Kajian Khalifah, Kesadaran dan Peradaban


Rumit sekali menyusuri hal ikhwal kesadaran manusia yang tececer diantara keaneka ragaman budaya, aneka bahasa, yang terselip diantara gunung, lembah dan ngarai, diantaranya  masih terpisahkan sungai dan lautan. Terpisahkan secara letak geografi. Tersimpan rapat-rapat dalam dada manusia. Kesadaran manusia juga masih terpecah dan tercecer diantara perbedaan warna kulit, perbedaan suku, perbedaan  ras,dan  golongan serta agama masing-masing.  Terselip diantara keangkuhan dan ego anak manusia.  Menyebar diatas kebanggaan diantara  kejayaan nenek -nenek moyang  mereka masing-masing. Sungguh begitu rumit dan peliknya.

Namun  diseling diantaranya  itu,  ada kesadaran ber Tuhan yang lurus, yang hanya menyembah kepada Tuhan Yang Esa, Tuhan semesta Allam. Kesadaran ber Tuhan yang tulus, tersimpan diantara hati-hati yang bersih yang senantiasa menganggungkan Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa ber tasbih ber iringan dengan tasbih alam semesta, bersama makhluk lainnya.  Sebagai penyeimbang atas kesadaran lain-lainnya.  Kesadaran yang tak pernah di ridhoi-Nya. Yaitu; Kesadaran mungkar. Kesadaran yang menentang Tuhan. Kesadaran yang mendustakan para Rosul. Yang kian menggejala di setiap jamannya.

 Sejarah  peradaban masa lalu telah menceritakan kepada kita;  bagaimana penyebaran kesadaran manusia dalam ber Tuhan. Dari manusia satu ke manusia lainnya. Dari bangsa satu ke bangsa lainnya. Dari masa lalu ke masa berikutnya, dalam setiap peradaban umat manusia. Sungguh kita dapati nyatanya,  kesadaran manusia dalam ber Tuhan,  menyebar seiring dengan pertumpahan darah antar umat manusia. Seiring dengan penaklukan manusia atas manusia lainnya. Seiring dengan kekuasaan, seiring dengan kekuatan, seiring dengan kejayaan suatu kaum. Seiring dengan pelebaran wilayah, dan perluasan kekuasaan politik  dan penaklukan suatu bangsa oleh bangsa lainnya. Seiring dengan hilangnya jutaan nyawa anak manusia.

Mulai dari perang Mahabarata, Perang Yunanani dan Persia, Perang Persia dan Romawi, Perang Romawi dan Islam, Perang Islam dan Jenghis Khan. Terus peperangan menyusuri jaman jaman berikutnya. Kita dengar  Perang antara Sekutu dan Hitler, Perang antara Jepang dan Sekutu, Perang antara Israel dan Palestina. Perang Afhanistan. Kemudian kita dengar, Perang dingin antara Timur dan Barat. Masih banyak peperangan tersulut antar suku dan golongan yang merambah diantara semua itu. Peperangan yang mewakili dua kubu besar.

 Peperangan yang mewakili kekuatan politik atas kesadaran manusia. Antara kaum yang ber kesadaran ber Tuhan Allah SWT dan kaum yang ber kesadaran ber Tuhan kepada selain Allah.

Sekali lagi ; Kita tidak dapat memungkiri bahwa Kesadaran manusia dalam ber Tuhan nyatanya banyak di sebarkan melalui  peperangan, penguasaan, penindasan, dengan pendudukan atas satu kaum kepada kaum lainnya.  Penaklukan  suatu bangsa kepada bangsa lainnya. Bangsa yang memiliki kekuatan politik dan kekuatan angkatan perang, akan menaklukan bangsalainnya. Dengan membawa kesadaran baru kepada bangsa taklukannya. Semakin besar wilayah taklukan semakin uas penyebaran umat dan jamaah bagi kesadaran ber Tuhan milik bangsa tersebut. Jika suatu bangsa telah di taklukan maka, Bangsa yang ber kuasa akan melakukan infiltrasi ke dalam kesadaran bangsa-bangsa taklukannya. Inilah logikanya.

Dengan kekuatan, kekuasaan, kekayaan  dan politik, maka dengan mudah suatu bangsa akan merubah kesadaran bangsa taklukannya dalam ber Tuhan.

Oleh karenanya, sudah jamak; jika meluasnya kekuasaan suatu kaum atau suatu bangsa atas bangsa lainnya, membawa implikasi atas penyebaran kesadaran baru bagi bangsa lainnya. Suka atau tidak suka kita harus mengakui penyebaran Agama selalu diikuti dengan peperangan, pertumpahan darah antar manusia. Demi bertahtanya kesadaran diantara anak manusia. Mereka ber bangga-bangga dan ber megah-megah dengan banyaknya umat-umat mereka. Demikian fantastiknya kesadaran ber Tuhan yang diperebutkan diantara kekuasan dan politik manusia.

Pertempuran tak berkesudahan

Manusia senantiasa memperebutkan kesadaran dalam ber Tuhan. Sebagai fitrah manusia yang senantiasa membutuhkan Tuhan. Kebutuhan akan Tuhan dalam setiap peradaban menjadi suatu yang mutlak.Sebagai legitimasi atas kekuasaan mereka. Setiap manusia yang berkuasa akan meng klaim dirinya mewakili Tuhan dalam memerintah di dunia.  Maka tak heran jika banyak pemimpin manusia kemudian mereka-reka maunya Tuhan dengan cara mereka sendiri. Sehingga akhirnya kadang manusia tidak memperdulikan lagi ber Tuhan kepada siapakah dirinya. Apakah ber Tuhan kepada Allah atau ber Tuhan kepada selain Allah. Yang penting baginya adalah kekuasaan, kekayaan dan kejayaan bagi dirinya. Kesadaran manusia telah tercerai berai, terserak diantara lelah dan capainya realitas kehidupan yang dilaluinya.

Begitulah  percaturan dan pertarungan kesadaran ber Tuhan, senantiasa bertahta diantara bangsa-bangsa dari masa ke masa ber abad abad lalu dan setelahnya. Adalah perebutan kesadaran ber Tuhan kepada Alah SWT  melawankesadaran ber Tuhan selain Allah SWT . Sebuah pertempuran yang tak ber kesudahan hingga akhir zaman nanti.  Diantara anak manusia, diantara suatu bangsa dan bangsa lainnya, dalam setiap waktu, di setiap keadaan.  Bahkan pertempuran tersebut sudah tidak memperduli kan lagi apakah suatu kaum  masih beragama sama, ataukah diantara kaum  yang berbeda agama. Semua memperebutkan kesadaran dalam ber Tuhan. Inilah ironi anak manusia.

Maka dapat kita pahami jika  AS dan sekutu-sekutunya, melakukan invasi ke banyak Negara muslim. Setelah kaum tidak ber Tuhan (Komunisme) di runtuhkan. Mereka melakukan invasi dengan pelbagai macam cara. Baik secara halus ataupun terang-terangan. Baik invasi  melalui perang pemikiran ataupun melalui invasi angkatan perangnya. Sudah demikian keadaannya bangsa-bangsa dari jaman dahulu ber abad-abad lalu, melakukanpertempuran pemikiran dan kesadaran,  hingga kea bad ini, sekarang ini.

Pertempuran memperebutkan kesadaran manusia memang selalu saja terjadi di setiap jaman. Antara kaum yang ber Tuhan dengan kaum yang tidak ber Tuhan. Antara kaum yang ber Tuhan Allah dengan kaum yang  ber Tuhan selain Allah. Antara kaum yang ber Tuhan Allah dan berserah diri (Islam) melawan kaum yang ber Tuhan Allah namun membelakangi-Nya (semisal Yahudi dan Nasrani). Semua Memperebutkan umat dan jamaahnya.  Karena disitulah dibangun  pusat kekuasaan dan  kekuatan.  Pusat peradaban manusia. Kadang di suatu masa kaum yang ber Tuhan selain Allah SWT unggul, dan menguasai peta politik dunia. Namun masa berikutnya,  kaum yang ber Tuhan Allah SWT, yang memimpin dunia. Begitulah kekuasaan di pergilirkan diantara suatu kaum.

Pergeseran Kesadaran oleh Penguasa yang ber kuasa

Saat ini dewasa ini, kaum yang mengenal Allah SWT sebagai Tuhan mereka (namun  membelakangi-Nya), kini tengah mendapat giliran untuk ber kuasa dengan menguasai peta politik dunia beberapa dekade ini.  Tengah dibangunnya peradaban tekhnology, peradaban informasi, berikut angkatan perangnya, demikian luar biasanya. Namun seiring kemajuan tersebut, terjadi pergeseran kesadaran, yang  telah mengubah gaya hidup, pandangan hidup masyarakatnya, yang kesemuanya tengah mengarah kepada matrialisme. Sebuah pergeseran kesadaran yang tengah mengarah kepada kesadaran ber Tuhan selain Allah SWT. Pergeseran kesadaran yang semakin mengesampingkan Tuhan. Hal yang senantiasa terjadi,  pada suatu kaum yang ber kuasa. (Lihat Kajian 4).

Nampak sebagai ikutannya, sebuah kesadaran baru yang kita kenal sebagai Kesadaran Liberalisme menyeruak  membungkam kesadaran lainnya, melibas bangsa-bangsa taklukannya, dengan mendompleng kekuatan politik penyertanya. Mendompleng kekuasaan dan angkatan perangnya. Maka dapat kita saksikan, mulai dari afganistan, Paksitan, Irak, Indonesia, Kuwait, Libya, dan lainnya, semua tinggal menunggu gilirannya. Menunggu saat sang Adikuasa memainkan perannya. Saat sang adikuasa merambah apa saja, melibas siapa saja. Melakukan infiltrasi kepada kesadaran manusia. Tanpa dapat di cegah. Karena memang mereka sedang mendapatkan gilirannya berkuasa diatas dunia. Mereka sedang diberikan  kekuasaan  oleh sang Maha Kuasa. Maka terserah mereka, mau dibawa mana kesadaran ber Tuhan dari Negara-negara  taklukannya itu ?.   
Maka saksikanlah kesudahannya nanti . Apakah mereka tidak berjalan diatas bumi, bagaimana kejadiannya atas  kaum yang bertindak  seperti mereka itu. Kaum yang mendustakan para Rosul..?. Hmm..

Kesadaran ber Tuhan kepada Allah (Islam)

Di kajian sebelumnya telah diulas berkali-kali bahwa alam semesta membutuhkan keseimbangan. Keseimbangan atas  kesadaran manusia yang senantiasa menyembah Allah SWT. Kesadaran manusia yang senantiasa ber tasbih hanya kepada Allah SWT. Kesadaran manusia yang berserah diri (Islam). Sebagaimana makhluk lainnya di alam semesta ini. Kesadaran yang terus bersama menjaga agar alam semesta tetap keadaannya, agar waktu tetap bergetar, agar alam semesta terus terjaga dalam dualitasnya. Kesadaran manusia yang menjadi rahmat semesta alam. Rahmatan lil ‘alamin.

 Jika diantara jutaan anak manusia tidak satupun yang memiliki kesadaran ber Tuhan kepada Allah SWT. Jika semua orang, seluruh umat manusia ber Tuhan kepada selain Allah SWT, maka akan musnahlah seluruh umat manusia, di libas oleh system. Hancurlah peradaban manusia jauh sebelum saatnya . Inilah hukum Allah SWT. Oleh karenanya,  kesadaran ber Tuhan kepada Allah SWT harus tetap dijaga, demi kelangsungan hidup umat manusia itu sendiri. Inilah pesan  yang ingin disampaikan Teologi Islam. Yaitu  kesadaran LA ILA HA ILALLAH. Agar manusia mengerti kewajibannya di muka bumi ini, agar senantiasa bahu membahu , saling mengingatkan, saling menasehati, dan bersabar dalam menjaga kesadaran ini.

Oleh karenanya, Kesadaran manusia  yang senantiasa ber Tuhan kepada Allah SWT,  harus selalu terjaga diantara anak manusia, di dalam hati dan dada manusia. Bagaimanapun caranya, agar umat manusia tidak musnah. Begitulah system, inilah sunatulloh. Maka dari itu,   Allah SWT, perlu mengirimkan utusan-utusan-Nya. Untuk mengingatkan dan memberi khabar tentang hal ini. Melalui manusia pilihan-Nya. Melalui Nabi-Nabi Nya yang Raja, Nabi-Nya yang  Panglima Perang. Melalui Nabi Nya yang rakyat biasa, dan lain-lainnya. Untuk menyampaikan pesan-pesan ini.

Mengingatkan kepada seluruh umat manusia. Mengkhabarkan tentang La ila ha ilallah. Tiada Tuhan selain Allah SWT. Inilah khabar dari para Nabi dan Rosul. Agar manusia selamat dan di selamatkan-Nya. Dan karena  kewajiban menyampaikan hukum inilah, maka para Rosul ber perang. Memerangi jutaan manusia yang kadung memiliki kesadaran menyimpang.  Memerangi manusia-manusia yang mengangkangi kesadaran ber Tuhan kepada selain Allah SWT.

Sudah barang tentu; Kesadaran menyimpang ini, harus terus di perangi,  sudah berlaku ketentuan ini dari ber abad lalu hingga memasuki melinium baru. Begitulah  tanggung jawab di bebankan kepada pundak kaum muslimin. Meski pun telah melayang jutaan nyawa manusia, meski telah luluh lantak harta benda dalam pengorbanannya. Kesadaran La ila hailallah harus terus di perjuangkan, demi kelangsungan hidup umat manusia itu sendiri. Kesadaran Islam harus tetap terjaga hingga akhir jaman nanti. Inilah pesan teology Islam. Inilah pesan para nabi dan Rosul.  Agar manusia selamat dunia dan akhirat. Demikian kalimat ini kami ulang-ulang. Sebagaimana keadaannya.


Salam
arif

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali