Kisah Perjalanan Paku Bumi (11), Pemuja Hasrat dan Kebencian
Lepaskan tarianmu, Duhai mahluk pemuja
meliuk kanan dan pinggul melipat kiri
"Lepaskan rindumu", dan bisikmu dengan segumpal cinta,
menawarkan sensasi keindahan
Sekelebat kilas diujung mata, Menampilkan
rona rahwana
Tanpa jeda, tampak kaki meronta, suka
Puaskan hasrat, meleburkan desah dalam
dekap
Gemuruh suara guncang peraduan semesta
Tawa meliukan raga tanpa irama, neraka
menjilat
Jatuh tubuh berdetam diantara sofa, sapukan dosa
Jerami kenikmatan kini menyanyat
Melumat, Gila!
Terus menerobos jejak pendosa
Melintasi peradaban dan dimensi,
Persekutuan jin dan manusia,
Menyatu dalam desah nafsu hewani
Mengubakan-ubakan langit dan bumi
Inikah yang manusia maui?
Duka kenikmatan hantarkan kematian
Mewariskan neraka pada anak turunan,
para pemuja Kesaktian!
+++
Kelam
malam, bulan diam dalam pengasingan. Awan nampak melingkar mengitari, membentuk
cincin. Cahaya menelusup masuk
diantaranya, memapar ke sudut jendela.
Dari balik korden yang tersingkap, nampak Mas Thole sedang sujud sembahyang.
Lama duduk diantara dua sujud. Dirasakan badannya tidak sebagaimana biasanya.
Baru saja dia terbangun, hari belum terlalu malam. Yah, masih kurang dari jam
sepuluh malam. Dengan rahsa gelisah dan nafas yang menyesak di dada, kepala
terasa terisi air dan juga suara. Maka dibualtkan tekadnya untuk menghadapkan
dirinya kepada Tuhan. Hari-hari yang dilaluinya sungguh melelahkan jiwanya.
Perang kesadaran yang dialaminya beberapa hari dan meningkat di dua hari
terakhir ini, membuat malam ini dia berkali kali terbangun dari tidur.
Yah,
hari yang tidak biasa, semenjak dituliskan kisah perjalanannya ke bukit
Rancamaya. Situasi alam kesadaran benar-benar dalam keadaan yang sulit
diperdiksikan. Hampir semua rekannya mengambarkan hal yang sama. Pesan yang
masuk di inboxnya benar-benar tidak main-main, ancamannya dibuktikannya dengan
mengirimkan makhluk jejadian. Sungguh sulit dipahami, mengapa kisah perjalannya
ini mengusik diirnya. Padahal Mas Thole sama sekali tidak kenal dirinya. Namun
dengan bernafsunya, serangan demi serangan dilancarkannya. Manakala ranah
realitas tidak ditanggapi, dirinya mulai menggunakan kemampuan ghaibnya untuk
menakuti Mas Thole. Jelas sekali kemauannya, agar Mas Thole dan kawan-kawannya
tidak lagi mengkisahkan perjalanannya paku bumi ini.
Tidak
ada yang mampu dilakukan Mas Thole, kecuali hanya memohon pertolongan Tuhannya.
Dia bukanlah orang sakti, bukan paranormal, apalagi dukun yang memahami ilmu kesaktian.
Bukan, dia sama sekali tidak mengerti ilmu ghaib itu. Hanya saja sensor
ketubuhannya demikian sensistif sehingga dia mampu mengenali makhluk-makhluk
yang datang padanya. Semacam sensor pada kelelawar atau sensor ikan lumba-lumba
yang mampu mengenali benda dengan memancarkan sonar yang dimilikinya.
Sensistifitas indranya inilah yang sering disalah artikan sebagai kesaktian.
Sesungguhnya itu adalah kemampuan yang dimiliki semua manusia. Hanya mungkin
saja bagi yang lain sensor tersebut tidak dianggap penting.
