2 jibril
20:14 18 Nov - Mas Thole:
membaca pesan2 langit
20:14 18 Nov - Mas Thole: waduh
19:08 18 Nov - Ki Ageng: baru saja menjelaskan.
19:09 18 Nov - Ki Ageng: The
body have a lot of secret
20:15 18 Nov - Mas Thole: apa
itu
19:09 18 Nov - Ki Ageng: The
Creator create a lot of secret. Our duty to unlock the secret.
19:10 18 Nov - Ki Ageng: Tugas
kita membuka kunci.
19:10 18 Nov - Ki Ageng: Decode
the password
19:10 18 Nov - Ki Ageng: Mencari
password dari raga kita.
19:11 18 Nov - Ki Ageng: You
must understand yourself before understand others.
19:11 18 Nov - Ki Ageng: Kita
harus membuka rahasia diri sebelum mencoba mengerti yg lain. Itu pesannya
barusan.
19:12 18 Nov - Ki Ageng: Decode
the password.
19:12 18 Nov - Ki Ageng: Be
yourself. You the one can do. Bukan Kami. Kami hanya memandu.
19:13 18 Nov - Ki Ageng: Be
yourself. Open the doors. Know yourself then know others.
20:19 18 Nov - Mas Thole: Ya
ya...masalahnya kt ga tau sampai dmn diri kt
19:14 18 Nov - Ki Ageng: Kita
tahu dan akan diberi tahu pd saatnya.
19:15 18 Nov - Ki Ageng: Pesan
itu akan dimasukkan ke jiwa..ke diri.. ke aku.. ke hati.. apapun sebutannya
itu.
20:21 18 Nov - Mas Thole:
oke..coba nanti akan dijalani
19:17 18 Nov - Ki Ageng:
Caranya...
19:18 18 Nov - Ki Ageng: Begin
the path of rediscover
19:18 18 Nov - Ki Ageng: Itu
katanya.. finding the solution
19:19 18 Nov - Ki Ageng: Path
that only known by ourself. The unix.. only know by us
19:22 18 Nov - Ki Ageng: Mulai
membuka yg terselubung
19:23 18 Nov - Ki Ageng: Buka
selubung yg menutupi rahasia diri
19:23 18 Nov - Ki Ageng: Re
discover the truth of self
19:23 18 Nov - Ki Ageng:
Menemukan kembali aku sejati
19:24 18 Nov - Ki Ageng: Aku yg
terselubung awan fikiran dan pengetahuan atau ilmu
19:24 18 Nov - Ki Ageng: Itu
semua yg dijelaskan nya baru saja
19:25 18 Nov - Ki Ageng: Kalau
ada yg ingin ditanyakan ke dia lagi
19:25 18 Nov - Ki Ageng: Find
the true nature
19:26 18 Nov - Ki Ageng:
Rediscover the path of real you
19:26 18 Nov - Ki Ageng: True
nature of self
19:26 18 Nov - Ki Ageng: The
truth of you.
19:27 18 Nov - Ki Ageng: Caranya..
Follow the heart.
19:27 18 Nov - Ki Ageng: Ikuti
nurani.
19:27 18 Nov - Ki Ageng: Ikuti
kata hati.
19:27 18 Nov - Ki Ageng: Itu
pesannya.
20:39 18 Nov - Mas Thole: Ya ya,
19:33 18 Nov - Ki Ageng: Kalau
masih ada yg mau ditanyakan ke dia
20:40 18 Nov - Mas Thole: bgmn
posisi kt skrg ini khususnya sy he he
20:41 18 Nov - Mas Thole:
kaitannya jg dg tanda2 alam
20:41 18 Nov - Mas Thole: yg
akan segera mulai
20:41 18 Nov - Mas Thole: badai
haiyan dll
19:35 18 Nov - Ki Ageng: Posisi
dan tugasmu.. adalah guru..
19:36 18 Nov - Ki Ageng: Guru
untuk next generasi.
19:36 18 Nov - Ki Ageng: Spread
the word of God.
19:36 18 Nov - Ki Ageng:
Kabarkan saja.
19:36 18 Nov - Ki Ageng: Itu
kata nya.
19:37 18 Nov - Ki Ageng:
Beritakan apa adanya.. kabarkan berita itu. Itu saja saat ini.
20:44 18 Nov - Mas Thole:
oke..oke.
19:38 18 Nov - Ki Ageng: Katanya
semua berubah
20:44 18 Nov - Mas Thole:
maksudnya
19:38 18 Nov - Ki Ageng: Bumi
adalah hidup
19:39 18 Nov - Ki Ageng: Selama
ini bumi juga tidur... dan sekarang bangun.
19:40 18 Nov - Ki Ageng: Bumi
adalah kristal.. air adalah kristal.. udara adalah kristal.. ketika bumi
bangun. Maka semua kristal energy bergerak.
19:40 18 Nov - Ki Ageng: Bumi
berubah.. alam berubah.. manusia juga berubah
19:41 18 Nov - Ki Ageng:
Spiritual manusia perlahan berubah. Level up.
20:47 18 Nov - Mas Thole:
subhanalloh
19:41 18 Nov - Ki Ageng:
Meningkatkan level kesadaran.
19:43 18 Nov - Ki Ageng:
Meningkatkan level perlu ribuan tahun. Puluhan ribu tahun. Generasi panjang.
Dan sekarang lompatan level kesadaran. Bayangkan akibatnya.
19:43 18 Nov - Ki Ageng: Coba
perkirakan perubahannya.
19:43 18 Nov - Ki Ageng: Apa yg
terjadi.
20:51 18 Nov - Mas Thole: Ya
sprt kita saja babak belur
19:46 18 Nov - Ki Ageng: Padahal
juga tdk ada apa-apa. Tdk melakukan apa-apa yg aneh
20:53 18 Nov - Mas Thole: Iya
ya. apa alam jg akan babak belur?
20:57 18 Nov - Mas Thole: baik
akan mulai di kisahkan lg babak baru ini.
19:51 18 Nov - Ki Ageng: Alam
melakukan harmoni. Keseimbangan baru.
19:52 18 Nov - Ki Ageng: Mencari
harmoni. Posisi keseimbangan alam.
19:53 18 Nov - Ki Ageng:
Keseimbangan jiwa manusia. Termasuk itu.
19:54 18 Nov - Ki Ageng: Kita termasuk dlm tugas itu. Maka kisah
baru itu mungkin adalah proses harmonisasi alam.
19:54 18 Nov - Ki Ageng: Atau
apapun yg terkait dg alam.
21:01 18 Nov - Mas Thole: amin2
19:55 18 Nov - Ki Ageng: Semoga.
Insya Allah.
+++
Begitulah muasalnya, mengapa
kemudian kisah spiritual Mas Thole dihadirkan kembali. Semua menyoal pembawa
berita. Jika pembawa berita (wartawan) sudah tidak mau lagi menyampaikan berita,
maka alam semesta tidak akan diketahui bagaimana keadaannya. Oleh karenanya
realitas akan hilang dari kesadaran manusia itu. Kesadaran membutuhkan
informasi penyeimbang. Karena itulah Mas Thole menetapkan lagi langkahnya,
mengkisahkan kepada sidang pembaca. Walau mungkin hujatan, dan cemoohan akan
menjadi kesehariannya lagi. Banyak orang yang tidak sejalan dengan cara pandang
Mas Thole. Banyak orang yang tidak menyukai kisah-kisahnya itu. Dan keadaan Mas
Thole akan berada dalam kesunyian dirinya lagi. Namun KAMI kembali meyakinkan
bahwa setiap manusia ada bagiannya masing-masing. “Tetaplah disini, dalam takdirmu sendiri.” Begitulah pesan Kami menguatkan hati.
****
Angin mulai berdatangan, terasa
sekali oleh Mas Thole dingin yang tak biasa, di perbatasan patok 3. Perbatasan
Indonesia dengan Malaysia. Pada saat itu kaki Mas Thole masih berada di
Malaysia. Ada sungai kecil disana yang airnya sangat keruh sekali. Gumpalan
awan hitam sudah tidak maampu bertahan menahan bebannya lagi. Maka bergegas Mas
Thole mengambil bambu kuning disana. Rasanya ada bisikan yang memerintahkan
dirinya untuk mengambil bambu kuning itu. Bambu itulah nanti yang akan digunakan
untuk menancapkan tonggak kesadaran. Begitu selesai, tiba-tiba air tercurah dari
langit, angin membawa hujan yang sangat lebat sekali. Gelombang di laut sambung menyambung, begitu
menggiriskan sekali. Hingga perahu-perahu tidak ada yang berani melintasinya.
Disanalah Mas Thole akan memulai kisahnya lagi. Bersambung…
Wolohualam
alhamdulillah, senang sekali kisah spiritual ada lagi. Semoga terus amanah dan istiqomah menapaki perjalanan-perjalanan Mas Thole. Salam
BalasHapusassalamualaikum...
BalasHapussaya harap cerita / perjalanan mas thole akan terus ditulis disini....
insya allah akan bermanfaat bagi diri saya sendiri dan orang disekitar saya...
terimakasih... semoga allah swt memberikan anda kesehatan selalu ...
salam rahayu... wassalam...
Sebuah kejadian menjadi tidak ada bila tidak ada yg memberitakan. Menjadi tidak bermakna dalam kesadaran. Sebagaimana masih banyak makhluk di kedalaman samudra yg tdk kita ketahui. Kita menganggapnya tidak ada dan tidak bermakna. Semoga kisah ini akan membangun kesadaran kita semua. Salam sejahtera.
BalasHapusseorang satria adalah org yg percaya dan slalu menjunjung gusti/Tuhan,dgn cara olah rasa melalui rasa sejati. rasa sejati itu bsa dicapai melalui proses samadi. oleh krn itu melakukan meditasi ditengah mlm,diluar rmh untuk beberapa menit berdiri dibawah langit sangatlah bermanfaat untuk mencapai rasa sejati dan ini adalah cara efektif untuk menarik empat elemen hidup yaitu angin,air,api dan tanah.(ngutip dibuku)
BalasHapuskemarin2 aku merasa seperti anak ayam kehilangan induknya...
BalasHapusalhamdulillah akhirnya kisah spiritual ini muncul lagi, semoga bermanfaat bagi kita semua khususnya masyarakat Nusantara.
Dan Semoga mas Thole serta Timnya diberi keselamatan, kesehatan dan petunjuk atas segala usahanya, amiin...
Mencuplik tulisan awal di blog ini, sebuah lingkaran pelajaran
BalasHapusSelasa, 16 November 2010
KEPASTIAN YANG TERLUPA
Dosa siapa dan salah siapa ?
Musibah apapun terasa akan megoyak sisi kemanusiaan kita. Banyak sekali manusia kemudian menghujat Tuhannya, Mengapa Tuhan menghukum hamba-hamba-NYA ?. Mengapa musibah ini menimpa saya, mengapa bukan menimpa dia atau mereka saja ?. Mengapa jika musibah datang tidak padang bulu, tidak peduli akan datang kepada siapa, apakah kafir atau beriman. Mengapa musibah kemudian selalu disandingkan dengan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah?. Lantas apa yang telah kami dustakan. Bukankah kami percaya adanya Allah. Bukankah kami telah ber syahadat. Bukankah kami muslim, apakah layak kami mendapat musibah ini?. Bukankah kami, sebagaimana janji Allah, adalah kaum terbaik. Sebagaimana janji Allah kaum muslimin adalah rahmat bagi semesta alam. Mengapa begini ?, Ada apa dengan kami ini ya Allah ?. Manusia memang selalu banyak bertanya dengan tak habis habisnya. Dan layaknya kita ber doa agar di jauhkan dari sifat-sifat seperti ini.
”Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri Beriman dan Bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al A’raf, 7: 96).
Ayat-ayat Allah adalah sebuah kepastian, maka jika suatu kaum mendustakan atau siapapun yang mendustakan ayat-ayat Allah. Berlakulah atasnya kepastian tersebut. Marilah kita melihat dari cara-cara yang paling sederhana cara bekerjanya ayat-ayat Allah.
Ayat-ayat Allah dalam pemahaman saya adalah ‘kehendak-kehendak’ Allah, atas alam semesta ini. Atas mikro kosmos dan makro kosmos. Atas manusia dan seluruh makhluk di muka bumi ini. Baik yang telah masuk dalam kesadaran kita ataupun belum sempat kita ketahui dalam kesadaran manusia.