Kisah Perjalanan Paku Bumi (9), Menguak Misteri Kebangkitan Pajajaran 3


Hasil gambar untuk pajajaran

“Dari perjalanan ini, bukan untuk menyanjungkan diri atau leluhur siapa yang paling sakti dan mulia, karena bila mereka dihadapkan kepadamu, maka semua akan meminta kembali utk memperbaiki yang sdh terjadi”
(Sebuah pesan Kami)

...

Sebuah hati tergantung sendiri, tanpa pigura, mewarnai lukisan di dinding. Kusam dan berdebu. Sendiri bertanya,  apakah angin tetap bertiup bersama jatuhnya daun? Apakah burung akan tetap terbang di langit yang terbuka? Sementara seribu padi yang kuning menanti untuk disentuh. Seribu impian menanti untuk di tuai. Dan burung bangau terbang menari, gembira mengitari. Disana tergambar nusantaraku. Serak suara,  lelaki duduk termenung, mendesah sendiri, mengapakah ada saja yang tidak menyukai jika saatnya nanti Pajajaran Baru yang akan bangkit mengawal lahirnya nusantara baru. Mengapakah? Adakah yang salah dengan Pasundan? Bukankah mereka menyakini bahwasanya kekuasaan akan dipergilirkan antara bangsa? Mengapa mereka risau dengan akan bangkitnya spirit Pajajaran?

Serak suara, diam dalam tangisnya.Panas matahari membakar telapak kaki. Mengusut hari. Jari jemari diam menggempal. Suara terdengar akrab mengalun.  Apa sebabnya manusia tidak mau berbagi? Berbagai kekuasaan sesama saudara? Era Ajisaka akan berakhir dan sekarang ini giliran Aji Putih, adakah yang tidak suka? Mengapa, apakah ada yang salah dengan Pajajaran? ? Lelaki itu mendesah tak mengerti. Hampir 3000 tahun Trah Aji Saka berkuasa di tanah jawa. Tidakkah  cukup sekali? Mau apalagi?  Mas Thole hanya menggelengkan kepalanya membaca komentar di inbok yang di tunjukan kepadanya. Nada yang luar biasa irama dan energy kedengkiannya. Ada manusia begitu luar biasa kebenciannya.

Bangsa ini bangsa besar. Bangsa yang telah dihinakan. Tidakkah ada keinginan untuk bangkit dan meneriakan kebangkitan? Apakah kita harus terus saling serang dan baku hantam? Tidakkah bisa diam dan sejenak merenungkan?!? Betapa bangsa kita hanya menjadi korban. Korban sebuah skenario besar. KONTRUKSI KESADARAN. Coba perhatikan! Begitu luar biasa cuci otak yang dilakukan oleh bangsa yang datang ke nusantara. Memecah belah bangsa  dan menguasai. Masihkah kita sibuk dengan siapa yang benar? Jika kisah ini salah, maka segera saja lupakan kisah-kisah disini. Bangkitlah dan teruskanlah perjuangan kalian. Tegakkan harkat dan martabat diri bangsa ini. Kuatkan jatidiri bangsa. Teriakanlah ‘MERDEKA!” Satukan spirit bangsa nusantara yang tercerai berai ini. Jangan persoalkan kisah disini benar atau salah. Kisah disini tidaklah penting. Abaikan saja, lanjutkan langkah kalian. Doa kami menyertai.

Membaca pesan-pesan yang bertubi-tubi, Mas Thole timbul rahsa kasihan luar biasa, sudah pasti orang yang menuliskan pesan telah  banyak membuang waktu untuk menuliskan komentarnya. Sudah pasti perhatiannya tersita untuk merangkai kata. Tidakah dia paham bahwa  energy kebencian, paling banyak menguras tenaga. Waktu yang berharga terbuang percumah. Bukankah perbuatan yang sia-sia belaka. Mengapa dengan Pajajaran, adakah yang salah dengan bangsa Pajajaran? Adakah yang salah, mengapa keadaan mereka semua seperti kebakaran jenggot. Kemudian kisah ini di dustakannya?  Layakkah pesan hasutan dan kebencian di tayangkan? Padahal kita menginginkan persatuan? Sungguh paradoks, kebencian telah mengganggui hari-harinya. Pasti luar biasa rahsanya. Biarlah, itu adalah urusannya.

