Kisah Spiritual Mawangi: Perjanjian Ghaib Galunggung

Hasil gambar untuk galunggung
Diamlah Mawangi. Lihatlah angin diseputar kita. Semilirnya menyejukan perasaan. Melambaikan daun jati dan juga tangkai pelepah pohon kelapa. Nyiur melambai di pantai-pantai Nusantara. 

Butiran pasir sering berkumpul menimbulkan pusaran air, manakala ombak datang. Bukankah disana pernah engkau buang ribuan tanya yang tak berkesudahan. Pertanyaan yang terus saja menghantuimu. 

Pertanyaan tentang siapakah dirimu. Pertanyaan  tentang untuk apa penciptaanmu. Pertanyaan tentang siapakah jodohmu. Pertanyaan tentang bagaimanakah menjadi seorang Ibu. Pertanyan untuk apa, buat apa, untuk siapa, dan mengapa, terus saja bergaung di kepala. Membuat dirimu tak mampu memenjamkan mata.

Kasihmu pada semesta menjadikan kalutmu atas apa yang menimpa. Tak kuasa menyakiti, namun menyakiti, tak kuasa mengecewakan namun justru kekecewaan menjadi-jadi. Apapun yang kau sentuh menjadi sebuah kesalahan.

“Inikah kenyataan..?”

Tanyamu pada alibi. Mencoba mencari pembenaran dengan serangkaian ayat-ayat suci. Mencari rujukan melalui kisah-kisah para nabi. Maka tak sia-sia jika orang tuamu kemudian memasukanmu ke sebuah pesantren yang berjalur fikih yang amat kuatnya. Disana tidak ada kesempatan bertanya, semua harus merujuk kepada apa kata ulama. Tak peduli apa kata hatimu sendiri. Semua tanya harus engkau campakan jauh-jauh ke neraka. Tiada sapa tanpa rupa dan aksara menjadi sebuah kalimah nista.

Namun mampukah engkau mengingkari hatimu sendiri. Panggilan yang terus saja bergaung bagai genta gereja. Pertanyaan terus membabi buta. Pertanyaan engkau ini siapa dan engkau ini apa? Pertanyaan itu menghantarkanmu dalam sebuah pertemuan yang aneh dengan tokoh-tokoh masa lalu. Lantas bagaimana dengan akidahmu?

Diamlah Mawangi, biarkan tulisan ini menjelaskan padamu. Mengapa keadaanmu begitu. Mengapakah engkau merasa terpanggil untuk sebuah perjalanan yang tidak ingin engkau lakukan. Ingatlah bagaimana sebuah pertemuan ini terjadi. Lihatlah bagaimana keadaan dirimu kala itu. Perjanjian ghaib leluhurmu telah terpateri didalam DNA mu, menjadikan dirimu pintu portal keluar masuknya makhluk lintas dimensi. Menjadikan seakan akan jiwamu terus bergerak tak pernah diam.

Siapakah Batari? Pertanyaan yang sama yang ingin kita ajukan bukan? Mengapa sosok ini ada padamu. Mengapa kemudian sosok ini seperti menguasai kesadaranmu?

Tenanglah Batari, itu tidak sebagaimana ketakutanmu. Keadaamu bukanlah jin atau makhluk jejadian yang dikhawatirkan oleh manusia. Engkau adalah manusia seperti manusia biasa lainnya. Perjalanan spiritualmu telah menjadikan dirimu makhluk lintas dimensi. Dan engkaupun tahu itu. Bahkan sudah berulang kali kau katakan itu. Sayang raga terkinimu sulit memahami. Dogma dan juga sakitnya kenyataan telah membuat hilang akal dan pikiran.

Pertapaanmu di lereng gunung Galunggung. Dan engkau  sangat khawatir akan keadaan anak keturunmu, maka kau memohon kepada Tuhan untuk dilahirkan kembali ke raga manusia masa kini. Dia adalah kamu, kamu adalah dia, namun kamu juga bukanlah dia. Maka tidaklah perlu risaukan dirinya dan juga dirimu itu. Dia dalam perjalanan dan pengajaran Kami. Ya, raga terkinimu ada dalam pengajaran Kami. Keberadaanmu agar dia mampu mengambil hikmah atas ayat-ayat Tuhanmu.

Selesaikan tugasmu Batari, apa yang telah engkau lakukan pada DNA ragamu dahulu yang kemudian menurunkan generasi manusia terkini. Engkau paham bahwa itu harus engkau perbaiki. Lihatlah anak keturunanmu itu, mereka kesulitan mengelola sistem ketubuhannya sendiri. Portal yang engkau buatkan dengan maksud agar anak-anakmu memiliki kelebihan dibanding manusia lainnya, nyatanya sekarang menjadi musibah bagi diri mereka. Anak-anakmu sekarang menjadi portal lintas dimensi, sayangnya sangat sedikit mereka yang memahami keadaan raga mereka itu. Sekarang kemampuan tersebut menjadi musibah bagi mereka itu. 

Maka pahamilah wahai Batari, apa yang menurut engkau baik belumlah tentu baik menurut Allah. Sudahilah keinginamu untuk menurunkan para raja dari anak keturunanmu itu. Ajaklah raga terkinimu untuk datang ke pancuran di lereng gunung Galunggung. Ada pancuran tujuh yang akan membersihkanmu. Membantu raga terkinimu agar sistem ketubuhannya sebagaimana layaknya manusia lainnya. Kemudian jalanilah apa-apa yang sudah menjadi garis takdir. Semoga Allah merahmatimu.

***

Seiring perintah perjalanan ke Galunggung, disaat itu tersampaikan pesan atas pemahaman. Gempa Mag:5.5 SR, 09-Jul-17 05:48:33 WIB, Lok:7.66 LS,105.85 BT (129 km BaratDaya LEBAK-BANTEN), memberikan pesan.

“Saya banyak dosa ..?”

Lirih Mawangi merintih dalam ketidak tahuannya itu.

Ya...pahami...itu teguran “

Teguran Kami. “Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.” (QS: Jamuan (Al-Mā'idah):48).

Ketahuilah Mawangi. Tiap umat ada aturan..tiap diri ada jalan. Jangan ikuti hawa nafsu saat datang keinginan utk mengkoreksi orang lain. Dalam realitas yang dibutuhkan adalah perbuatan..melakukan kebaikan walaupun kecil. Bukan hanya teori dan pemahaman yang selangit. Sebab itu tdk ada artinya. Sedikit tapi bermanfaat dr pada hanya dilevel pikiran ..meskipun itu juga benar.  Lakukanlah kebaikan sebanyak banyaknya...

Niat yang baik...Semua orang berbeda..itu adalah sunatulloh. Tidak usah risaukan mrk. Sebab Kami sudah ada hukum2Nya. Lakukan terbaik yg kita bisa. Bukan sibuk mengurusi mrk. Allah yang akan menjadi hakim bagi perselisihan kita atas kebenaran. Semua manusia dlm keyakinan diri atas kebenaran. Tidak usah risau. Perselisihan pada tataran paradigma itu wajar. Lakukanlah kebaikan bersama sama...Allah yg akan menilai niat masing2nya

Jangan krn berbeda. Kemudian kita susun paradigma. Paradigma kita mutung ..itu namanya,  mengikuti hawa nafsu. Itulah yg di tegur Kami. Apalagi marah seperti kemarin. Kami akan menegur dg keras sifat sprt itu. Mundung dan mutung...sifat yg harus dijauhi.

“ Habis bingung, Saya malah jadi nyakitin orang lain.”

Demikian Mawangi sebagaimana manusia lainnya. Ketakutannya untuk tidak menyakiti orang lain justru berbalik kepada dirinya. Menjadi merasa bersalah dan kemudian menyerang iba dirinya. Demikianlah Kami mengajari sisi dualitas manusia. Titik iba diri dan titik kesombongan. Arah kesadaran dalam gerak manusia, hasil resultan gaya yang disebut niat.

Betulkan niat. Itu efek paradoks karena di niatkan kpd selain Allah. Niatnya masih kpd makhluk. Itu kesirikan. Takut nyakitin itu keadaan ketakutan kpd selain Allah.

“Mengapa takut kpd selain Allah?  Itulah sirik tersembunyi...seakan akan itu pikiran baik

“Tapi prasangka dr pikiran saya, suka nyata”

Ya itulah hijab...Ingat sebab yg membuat nyata itu Allah..bukan pikiran kita...inilah sirik..seakan akan menyangka pikiran itu dalam kekuasaan kita.

“Terus gimana atuh ketika pikiran lg kacau atau berprasangka,?”

Pahamilah, ikatan perjanjian ghaib, itu adalah program kesirikan yg di turunkan... efek dr ikatan perjanjian ghaib. Dahulu kemampuan ini memang diminta leluhur. Leluhur ingin apapun yg diucap dan dikerjakan terjadi. Namun kesadaran melihat ketidakbenaran ini... kesadaran trs menghakimi perbuatan kita yg salah.  Inilah neraka jika kita tahu...kita dihakimi oleh perasaan kita. Ya sudah... pelajari dan resapi saja ayatnya dr Kami, yang dihantyarkan melalui gempa tersebut.

“Saya nangis beneran,  Saya nggak tau hrs gimana,?”