Benar
saja, setelah melakukan gerakan sujud dan dihadapkan seluruh wajahnya kepada
Tuhan. Muncul reaksi luar biasa di badannya. Entitas ghaib yang berhasil
menyusup di raganya bereaksi. Perut Mas Thole mendada begah, nafas berat
tertahan. Entitas ghaib yang mengeram telah dapat dikenali oleh system
pertahanan tubuh, maka peranglah jadinya. System pertahanan tubuh berusaha
untuk mengeluarkan sang penyusup. Seluruh urat menegang. Jangan dikira mudah
mengeluarkan makhluk yang sudah menyusup di aliran darah. Hakekatnya ini adalah
perang hidup dan mati. Salah-salah makhluk ini masuk ke aliran jantung, maka
seketika itu melayanglah nyawa Mas Thole. Secara medis akan disangka sebagai
serangan jantung atau angin duduk. Sudah berulang kali Mas Thole hampir saja
mati, karena sebab serang model begini.
Hawa
dan rahsa tersebut harus segera dikeluarkan. Rahsanya sudah menyundul kepala. Mas
Thole beranjak menuju kamar mandi. Begitu diirinya membuka pintu kamarnya.
Mendadak rahsa takut menyergapnya. Menyusup kebalik pori-pori. Untung saja Banyak
Wide tetap waspada melindungi raga terkininya. Ditutuplah aliran yang ke
jantung. Maka rahsa takut tersebut hanya
beredar sebatas pori-porinya saja. Seketika itu rambut disekujur badan Mas
Thole berdiri. Nampaklah diseluruh ruangan rumahnya sudah berjejal ribuan makhluk
ghaib. Hampir saja suasana tersebut memaksa Mas Thole kembali ke kamarnya.
Namun Banyak Wide mengingatkan agar jangan takut. “Mengapa mereka dapat menembus pertahan rumahnya?” Ada bersitan
aneh dalam hati Mas Thole. Namun rahsa menggupal didada harus segera
dimuntahkannya. Segera saja bergegas.
Sementara
Mas Thole masih berkutat dengan hawa ghaib yang membelenggu raganya. Di salah
satu rumah sahabat Pambayun. Terjadi peristiwa yang tidak kalah hebatnya.
Sepulang kerja sang suami mengeluh kepalanya terasa tidak enak. Hal yang tidak
biasa. Namun tanpa merasa curiga apa-apa sang istri mencoba membantu
meringankannya dengan memijit kepala. Sambil membaca doa semampunya, dan dzikir
dalam hati. Mulailah dia memijit kepala suaminya. Selang beberapa saat,
tiba-tiba, ‘BLETHAAAK…’ Sebuah paku
ukuran 10 cm meloncat dari kepala sang suami. Kontan saja sang istri kaget luar
biasa. Belum pernah sepanjang hidupnya dia mengalami ini. Memang banyak sudah
mendengar dan membaca peristiwa ghaib. Hanya saat mengalaminya sendiri, sempat
dia hamper shock. Paku sebesr itu berada di dalam tempurung kepala suaminya,
apa jadinya? Paginya di kabarkannya peristiwa tersebut kepada Pambayun.
Masih
disaat yang sama, disalah satu rekan Mas Thole. Kejadian yang serupa dialami
olehnya. Rahsa dingin mendadak menyergapnya, rahsa kantuk yang sulit sekali di
lawan. Rahsa dingin mengunci tubuhnya diluar dan didalam membuat dia tidak
mampu bergerak. Hanya matanya saja yang masih berkedip. Menatap hampa, sebab
tidak mengerti kenapa. Rahsa dingin tersebut begitu hebat menyusup terus
membelenggu kesadaran. Sehingga untuk sekedar bangkit melakukan meditasi saja
dia tidak mampu. Rahsa dingin tersebut menimbulkan rahsa takut yag hebat..
Takut yang aneh, takut kepada sesuatu yang tidak terlihat dimatanya. Mebuat
ingin lari dari rumahnya. Lari yang entah kemana. Secara logika aneh saja.
Rumah yang biasa tidak apa-apa, mengapa mendadak menggiriskan sekali. Hawa
pedang mengerubuti dari arah mana-mana.
Khabar
kejadian yang sama pada malam tersebut teryata di dengar Mas Thole juga dari
para kesatria lainnya. Mas Thole sudah cukup malang melintang berhadapan dengan
makhluk tak kasat mata. Dengan pengalamannya itu seharusnya dia tidak
terpengaruh rahsa takut tersebut. Namun entah mengapa serangan kali ini begitu
hebatnya. Sehingga bukan saja dirinya. Namun beberapa para kesatria lainnya
mengalami hal yag sama. “Mengapa begitu
bencinya orang tersebut padanya?” Kebangkitan nusantara baru adalah sebuah
kelaziman, yang akan dinikmati bangsa ini. Kalaupun tidak, ini hanyalah kisah
yang dihantarkan. Hanya sebuah laku dalam keyakinan yang diharapkan mampu
membangkitkan kesadaran. Sebuah laku yang biasa juga dilakukan oleh banyak
manusia lainnya. Entahlah, Mas Thole tidak mau memusingkannya lagi. Dia hanya berlindung
kpeada Allah Tuhannya atas kejahatan makhluk yang DIA ciptakan.
Apakah
seluruh rangkain kejadian yag dialami para kesatria pada malam tersebut berhubungan?
Hampir sebagian besar kesatria menglami di malam yang sama. Ada yang datang
berupa mimpi. Ada lagi yang langsung mendatangi. Rekannya di Bandung, megkabarkan sama, ponakannya mendadak megap-megap sepeti ikan kehilangan air. Begitu istrinya yang meriang semenjak pagi. Sampai kisah ini ditayangkan mereka masih berkutat dengan hawa ghaib tersebut. Sudah diperiksakan secara medis, tidak ada apa-apa. Bagaimana menjelaskan
peristiwa yang seakan berdiri sendiri ini menjadi sebuah kesatuan kisah. Memang
pada saat bersamaan. Hhh...apakah ini sebuah ragkai kebetulan, jika satu persatu kawan-kawannya bertumbangan. Sayangnya ghaib ini menyerang membabi buta, mengincar yang keluarga yang lemah yang tidak mengerti apa-apa. Mas Thole getun, dan berharap sosok misterius yang terus menyerangnya ini sadar.
Pambayun sedang dalam rangka melakukan prosesi pembersihan diri. Mimpinya sungguh tidak mengenakannya sekali. JIka kemudian dirinya juga akhirnya berhadapan dengan sosok yang menjadi sebab jatuh sakitnya rekan-rekannya, mungkin itu hanya kebetulan. Dirinya sedang dalam sebuah laku tersendiri. Maka betapa syukurnya jika apa yang dilakukannya bermanfaat kepada rekan lainnya. Hanya saja ragkaiannya terasa tidak berhubungan. Kesatria lainnya sedang dalam kontemplasi. Mas Thole dalam tugas menancapkan Paku Bumi. Maka aneh saja, jika ada hubungan antara satu dan lainnya. Pambayun meminta daun sirih kepada rekan wanitanya. Kemudian malamnya melakukan prosesi. Dimalam yang sama, rekan wanitanya di rumahnya, mengalami kejadian ghaib pada suaminya tersebut yang dikisahkan dimuka.
Pambayun sedang dalam rangka melakukan prosesi pembersihan diri. Mimpinya sungguh tidak mengenakannya sekali. JIka kemudian dirinya juga akhirnya berhadapan dengan sosok yang menjadi sebab jatuh sakitnya rekan-rekannya, mungkin itu hanya kebetulan. Dirinya sedang dalam sebuah laku tersendiri. Maka betapa syukurnya jika apa yang dilakukannya bermanfaat kepada rekan lainnya. Hanya saja ragkaiannya terasa tidak berhubungan. Kesatria lainnya sedang dalam kontemplasi. Mas Thole dalam tugas menancapkan Paku Bumi. Maka aneh saja, jika ada hubungan antara satu dan lainnya. Pambayun meminta daun sirih kepada rekan wanitanya. Kemudian malamnya melakukan prosesi. Dimalam yang sama, rekan wanitanya di rumahnya, mengalami kejadian ghaib pada suaminya tersebut yang dikisahkan dimuka.
Semua
kejadian tersebut terjadi satu hari setelah penancapan Paku Bumi di bukit
Rancamaya. Berteatan juga dengan hujatan dan ancaman dari inbox atas nama
‘anonim’ juga mencurigakan. Mata batin
Mas Thole melihat makhluk ghaib yang dikirim ke rumahnya adalah kiriman sang
‘anonim’. Entah dengan rekan lainnya. Namun yang pasti dari serangkain kejadian
tersebut muncul satu nama, NIMAS PANDANSARI. Tokoh ghaib yang berkolaborasi
dengan manusia. Tokoh inilah yang sering dimintai bantuan oleh manusia. Tokoh
ini pulalah yang bersekutu dengan manusia untuk menghasut dan menjerumuskan
manusia. Yah, Siapakah yang mampu menahan godaan penantian. Kecantikan yang
meliuk menampilkan sejuta keindahan. Gadis yang datang bersama aroma kerinduan
mengisyaratkan saatnya buah kuldi itu mulai ranum untuk dimakan. Wanita
sempurna nampak dalam pandangan.
Nimas
Pandansari, sosok fenomenal, kulitnya sawo matang, halus bak pualam. Siapakah
lelaki yang tidak terpesona dengan
kecantikannya? Gemulai tubuhnya, aroma kenikmatan ditawarkan, kepada lelaki
yang ditemui. Begitu lembut selembut sutra, begitu halus sehalus pualam,
matanya indah seindah marjan. Namun jangan sekali kali buang pandangan,
sekelebat amarahnya, sekejap itu pula, seluruh keindahan dan kenikmatan akan
berubah menjadi neraka yang panas membakar. Wajahnya yang cantik perlahan akan
berubah jika dia dalam kemarahannya, atau manusia mengingkari persekutuan
dengannya, pupilnya akan mengecil dan
memipih, wajahnyaakan berubah bersisik
tipis. Indah gemulai tubuhnya akan berubah sebesars batang pohon kelapa yang akan
meliuk melumatkan manusia. Saat dengan wujud itulah dirinya dikenal dengan NYI
BLORONG.
Yah,
dia adalah makhluk dari golongan ular. Pada saat dia suka maka Nimas Pandansari
akan menjelma sebagaimana keadaan nafsu jiwanya. Semua tergantung bagaimana keadaan
suasana jiwa. Sebagian besar paranormal mengenalnya bahkan bersekutu dengannya.
Dia akan sanggup menuruti apa-apa
permintaan manusia. Maka sering manusia datang ke kerajaannya untuk meminta
harta dan kesaktian. Persekutuan manusia dengan setan. Entah sudah berapa puluh juta manusia jatuh
dalam kekuasaan Nimas Pandansari yang dalam penjelamaan kemudian tokoh ini
lebih dikenal dengan nama Nyi Blorong. Bisa jadi prosesi yang dilakukan
Pambayun berhasil, sehingga tanpa sadar telah melepaskan kekuatan yang ada pada
suami rekannya itu. Hingga lepaslah paku yang bersarang dikepalanya.
Entahlah,
sulit menjelaskan dengan logika dan rasionalitas. Hanya tataran keyakinan diri
untuk memaknai. Kekuatan paranormal diikatkan dan ditambatkan dengan pancang kepada
Nimas Padansari, semisal ikatan laba-laba pada ranting dahan. Bayangkan manakala
pohon tumbang dan ranting patah. Maka semua beban yang ada dalam sarang
laba-laba akan ikut berjatuhan. Semacam itulah ikatan ghaib para dukun dan
paranormal yang bersekutu dengan setan. Nimas Pandansari adalah sebuah pohon
yang mana para dukun mengikatkan persekutuan mereka. Sehingga manakala pohon
tumbang, sesaat itupula kekuatan para dukun akan ikut lepas. Saat itulah dimungkinkan
santet akan keluar. Mungkin itu penjelasan logikanya. Terntu saja itu semua
berkat pertolongan Allah semata.
+++
Kebetulan?,
benar sekali. Semua kejadian adalah rangkaian kebetulan-kebetulan yang tertata.
Semua hanya memerlukan kesadaran manusia untuk memaknai. Makna yang harus
dituliskan oleh setiap manusia. Makna yang harus digoreskan di alam
kesadarannya. Goresan inilah yang akan menjadi kitab catatan setiap manusia.
Catatan amal yang akan dipertanggung jawabkan di hadapan Tuhannya. Maka
bagaimanakah Mas Thole memaknai kejadian demi kejadian yang menimpanya
akhir-akhir ini? Sebuah rangkaian panjang perjalanan spiritualnya? Bagaiman
menjelaskan pada Tuhannya nanti? Sesungguhnya pemaknaan inilah rangkain
terpenting dari seluruh rangkaian kejadian. Bukan kejadian itu sendiri. Sebab manusia
sering salah menafsirkan kejadian yang dialaminya sendiri. Sehingga musibah disangka anugrah, dan anugrah justru dianggapnya musibah. Sensor ketubuhannya, on/off nya sudah dirusakannya sendiri.
Biasanya
prasangka manusia seringkali lebih dahulu menyimpulkan keadaan. Persepsi yang selalu
meghakimi. Maka dari itu Mas Thole
sangat berhat-hati untuk memaknainya. Semua rangkan kejadian diamati dan juga
dihadapkan kepada Tuhannya. Semua kejadian adalah bentuk pengajaran Allah
semata. Semua atas ijin Allah. Bahkan daun jatuh sekalipun. Termasuk juga saat
mana kemarin Mas Thole hampir mati, juga rekan-rekan para kesatria lainnya,
saat di serang makhluk-makhluk tersebut. Tidak ada satupun manusia mampu
menghindarinya. Semua sudah dalam rangkaian takdir yang harus dijalani.
Begitulah keadaannya. Maka manusia diminta bersabar dalam menghadapi. Banyak sekali orang malang di dunia ini yang
tidak tahu akibat dari perbuatannya itu. Betapa dirinya akan menanggung dosa
amat besar saat bersekutu dengan setan, dengan maksud mencelakakan manusia
lainnya. Mas Thole pun maklum dan memaafkan siapapun orangnya itu.
Banyak
manusia yang malang dan tidak pahami proses bekerjanya alam semesta ini. Hukum
Law Attraction yang bekerja kepada siapa saja. Niat baik akan menghasilkan
kebaikan. Niat jahat kembalinya adalah siksaan. Sebuah mekanisme pertahanan
alam semesta untuk menjaga kesadaran manusia. Mekanisme ini sering tidak
dimengerti sebab kadang tidak bekerja serta merta. Walaupun hokum ini lebih
pasti, sangat sedikit orang yang sadar bahwa kekuatan hati 5000 kali kekuatan
pikiran. Maka banyangkan jika kebencian dan dendam mereka mearasuk dihati.
Mereka akan menerima akibatnya 5000 kalilipat kesakitan dibandingkan dengan
orang yang disakiti.
Alam sangat
adil dalam melindungi kesadaran manusia. Kesadaran murni akan dijaga dan
dilindungi agar tidak terkontaminasi. Kesadaran ingat Allah akan terus dijaaga
oleh para penjaga ghaib. Pertarungan esadaran ini akan terus menjadi pertarungan
tak berkesudahan. Kepada siapakah manusia akan berpihak? Apakah kepada
kesadaran ingat Allah ataukah kepada kesadaran ingat kepada selain Allah. Hanya
dua kesadaran inilah yang terus silih berganti bertahta di benak manusia.
Kemanakah manusia berkiblat? Kepada selain Allah semisal Nimas Pandansari,
ataukah berserah diri kepada Allah. Berserah menerima apapun takdir yang
menimpa dirinya dengan sukarela. Bertasbih dan bertahmid atas segala rahsa yang
ada. Meskipun rahsa kesakitan, atau rahsa mau mati. Dibalik semua rahsa ini, sungguh Allah menyiapkan
rahsa kenikmatan surga.
Maka dengan
pemahaman ini, sungguh Mas Thole justru timbul rahsa kasihan kepada orang-orang
yang terus mengancam dan menimbulkan perang. Mengirimkan makhluk jejadian dan juga
kebencian. Mereka ini tidak tahu apa yang mereka lakukan. Sungguh azab Allah sangatlah
pedih, atas orang-orang yang menyekutukanNya. Manusia yang bersekutu dengan
setan telah menempatkan dirinya di neraka. Apakah mereka tidak pahami hukum yang
sederhana ini. Semisal perbuatan sirik saja merupakan dosa yang besar dan tidak
terampunkan. Apalagi dengan menyengaja bersekutu dengan setan demi kesaktian,
harta dan juga kenikmatan lainnya. Sungguh manusia selalu saja mendzolimi diri
mereka sendiri. Apakah dengan begitu, mereka beranggapan akan mendapatkan
kepuasan dengan perbuatannya ini? Sungguh mereka akan keliru.
+++
Bersatulah
duhai kawan, tidakkah kalian lihat ibu menangis karena sebab perseteruan ini?
Lihatlah bagaimana anak-anak negri yag tersakit. Lihatlah bagaimana bayi-bayi
yang lepas dari putting ibunya. Mereka terus menangis. Merka terus berharap
nusantara akan kembali berjaya. Bangkitkanlah semangat bangsa ini. Berhentilah
berseteru, mari kita panjatkan segala doa, agar pemimpin bangsa ini kembali
kepada amanahNya. Berhentilah membobarkan perang, berhetilah menabur kebencian.
Wariskanlah kedamain dan perkataan indah lainnya kepada anak-anak kita nanti.
Dunia ini sudha penuh dengan segala macam kebencian, jangalah kita tambahi
dengan kebencian lainnya. Mari kita gaungkan Bahasa alam. Bahasa ibu kita, Bahasa
cinta dan kasih sayang.
Mas
Thole teringat apa yang dikatakan Rummi perihal nafsu ini;
Hawa
nafsumu adalah induk segala berhala:
berhala jasmani adalah ular, namun berhala
ruhani adalah naga.
Adalah
mudah menghancurkan sebuah berhala, sangat mudah;
namun menganggap gampang menaklukkan nafsu
adalah bodoh, bodoh sekali.
O
anakku, jika kau ingin mengetahui bentuk-bentuk nafsu,
bacalah
uraian tentang Neraka dengan tujuh pintunya.
Tiap
saat hawa nafsu melahirkan tipu muslihat;
dan
dalam tiap tipu muslihat tenggelamlah ratusan Fir’aun dan bala tentaranya.
Entahlah…!
Wolohualam..
Semoga rekan2 semua selalu diberi kekuatan olehNya .
BalasHapusTidak ada satupun alasan untuk membalas, biarkan alam semesta menjalankan hukumnya sendiri.menjalankan
Jalan Cinta, hanya itu yg mampu kita tempuh.