Mungkin saja orang tersebut tidak membaca kisah dari awalnya. Sehingga dia mudah saja terprovokasi, dan termakan hasutan. Lihatlah di layar kaca, bagaimana bangsa kita begitu beringas menghancurkan apa saja. Bukankah ini keberhasilan bangsa kolonial melakukan taktik ‘devide at impera’. Kolonialisme telah sukses merubah mentalitas bangsa ini menjadi bangsa ‘kepiting’. Bagaimanakah perillaku kepiting? Para kepiting menyukai ber-gerombolan,  tanpa bentuk, aturan dan juga ikatan.  Mereka suka berada dalam kerumunan. Jika ada kepiting yang berusaha keluar, para kepiting akan bersama-sama mengeroyoknya. Menarik kepting tersebut untuk kembali bersama mereka. Dengan japitnya yang kuat kepiting akan menghabisi siapapun yang mencoba keluar dari kerumunannya. Begitulah perilaku para kepiting.

Anehnya para kepiting sendiri akan selalu berkeluh kesah saat berada di bawah. Saling menyalahkan, mereka akan cakar-cakaran sendiri. Japit menjapit sesama teman. Memiting dan menjatuhkan. Bagi kalangan pegawai akan paham sekali keadaan ini. Keadaan mentalitas yang  telah berhasil disusupkan kolonialisme ke dalam DNA  bangsa kita ini. Bagaimana Mas Thole tidak nelangsa. Cobalah dipikirkan, hanya semisal kisah di dalam blog yang tak bermakna ini mereka sedemikian hebat kebencianya. Menyerang, menghasut, menista, dsb. Mas Thole ingin menasehati, namun takut salah paham dan untuk apa. Maka kepada admin blog ini, Mas Thole berpesan agar pesan-pesan tersebut di anggap spam saja. Percayalah menasehati mereka sama saja, akan membuat mereka semakin marah dan semakin besar kebencian mereka.

Mari kita doakan saja, agar saat nanti, lahir dari keturunan mereka, orang-orang yang akan membela dan mencinta tanah air mereka sendiri. Memperjuangkan kebebasan bagi jiwa yang telah di perbudak oleh anggapan mereka sendiri.  Tidak peduli, meskipun mereka adalah warga keturunan.  Mereka toh tetap saudara sebangsa dan setanah air. Biar saja  sekarang mereka sangat membenci kisah ini, semoga anak keturunannya nanti akan berbalik mencinta. Semoga suatu saat nanti mereka akan melahirkan generasi yang mencintai tanah airnya sendiri. Dan tidak menganggulkan leluhur mereka sendiri dengan mengabakan lainnya. Mereka akan mencintai Pajajaran sebagai kekayaan intelektual bangsanya sendiri. Bilakah?


“Janganlah merasa memiliki kelebihan yang sesungguhnya tidak berlebih, atau merasa memiliki banyak kekurangan padahal Allah Yang Maha Mengetahui.”

Pesan Kami tersebut seperti guyuran es di kepalanya. Lelaki itu  menatap rembulan, pagi saatnya  berjalan menuju masjid di subuh hari. Bertanya kepada bintang, dosa apakah yang pernah diperbuat Pajajaran kepada bangsa ini. Apakah kelebihan dan apakah kekurang? Mengapa banyak lagu sumbang kedengarannya. Adakah yang tidak percaya atas kemampuan dan kepemimpinannya? Hh..entahlah, mengapa sulit memahami. Bahkan malam seakan tak peduli. Itu bukan urusannya lagi katanya. Manusia lebih paham akan urusan dunianya. Maka hingga saat ini Pajajaarn masihlah misteri. Namun lelaki tersebut tak patah semangat ditanyakanlah hal sama, kepada kepodang terbang. “Spirit apakah yang telah diwariskan kepada anak cucu Pajajaran ini, sehingga mereka tak dianggap? “

Tidakkah manusia mau melihat dan berjalan di muka bumi. Bagaimana kesadaran-kesadaran nusantara telah diwariskan. Lihatlah bagaimana era Majapahit dan kerajaan sebelumnya, mataram dan juga lainnya?. Bagaimana caranya Ken Arok merebut tahta kekuasaan dari Tunggul Ametung?  Bacalah bagamana kisahnya itu! Lantas apakah kita tidak mengkaji? Seperti apakah spirit yang di wariskan Ken Arok? Kisah menggiriskan, manakala Keris Mpu Gandring, meminta tumbal nyawa 7 (tujuh) turunan Ken Arok sendiri, sebagai tumbal atas kepemimpinan yang direbutnya. Kemudian lihatlah bagaimana Raden Patah menghancurkan Majapahit, memburu Brawjaya V yang adalah  Kakeknya sendiri. Teganya, begitu laku seorang cucu kepada kakeknya?!? Lihat dan perhatikan. Bagaimana sejarah terus berulang di negri ini, lihatlah para petinggi negri ini !?! 