Dalam kusut pikiran, Mawangi terus memanjatkan doa kepada Tuhannya. Dirinya benar-benar tidak tahu harus apa. Pertanyaan bagai bola api neraka yang terus menghantam jiwanya. Mengapa juga dirinya sekarang ini mau saja pergi ke lereng Galunggung sendirian. Berangkat pagi buta, seperti orang yang kehilangan kesadaran. Mengapakah harus menjalani semua ini? Mengapakah dengan raganya ini.

Ingat tugasmu Batari untuk memutuskan rantai ikatan perjanjian ghaib, yang telah dibuat oleh leluhur raga terkinimu. Ini perlu agar engkau tidak diturun kan lagi. Kerjakan aja perintah Kami. Ikuti petunjuk.

“Saya belum bisa beda petunjuk sama prasangka. Kan jadinya kayak nuduh orang lain dan ngatur2 gitu. Padahal saya nggak tau itu petunjuk atau prasangka saya aja”

Ribuan pertanyaan sudah, seakan tidak mau menerima atas apa yang telah dialaminya. Keadaan Mawangi benar-benar memiriskan sekali. Sistem ketubuhannya benar-benar telah diluar kendali dirinya. Entah apakah itu entitas, atau apa, yang dirasakannya adalah pusing, mual, perasan ingin mutah namun tidak. Berjalan bagai tak berjejak.

Tanpa disadari kereta yang membawa Mawangi sudah sampai di Cirebon.

*** 

Amati kalau membuat kita tenang, ikhlas dan ridho itu petunjuk..Kalau hasilnya marah..mundung...dll itu makhluk2. Gampang sekali. Diatur2 selama itu kebaikan knp tidak? Allah mengajari melalui makhluk2 Nya... Yang ngatur2 itu juga Allah. Melalui orang2 dan juga mahklukNya. Kenapa tdk mau diatur2?

Ya hanya Iblis tidak mau diatur oleh manusia.Sebab Iblis merasa lebih pinter jadi tdk mau diatur.  Pahami makhluk yg satu ini...Kenali sang Iblis...orang yg Muklis adalah orang yg ikhlas.. meskipun diatur2 oleh manusia.

“Apa di saya iblisnya lebih banyak kali ya..? Atau saya yg nggak kenal dan ngeh sama mereka”

Perhatikanlah Mawangi, saksikanlah apa-apa saja yang berlintasan di  hati dan pikiran, kemudian kisahkan perjalanan dalam diam. 

Bukankah perjalananmu kali ini  adalah perjalanan menuju kematian. Lihatlah, apakah kereta itu akan membawamu ke neraka ataukah ke surga. Sudahkah engkau amati jalannya kereta?

Perhatikan, siapakah yang menjadi masinisnya? Lihatlah dengan senyatanya. 

Engkau tidak pernah bisa melihat masinisnya namun mengapakah engkau yakin sekali bahwa keretamu akan membawamu ke tempat tujuan?

Wahai Mawangi atas apakah dasar keyakinanmu itu? Apakah engkau yakin bahwa keretamu tidak akan dibelokan ditengah jalan? Demikian polos dirimu. Ini adalah dunia materi, dunia yang penuh dengan kekacauan. Dunia iba dan prasangka.

Mandilah disana Mawangi. Terus ke pancuran 7. Kalau udah bersih berendam. Kolam renang yg ada ikan dewa. Kungkum itu berendam. Putuskanlah perjanjian ghaib leluhurmu. Semoga Allah memaafkanmu.

***

Gunung Galunggung terus menyimpan misteri. Di puncaknya sana terdapat dimensi para sanghyang. Dimensi para dewa dan juga raksasa. Dimensi yang masih terus berinteraksi dengan manusia-manusia. Mereka sering mengirimkan utusan-utusannya untuk turut serta dalam percaturan perebutan kekuasaan di dimensi manusia. Spirit mereka terus menguatkan diri. Leluhur Mawangi pernah datang kesana dan mereka membuat perjanjian ghaib. Entah apalah namanya. Kini Mawangi datang kiesana untuk memutuskan perjanjian itu. Demi anak-anak keturunannya.

Batari diam ada rahsa masgul atas paparan dalam tulisan ini. Meskinya tidak perlulah dibabarkan kepada manusia. Menjadi tugasnyalah mengawal anak-anak Galunggung. Sebagaimana Dharmapala mengawal anak-anak pegunungan Dieng.
Setiap pegunungan memiliki spiritnya masing-masing, mereka akan melindungi anak keturunan yang berasal dari gunung.  Demikian semisal Jenghis Khan dikawal oleh spirit padang sabana. Anak-anak lembah akan di kawal oleh spirit lembah dan pegunungan. Demikianlah kisah Mawangi dihantarkan, dengan segenap pertanyaan yang masih belum bisa diuraikan.

Wolohualam

Taman Kembali
09092017


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali