Kajian Khalifah, Sejarah Perebutan Tuhan
Setelah kekuatan
Komunisme yang di motori Rusia hancur, praktis tidak ada
kekuatan penyeimbang di abad ini. Kekuatan AS dan sekutunya dengan
leluasa merambah kemana saja yang dia suka. . Hasilnya, sebagaimana kejadian
kisah-kisah terdahulu, fenomena yang muncul nyaris hanyalah bentuk-bentuk
pengulangan sejarah masa lalu. Yaitu bentuk-bentuk ˜pengangkangan yang
kuat terhadap yang lemah. Mulai dari Kuwait, Indonesia, Irak,Libya, dan
lain lainnya. Praktis dimana ada umat muslim disitulah AS akan turut
bermain di kancah politik Negara tersebut. Sudah jamak dan memang sudah begitu
dari jaman dahulu hingga kini. Si kuat akan terus berusaha untuk semakin kuat.
Si kuat akan terus memaksakankesadaran mereka agar si lemah mengikuti kesadaran
mereka. Inilah kejadiannya.
Sebetulnya bukan hanya
permainan si kuat dan si lemah saja. Namun jika kita telusuri lebih dalam lagi.
Ternyata semua itu berhubungan dengan eksistensi sebuah kesadaran dalam
ber Tuhan yang harus di pertahankan oleh suatu kaum. Semakin kuat kekuasaan dan
wilayahnya maka di harapkan akan meperluas dan memperkuat kesadaran ber Tuhan
bagi kaum tersebut. Mereka akan semakin banyak pengikutnya. Mereka akan semakin
banyak umatnya. Semakin kuat lah mereka. Inilah yang menjadi sasaran mereka.
Maka karenanya, Negara yang kuat pasti akan berusaha melakukan infiltrasi
terhadap kesadaran ini. Mereka tidak akan berhenti sebelum kaum yang di
taklukan mengikuti kesadaran mereka. Mengikuti gaya hidup mereka. Mengikuti
Agama mereka. Mengikuti Tuhan-Tuhan mereka.
Jika kita amati ternyata
konstelasi kekuatan politik kesadaran ber Tuhan sejak jaman sebelum Masehi
hingga sekarang ini, nyatanya selalu sama. Yang membedakan hanyalah kekuatan
siapakah yang sedang ber kuasa saat itu. Hegonomi kekuasaan yang di pergilirkan
selama ber abad-abad dan juga setelahnya. Dimana semua kekuatan politik
ini memiliki potensi yang sama untuk ber kuasa, hanya menunggu dipergilirkan
oleh Tuhan. Jika kita petakan kuatan politik tersebut dapat kita bagi menjadi 3
kekuatan politik utama yaitu :
1. Kelompok
yang mengenal dan mengakui Allah adalah Tuhan mereka , dan ber Islam (ber
serah diri).
2. Kelompok
yang mengenal dan mengakui Tuhan mereka Allah namun tidak mau ber Islam
(ber serah diri). Kelompok ini lebih mem per Tuhan kan akal dan nafsu mereka.
3. Kelompok
yang tidak mengenal Allah adalah Tuhan mereka. Kelompok ini tidak
mengakui eksitensi Tuhan dan atau kelompok ini memper Tuhankan sesuatu yang
dapat di gambarkan angan-angan mereka.
Di setiap masa ketiga
kelompok ini selalu ada. Silih berganti ber kuasa dan menyebarkan kesadaran
dalam ber Tuhan kepada manusia manusia di jamannya. Semakin kuat kekuatan
mereka maka akan semakin banyaklah pengikut dan umatnya. Semakin banyak
umatnya, berarti kekuatan dan kekuasaan aka nada dalam genggaman mereka.
Berarti eksistensi mereka akan diperhitungkan dalam dalam konstelasi politik
dunia.
Tercata dalam
sejarah Alexander Agung. Dengan kekuatan 43 ribu pasukannya menjelajah ke
penjuru dunia dari Timur sampai Barat. Menaklukan bangsa-bangsa yang tidak ber
Tuhan. Di banyak literature Islam menyamakan dirinya dengan Iskandar
Dzulkarnaen, yang di ceritakan dalam Al qur’an yang telah berjalan sepanjang
Timur dan Barat. Menaklukan hampir seluruh Asia dalam peperangannya yang
berlangsung hampir 13 tahun. Dalam penaklukannya, tanpa di sadarinya, ekspansi
tersebut telah memasukan kesadaran baru dalam ber Tuhan bagi
manusia pada saat itu.
sehingga munculah Negara
Yunani, yang pada saat itu menjadi Negara Adikuasanya. Kekuatan
penyeimbang pada saat itu adalah Persia, kaum yang tidak mengenal Tuhan, mereka
adalah kaum yang menyembah api. Selanjutnya pada masa berikutnya, Bangsa Persia
kemudian mendapat giliran berkuasa, di sebabkan melemahnya bangsa Yunani yang
terbuai dengan kemewahan dunia. Para pemimpinnya berbuat semena-mena dan hura
hura. Mereka dengan mudah di hancurkan oleh bangsa Persia.
Setelah lama bangsa
Persia menjadi kekuatan politik utama dunia, kembali mereka terjebak ke dalam
kehidupan ber mewah-mewah sehingga lemah lah, pemerintahan mereka. Pada saat
itu, muncullah kekuatan penyeimbang yaitu Romawi. Di kisahkan dalam Surah Ar
Rum, bagaimana tentara Romawi akhirnya mampu mengalahkan pasukan Persia.
Cukup lama Romawi
menjadi kekuatan politik utama, namun akhirnya sama saja kejadiannya.
Pemimpin-pemimpin yang korup dan semena-mena, menganggungkan kehidupan duniawi
membuat pemerintahan Romawi semakin lama semakin lemah , dan pecah menjadi
Negara-negara kecil. . Pada saat itu muncullahkekuatan penyeimbang yaitu
kemunculan Islam, di jazirah Arab yang tadinya tidak pernah di lirik sedikitpun
oleh Romawi.
Melihat kemunduran
pemerintahan Romawi. Kekuatan Islam menyerbu dan memerangi Negara-negara yang
dulunya menjadi bagian dari Romawi. Dan banyak meng Islamkan Negara-negara
tersebut. Melalui penguasaan dan kekuatan politik mulailah penyebaran
kesadaran ber Tuhan yang baru. La ila ha illalah di gaungkan. Pada masa itulah
giliran Islam menjadi kekuatan politik utama, menjadi adikuasa di jamannya.
Kembali pemerintahan
Islam, juga mengalami hal yang sama seperti Negara Romawi, dan Persia.
Pemerintahannya mulai melemah diakibatkan banyak pemimpinnya yang hanya
memikirkan dunia saja. Saat itu muncul suatu kaum yang tidak ber Tuhan yaitu
tentara Mongol, yang kemudian menghancurkan dan meluluh lantakan
peradaban Islam. Sejarah memutar ber ulang kembali . Dunia kembali
ke masa kegelapan ke jaman Alexander Agung. Dunia di kuasai oleh kekuatan
politik dari kaum yang tidak ber Tuhan.
Namun , kaum yang tidak
ber Tuhan di kalahkan kembali oleh kebangkitan gereja. Hingga kaum gereja
menjadi kekuatan politik utama sampai jaman ini. Seterusnya, Kemudian
muncul kekuatan penyeimbang dari kaum yang tidak ber Tuhan, dalam bentuk baru
yaitu paham Komunisme. Terjadilah perang dingin antara Timur dan Barat. Ketika
saatnya Timur rontok, maka tidak ada penyeimbang lainnya yang cukup kuat selain
Islam bagi mereka.
Menjadi pertanyaan,
apakah sejarah akan ber ulang kembali; apakah berikutnya Islam akan menjadi
kekuatan politik utama. Mengingat rotasi pergiliran kekuasaan nampaknya seperti
itu. Boleh sajalah kita ber mimpi. Namun kita lihat saja nanti kejadiannya.
Kita amati apakah bangsa Libya mampu bangkit kembali dengan dienul Islam.
Kita amati apakah Bangsa Libya akan mampu membangun kesadaran Islam, di tengah
intervensi AS dan sekutunya..?. Sebaiknya kita doakan saja bersama.
Hmm..namun nampaknya
masih menjadi kajian yang lebih serius lagi, mengingat penyebaran kesadaran ber
Tuhan identik dengan penyebaran kekuatan dan kekuasaan politik. Kekuatan AS
masuk kemana saja, merambah apa saja, dimana saja, kapan saja. Baik melalui informasi
ataupun melalui kekuatan fisik; seperti kejadian di Irak, dan Negara-negara
muslim lainnya. Maka menjadi hal yang tidak dapat di sangkal lagi bahwa
Kesadaran ber Tuhan kepada selain Allah SWT, tanpa terasa
turut menyebar seiiring dengan masuknya AS dan sekutunya .Inilah yang perlu
kita sadari. Inilah yang perlu kita waspadai. Semoga rakyat Libya di
selamatkan.
Marilah kita doakan
semoga Khadafy tidaklah hanya sebagai symbol sebuah perubahan, bukan hanya
sekedar Trophy saja, namun lebih berarti dari pada itu. Menjadi tonggak
bangkitnya kesadaran bahwa kesadaran LA ILA HA ILALLAH, harus dan wajib
kita pertahankan dan kita jaga, bila mungkin terus kita sebarkan kepada
manusia-manusia lain yang belum memiliki kesadaran ber Tuhan. Kesadaran ini
harus terus kita turunkan kepada generasi-generasi kita. Hingga suatu saat
Allah akan mem pergilirkan kembali kekuasaan tersebut di tangan Islam. Di
tangan anak cucu kita. Suatu saat Islam kembali menjadi kekuatan utama dalam
kontelasi politik dalam kesadaran ber Tuhan di muka bumi ini. wollohualam
Demikian kajian
berangkai ini di akhiri. TAMAT
Komentar
Posting Komentar