Kajian Khalifah, Sistem Kekuasaan Dipergilirkan
Dialah Allah SWT,
adalah RAJA MANUSIA, yang mengangkat dan memberhentikan mereka semua dari
jabatan-jabatannya (baca; kekuasaan). Kemudian Dialah yang mempergilirkan
kekuasaan itu kepada suatu kaum dalam suatu masa, pada suatu Bangsa. Untuk
menguji kaum manakah yang paling baik amal dan perbuatannya. Maka kita pernah
mendengar kejayaan kekaisaran Yunani, Romawi, Persia, Utsmani, Mongol, para
Raja dari daratan Eropa. Merambah ke Cina, ada banyak dinasti Chin,
dinasti-dinasti dari daratan China, masih banyak lainnya, dan lain sebagainya.
Merambah ke tanah Jawa ada kekaisaran Sriwijaya, Majapahit, Mataram, dan
lain-lainnya.
Meluruh sejenak, jika
kita amati, kita perhatikan; Kita juga akan mendengar bagaimana pola
kehidupanmereka semua. He-eh..!.
Islam menghendaki
kepasrahan, ber serah secara total, kepada diri manusia yang sedang memegang
tampuk kekuasan. Mengakui secara mutlak terhadap system kepemerintahan kerajaan
Allah SWT. Mereka semua mempertanggungjawabkan kepada Allah SWT. Hanya takut
kepada Allah yang mengangkat mereka. Bukan malahan takut kepada lainnya. Kepada
atasannya apalagi.
Dalam system
pemerintahan kerajaan Allah SWT. Bukanlah jabatan yang membedakan kedudukan
mereka di mata Allah. Bukanlah pangkat atau golongan. Dan bukan pula banyaknya upah
(kekayaan) yang mereka terima, yang membedakan derajat mereka . Kita telah
bahas, bahwa Allah SWT yang mengangkat dan memberhentikan mereka, dengan
kalimat sederhana; semua manusia adalah karyawan Allah SWT. Pangkat, jabatan,
kekayaan, kekuatan, dan lain sebagainya diberikan atas berkat kasih sayang, dan
rahmat-NYA saja. Jadi tidak mungkin jika Allah SWT, akan memberikan
system penilaian, berdasarkan hal ini. Suatu hal yang sangat mustahil.
Maka sudah tentu, Allah tidak akan menggunakan, kepangkatan, derajat dan
martabat, kedudukan dan golongan atas diri manusia, sebagai tolak ukur
penilaian keberhasilan mereka dalam menjalankan roda pemerintahan-Nya.
Allah SWT telah
menetapkan dalam sunatulloh-Nya (system) bahwa derajat kedudukan manussia di
bedakan atas KETAKWAAN, bagaimana kesungguhan mereka dalam
menjalankan perintah dan larangan-Nya. Apakah mereka mengikuti petunjuk Allah
SWT, yang di sampaikan melalui para Rosul, atau malahan mengikuti nafsu dan ego
nya sendiri. ?. Bagaimanakah saat manusia tersebut diberikan kepercayaan
untuk memegang kekuasaan atas nama Allah SWT. Apakah mereka ber serah diri
(Islam) menjadi abdi-Nya. Atau malahan menjadi abdi syetan dan turunannya..?.
Dalam sholat ber jamaah
dapat kita rasakan petunjuk akan hal ini. Semua manusia dari kedudukan
apapun bersama-sama menghadap Allah untuk melaporkan hasil kinerja mereka. Dari
RT, RW, Lurah, Camat, Bupati, Gubernur, Menteri sampai Presiden. Perhatikanlah
bagaimana jika mereka semua sholat ber jamaah. Perhatikanlah hati mereka yang
bersama-sama menghadap Allah SWT.
Lihatlah, sesungguhnya
dalam sholat berjamaah tidak ada perbedaan kepangkatan dan golongan atas diri
manusia. Inilah petunjuk Islam. Inilah kesadaran ber-Islam.
Pak RT akan bertanggung
jawab dan dinilai sebagaimana RT, Pak RW akan bertanggung jawab dan
dinilai sebagaiman RW. Tidak mungkin, jika RT akan diminta pertanggung
jawaban sebagai Presiden. Hal yang sangat mustahil. Begitu juga camat,
Gubernur hingga Presiden akan di minta pertanggung jawaban dan di berikan
penilaian atas kinerja mereka masing-masing, berdasarkan level jabatan mereka.
Mereka semua akan diberikan imbalan dan hukuman atas itu. Akan
diperhitungan bagaimanakah kinerja mereka selama memangku jabatan mereka di
muka bumi !.
Maka sungguh tidak ada
perbedaan atas mereka semua. Semua diangkat karena Allah SWT. Semua akan
mempertanggung jawabkannya di pengadilan Allah SWT. Tidak ada yang dirugikan
sedikitpun. Dan Allah SWT telah menyiapkan syurga dan neraka bagi mereka semua.
Jika semua memiliki
kesadaran yang sama, jika semua memiliki kesadaran bahwa mereka semua akan
diadili atas kinerja mereka selama menjalankan roda pemerintahan kerajaan Allah
SWT. Maka layaknya, jika mereka semua sadar , mereka akan memohon agar tidak diberikan
jabatan saja. Karena sungguh berat tanggung jawab itu. Sungguh, jika
mereka tahu akan adanya pengadilan dan penilaian atas kinerja mereka nanti,
pengadilan akherat, adalah HARI PEMBALASAN atas kinerja (baca; perbuatan)
mereka. Sungguh mereka pasti akan memohon agar tidak diberikan tanggung jawab
yang berat itu.
Maka kenapakah manusia
masih memperebutkan jabatan dan kekuasaan..?. Tidakkah mereka tahu
resikonya..?. Semakin tinggi level jabatannya maka semakin berat resiko yang
meski mereka tanggung. Apakah mereka akan mampu mempertanggung
jawabkannya di hadapan Allah SWT.
Bukankah seharusnya
semakin tinggi level jabatan mereka. Meraka akan semakin takut terhadap Allah
SWT. Bukankah mereka akan semakin takut untuk berbuat semena-mena di muka bumi
ini..?. He-eh..!.
Maka saya kemudian
teringat anekdot yang masuk ke HP saya melalui SMS. Sekedar untuk
intermezzo saja.
Ada seorang anggota DPR
yang mendatangi seorang Kyai untuk suatu keperluan. Seorang anggota DPR yang
baru saja diangkat dan tengah bangga-bangganya dengan jabatannya tersebut.
Sebut saja namannya Fulan. Maka terjadilah dialog antar mereka sbb;
Fulan : “Pak
Kyai saya mohon bapak dapat menjawab pertanyaan saya dengan jujur. Saya
dengar bapak adalah seorang alim ulama yang terkenal dengan kearifannya.”
Kyai
: “Hmm Insyaallah nak”
Fulan : “Lebih
hebat mana saya sebagai anggota DPR dengan jabatan RT, RW atau Camat?”
Kyai
: “Jelas lebih hebat anda nak, sebab anda kan anggota DPR”
Jawab Pak Kyai cepat.
Fulan : “Kalau
begitu lebih hebat mana saya dengan Gubernur dan para Menteri ?”
Kyai
: “Wah..masih hebat anda lah nak..”
Fulan : “Kalau
begitu lebih hebat mana saya dengan Presiden pak..?”
Tanya anggota DPR
tersebut dengan antusiasnya. Cupoing hidungnya mulai melebar saking bangganya
dengan jabatannya tersebut.
Kyai
: “Hmm…saya pikir masih tetap hebat anda nak, karena andalah yang
membuat peraturan, anda yang memberikan penilain atas Kinerja Presiden. ?”
Anggota DPR semakin
bangga dan semakin puas dengan jawaban Pak Kyai. Kemudian dia menyambung lagi
dengan pertanyaan.
Fulan : “Kalau
begitu lebih hebat mana saya dengan KPK pak Kyai..?”
Kyai
: “ Ini lagi..!. Jelas lebih hebat anda lah nak. Bukankah Anda lah
yang menilai siapa-siapa orang-orang yang akan duduk disitu. Kalian
juga yang sanggup meng obok-obok mereka, sehingga kelimpungan..dsb ..”
“Wah..bener juga pak
Kyai ini..” Batin anggota DPR tersebut. Semakin menggeloralah kebanggaannya
menjadi anggota DPR. Sebentar dia diam. Kemudian tiba-tiba
mengajukan pertanyaan lagi dengan semangatnya.
Fulan :
“Heh..Pak Kyai..saya mau nanya sekali lagi nih. Lebih hebat mana saya
dengan NABI ..?”
Pertanyaan yang
tak disangka membuat Pak Kyai tercenung sejenak . Kemudian beliau menjawab
sambil menghela nafas getun.
Kyai
: “Saya rasa tetap lebih hebat anda nak. Kalau NABI masih takut sama
Tuhan. Sementara anda sama sekali tidak takut sma sekali sama TUHAN.”
Deer..!. Hmm..!.
Wallohualam.
Komentar
Posting Komentar