Mas Thole terus berusaha mencari jawaban dalam pengembaraannya kali ini menancapkan Paku Bumi. . Menyusuri jejak peradaban pajajaran yang hilang. Bersama  pesan Kami yang  terus membisiki;

“Secara runut ada dalam setiap bilangan yang menuju bagian dr setiap hal-hal yang menjadi tolak ukur pada suatu keadaan. Seumur waktu, maka itu menjada seumur makhluk yang menjadi bagian hidup. Ada hal yang menjadi sesuatu ketika setiap keadaan itu ada, maka akan menjadi suatu kenyataan bahwa hal tersebut akan ada.  Ketika untuk hal tersebut pada bagian yang menjadi nyata, maka itu ada dlm hal yg berbeda. Sebuah hal yang memang berada pada satu keyakinan yang menjadi sumber pada hal yang menjadi nyata. Untuk hal-hal tersebut, ada bagian yang menjadi wadah untuk satu keadaan yang menuju tapak yang ada pada kedua sisi kehidupan dengan satu hal di dalam setiap keadaan.”

Semut (An-Naml):10 - dan lemparkanlah tongkatmu". Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seperti dia seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh. " Hai Musa, janganlah kamu takut. Sesungguhnya orang yang dijadikan rasul, tidak takut di hadapan-Ku.

“Demi sebuah waktu yang menjadi pandu, maka itu yang akan mengitarimu dg berbagai hal yang memang ada di sekitar hal-hal yang berbeda. Tundukkan diri pada kehendak Yang Maha Kuasa. Serahkan semua dengan suatu hakikat bahwa semua berada dalam kehendak-Nya. Saat ini, menuju ke negeri yang berada pada dimensi yang belum kalian mengerti tetapi sudah kalian ketahui. Seumpama langit membelah, tak ada yang menjadi pada dalam setiap jiwa yang masih meragu akan Tuhan Yang Maha Esa. Sekalipun itu sudah ada dlm penerimaan akal, itu menjadi bagian yang alam kehendaki. Sekali-kali lihat kembali, tanyakan pd diri dg segenap yg hadir, apa yang tidak dimengerti”

Yang paling tinggi (Al-'A`lá):14 - Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman),
 Yang paling tinggi (Al-'A`lá):15 - dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang.

Ada yg menjadi hal-hal di antara beberapa hal yang ada, seperti halnya yg sdh menjadi kenyataan. Sesungguhnya segala yang ada berada dlm ketiadaan. Jangan pernah merasa ada dengan ketiadaan yang sesungguhnya berada pd kehendak Yang Maha Kuasa. Dari perjalanan ini, bukan untuk menyanjungkan diri atau leluhur siapa yang paling sakti dan mulia, karena bila mereka dihadapkan kepadamu, maka semua akan meminta kembali utk memperbaiki yang sdh terjadi.”

Janganlah merasa memiliki kelebihan yang sesungguhnya tidak berlebih, atau merasa memiliki banyak kekurangan padahal Allah Yang Maha Mengetahui. Sekali-kali hal demikian terjadi, maka segenap Kami akan mengundurkan diri dgn titah tetap mengikuti kehendak ilahi rabbi. Banyaklah mengingat diri dan kehendak yang menyertai, memohon ampun kepada Allah swt. Beristighfarlah sepanjang masa, karena dengan beristighfar memohon kembali kepada ruhullah.  Ruh yang menyatu dengan Sang Pemilik Ruh”

 Astaghfirullah'al azhim wa atuubu ilaihi

“ Alif dan sin sebagai bentuk permohonan manusia dan segenap makhluk, termasuk alam semesta yang berada pada siklus yang telah Allah tetapkan. Ta, sebagai bentuk taubat yang berarti kembali kepada Sang Pencipta dan pemilik alam semesta. Gha, menunjukkan kemahapengampunan Allah sekaligus kekayaan Allah yang tak ada dalam cipta karsa dan rasa kecuali Dia. Fa, sebagai salah satu makhluk yang berada dalam kegelapan, falaq, maka keadaan tersebut hendaknya menuju kepada masa yang disadari bahwa hal tersebut gelap.  Ra, sebagai simbol welas asih atau pengasih dan penyayang, maka semua yang terjadi atas kehendak Allah Swt. Maka dengan keadaan demikian, mengucap istighfar bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi berada dalam penetapan sebagai makhluk, dan sebagai makhluk bagian dari alam semesta ini”

“Poros siklus dan rotasi alam ini harus dipancangkan dengan istighfar.
Astaghfirullah
Beristighfar kepada pemilik semesta alam, karena rotasi tersebut berada pada titik tersebut dengan simbol-simbol kordinat yang menguat sinyal bila istighfar terus dipanjatkan.
 Ada aku, kami, pada setiap istighfar yang tertuturkan.”


Begitulah Kami sudah menegaskan. Menuju koordnat Pajajaran harus membersihkan diri dengan ber istgfar sepanjang hari. Dan tidak boleh berlaku sombong. Semisal menganggulkan diri sendiri atau leluhur. Yah, Mas Thle harus melepasakan atribut Majapahitnya. Jika ingin menyambang kordinat pajajaran.

“Sesungguhnya hal tersebut menjadi satu tanda perjalanan kalian akan dimulai tanpa batas yang menjadi sebuah kata
Setiap segala sesuatunya ada pada pesan-pesan yang sdh tertera. Ringankan langkah, hentakkan gelisah dengan mengingat Yang Maha Kuasa
Tapamu menjadi tapa yang tertunda, karena harus segera ke Giri Loka”

Sebuah pertanyaan menyeruak, “Dimanakah Giri Loka?”


Wolohalam…

Komentar

  1. Terima kasih atas segala yg di lakukan untuk nusantara baru...

    BalasHapus
  2. Salam rahayu, sampurasun, assalamualaikum...

    BalasHapus
  3. Salam rahayu, sampurasun, assalamualaikum...

    BalasHapus
  4. SangkuriangJanuari 03, 2016

    Saudaraku, masih ingatkah dengan pesanku dulu....ketika dirimu mendapat penistaan dari seseorang...janganlah kamu marah, benci apalagi sampai memendam dendam padanya. Jangan pula dirimu mengharap kata maaf darinya...hendaknya maafkanlah dia jauh direlung hatimu, agar dirimu terbebas dari putaran karmamu di masa lalu.

    BalasHapus
  5. Majapahit vs Pajajaran
    Akankah permusuhan ini kita wariskan kepada anak cucu kita nanti ???
    Sudahi saja..., mari berjuang bersama lagi .

    BalasHapus
  6. Seperti cermin yang dihadapkan diwajah kita...Kalingga...Singosari...Majapahit...Sriwijaya...Pajajaran...Mataram...Kutai... Semua telah dipergilirkan masa keemasan,kegemilangan dan kejayaannya. Hingga akhirnya Nusantara jatuh, terpuruk dan terjerembab...hilang jatidirinya. Kini para leluhur menyadari sepenuhnya kekhilafan di masa lalu sehingga anak cucunya menderita...bagai tikus mati dilumbung paid. Bangkitlah putra putri pertiwi... Berikan karya terbaikmu ...bhakti bagi pertiwi... Sehingga anak cucu kita tidak malu menyebut nama kita kelak... Merdeka!!!

    BalasHapus
  7. Seperti cermin yang dihadapkan di depan wajah kita. Kalingga...Singosari... Majapahit...Sriwijaya...Pajajaran... Mataram...Kutai... Semua telah dipergilirkan masa keemasan, kegemilangan dan kejayaannya. Ketika sekarang Nusantara jatuh terpuruk dan terjerembab, dengan berjiwa besar dan hati yang lapang mengakui ada kesalahan ada kekhilafan di masa lalu. Sekarang ambil tanggung jawab sebagai putra putri pertiwi...sebagai manusia yang utuh...persembahkan karya terbaik... Sehingga anak cucu kita tidak malu menyebut nama kita kelak... Salaam Nusantara Baru... Merdeka!!!

    BalasHapus
  8. Dengan kejernihan pikiran...kesucian hati dan kesempurnaan jiwa mari saudaraku: *"Sambut perhelatan Akbar lahirnya Nusantara Baru nan Jaya"*... Persembahkan Puja Bhakti bagi Pertiwi...Kasih untuk Negeri...

    BalasHapus
  9. Pesan yang amat Bijaksana Mas Sangkuriang.
    Semoga kita semua diberi kekuatan untuk mengamalkan pesan yg amat mendalam ini, aamiin yra.

    Salam.

    BalasHapus
  10. Kerja kerja kerja... masa lalu punya cerita.. masa depan sigap di dapat... ayo kerja kerja !!!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali