Kisah Spiritual, Mistis Petilasan Kramat Prabu Kian Santang


Cahaya itu meleset dengan cepatnya mengarah kepada Mas Dikonthole yang saat itu tengah berdiri bersama kawan-kawannya dibawah pohon   besar yang menjulang tinggi ke angkasa di belakang makam Prabu Kian Santang. Malam langit tak berbintang, hujan seperti enggan turun menggantung saja di angkasa, kadang turun, rintiknya hanya   satu-satu jatuh ke bumi. Walaupun begitu, airnya tetap saja  terasa dingin menembus kulit, saat  tetesannya menerpa tubuh mereka. Hawa malam  memang sedikit lembab membasah akibat hujan dari sore tadi.

Pohon besar tersebut begitu kokoh dan angker sekali. Beberapa kali Mas Dikonthole   memandangnya dan berusaha menembus keangkeran pohon itu. Entah ada hawa mistis apa, yang membuat dirinya selalu berpaling kearah pohon ini. Mata kesadarannya seperti berdenting setiap kali menengoknya. Ada bisikan inilah tanda pintu gerbang ghaib untuk memasuki Kerajaan Pajajaran. Ya, pohon itulah pertandanya.

Di sekeliling tempat itu, sebatas mata memandang hanyalah kegelapan. Rupanya tempat itu berada diatas bukit tinggi yang dikelilingi lembah. Lebih jauh lagi disana dalam kesadaran,  ada sebuah lembah lainnya, yang terpencil sendiri. Hawa ghaib meliputi  penuh mistis keadaannya. Mas Dikonthole yakin sekali disanalah Kerajaan Pajajaran disembunyikan. Benar-benar tempat startegis untuk menyembunyikan kerajaan berikut dengan seluruh pasukannya. Lembah yang berada dan diapit berbukitan. Luar biasa tidak akan ada satupun orang yang akan mengira keberadaannya.  

Diam malam , bersama binatang yang seakan tak sanggup bersuara lagi. Keadaan begitu kosong. Hanya sunyi saja  yang dirasakan.  Juru kunci tepat berdiri disebelah kanan Mas Dikonthole.  Dan rekan lainnya berdiri disebelah kirinya. Mereka sama-sama menghadap  lurus ke lembah,  jauh membuang mata di kedalaman sana.Mencoba menembus kegelapan malam. Suara air terdengar   gemericik dari dasar lembah, harmoni sekali. Menambah suasana malam itu~menjadi benar-benar tak dapat diungkapkan keadaannya. Suara air berasal sumber mata air di sungai bawah lembah. Ada jalan setapak menuju kesana dari belakang makam. Sumber air kehidupan disebutnya, terasa hawanya menerpa terbawa angin malam .

Pak Aryo seperti  tengah waspada, menanti apakah yang bakal terjadi. Dalam pandangan ghaibnya alam benar-benar seperti tengah mempersiapkan sebuah prosesi besar. Akan ada kehadiran sosok yang sangat fenomenal. Sosok yang sangat dikagumi di tanah Pasundan ini. Hawanya sudah mulai terasa. Pak Aryo dalam mengamati itu . Terlihat disana tampak Mas Dikonthole sedang menggosokkan kedua tanggannya, seperti keluar asap dari kedubelah tanganya itu. Mulai perlahan, terus semakin cepat, semakin cepat lagi. Hingga kecepatannya mampu menembus batas kesadarannya. Membawanya ke dalam alam kesadaran lainnya. Dan tanpa disadari, seiring dengan gerak tangannya,  mulutnya seperti melafad ayat kursi. Dan tiba-tiba..

Tiba-tiba, nampaklah cahaya  putih itu, muncul dari arah lembah, mulai dari titik sebesar kunang-kunang. Kemudian terlihat membesar hingga terang menyilaukan. Datang dengan kecepatan sangat tinggi, mengarah ke tempat mereka berdiri. Pak Aryo terlihat berbinar, bertanya dalam hati kemanakah  cahaya tersebut akan bermuara. Mendadak saja angin serasa diam, alam seper sekian detik udara dalam kesenyapan, seperti memasuki keadaan hampa udara. Lalu dengan cepat udara berganti lagi, sekrang udara disekitar dengan radius 7 tombak seperti ditindih kekuatan energy luar biasa. Membuat sesak di dada.

Dan pada titik kulminasinya, tiba-tiba, WESS...RR...DESS..BLEGH...!. Cahaya tersebut seperti menghantam tubuh Mas Dikonthle dengan hebat, seketika tubuhnya nampak terlihat bergetaran,  mengejang, seluruh syarafnya terstimulasi.  Seakan  listrik ribuan kilovolt menerpa tubuhnya.  Raganya menggeletar bagai menahan sesuatu beban yangluar biasa. Kesadarannya tiba-tiba gelap sesaat. Blash..blash...!. Mas Dikonthole merasakan seperti ada sosok yang entitas yang  kemudian mengambil alih kesadarannya.

Pandangan mata Pak Aryo seperti nanar, saat mana cahaya menyilaukan tersebut menghantam tubuh Mas Dikonthole. Blarr...!. Matanya coba dikejapkan, dan  sungguh dia terpana. Sebab Mas Dikonthole terlihat sudah berganti rupa. Perbawanya lain sekali. Berbeda antara bumi dan langit. Didepannya nampak sosok penuh wibawa, keanggunan seorang raja, jubah putih melambai, wajahnya tidaklah terlalu tua. Rambutnya tertata rapi. Paras putih bersih sekali, wajahnya kuat menandakan kesempurnaan dan kearifan manusia, welas asih namun tetap nampak sekali keangkerannya.

Tergetar hati Pak Aryo melihatnya. Samar terdengar suara erangan seperti sauara lafadz menganggungkan asma Allah yang keluar dari mulut sosok tersebut. Sang juru kunci terlihat menunduk dengan rahsa takjub luar biasa. Terbata-bata dia menyapa, “Selamat datang Eyang..!.”  Suara puja puji terdengar derainya dari  mulut sang Juri Kunci. Suara itu menyadarkan semuanya, menjelaskan siapakah sosok yang berdiri dihadapannya. ‘Sang Prabu Kian Santang !.’  Huk !. benarkah itu ?.  Itukah wujud sosok yang menjadi legenda tanah Pasundan ?. Dia bisa melihat sedekat ini. Sosok yang hanya dikenallnya melalui hikayat cerita rakyat. sosok yang konon hanya sebuah  mitos atau legenda saja. tapi ternyata tidak !. Sosok tersebut sekarang terpampang nyata di depannya. Dia bertasbih, “Subahnalloh..!. Allah hu akbar !.” Pak Aryo takjim turut menyapa, mengucapkan salam dalam hatinya.

Sementara itu, Mas Dikonthole lamat-lamat mendengar sapaan sang Juru Kunci, namun dirinya heran saja, mengapakah dirinya dipanggil  Eyang. Dan juga tanpa disadarinya dia juga seperti mengiyakan saja bahkan dia malahan mengucapkan terima kasih kepada Juru Kunci yang sduah ikhlas merawat petilasan itu. Dirinya juga seperti masih sadar saat mencoba mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan sang Juru Kunci. saat itu dirinya, sama sekali tidak merasa bahwa raganya tengah digunakan oleh sosok yang tengah dicarinya ini. Dia hanya merasa aneh saja, megapakah sang Juru Kunci seakan-akan sangat segan dan menghormati dirinya dan selalu saja memanggilnya Eyang. “Ya, Eyang..ya Eyang..” Begitu sang juru kunci setiap kali menjawab perkataannya.

Begitu selesai denganJuru Kunci. Tiba-tiba sosok itu berkata. “Mana cucuku..kesinilah..!” Maka mendekatlah sang Prabu. Prabu Kian Santang menengadahkan ke dua tangannya ke langit. Mengambil gulungan yang berada diatas pohon. Gulungan yang menjadi mantra disana. Tangannya yang sudah berhasil mengambil gulungan tersebut, dihujamkan  ke dada sang Prabu. Terakhir kalinya dia mengambil lagi sesuatu yang entah apa dari langit, kemudian dipeluknya cucunya itu. Entah apa yang dikatakan, benar-benar Mas Dikonthole tidak mampu mengikuti. Dia hanya seperti mengatakan sepatah dua patah bahasa Indonesia, berupa wejangan dan nasehat serta lafadz ayat kursi saja kemudian mengusap badan sang Prabu beberapa kali.

Selesai mengusap cucunya itu, Prabu Kian Santang mengalihkan pandangan kepada Juru Kunci lagi, mengusap beberapa kali. Kemudian dia menengadahkan tangannya ke angkasa berdoa, berpesan beberapa patah kata, yang intinya adalah agar menjaga tempat tersebut , menjauhkan manusia yang datang kesitu dari perbuatan sirik. Sang Prabu Kian Santang tidak menyukai itu. Selesai berpesan begitu, prabu Kian santang menengadahkan tangannya berdoa, bagi keselamatan semuanya. Dan kemudian dia berpamitan. Mas Dikonthole merasakan seperti aliran listrik yang dilolosi dari badannya, menuju ke leher, hingga seperti tercekik saja dan blas..!. kesadarannya hilang sepersekian detik. sebelum akhirnya dia tersadar kembali kepada jati dirinya.

Kejadian yang tak lebih dari 15 menit benar-benar meruntuhkan sendi-sendi semuanya. Begitu tersadar,  ada dorongan yang begitu kuat untuk segera meninggalkan tempat itu. Dalam mata batinya, setelah segel (gulungan) itu diambil maka sebentar lagi akan ada perubahan dimensi disini. Dan Prabu Kian santang tidak menghendaki saat perubahan tersebut mereka ada disini. Oleh karena sebab itulah, maka Mas Dikonthole bergegas mengambil bambu-bambu kecil yang memang sudah disiapkannya subuh tadi. Diisinya bambu-bambu tersebut dengan tanah disitu.

Semua diminta bantuannya untu mengisi bambu tersebut, jumlahnya semua 7 batang ditambah 2 untuk cadangan.  Bambu itulah yang diharapkan akan dapat untuk sementara waktu menggantikan paku bumi yang sudah tercabut. Bumi akan di paku dengan tanah Pasundan, begitulah wangsit yang didapatnya. Selesai dengan itu mereka semua antri membasuh tangan dari tong dibagian dalam makam, dengan  dipandu oleh sang Juru Kunci.

Masih sangat terasa residu sosok tersebut di raga Mas Dikonthole. Dia ingat selama perjalanan Spiritualnya baru kali ini dia mengalami seperti itu. Kekuatan sosok ini benar-benar luar biasa sekali mampu mengambil alih kesadarannya. Saat mana ketika dia berhadapan dengan orang-orang Majapahit tidak sampai demikian ini. Seperti saat dia bertemu dengan Ken Arok, bertemu dengan Sultan Agung, bertemu dengan Raja-raja Majapahit lainnya, bertemu hayam Wuruk, bertemu dengan bertemu dengan Dewi Lanjar yang dikenal dengan Ratu Pantai Utara. Dia masih mampu mempertahankan kesadarannya. Namun tidak  di tempat petilasan Prabu Kian Santang ini. Kesadarannya benar-benar telah tercuri. “He eh bagaimana ini..?” Tanyanya dalam hati.  

Ternyata sang Prabu Kian santang tidak seperti yang dibayangkannya. Dia berhasil menerobos menguasai kesadarannya dan menggunakan raganya untuk bersapa dengan anak cucunya. Allah hu akbar !. Walaupun dia merasakan tetap dalam kesadarannya. walaupun dirinya merasakan seakan-akan tetap menggunakan bahasa Jawa yang dikuasainya bercampur dengan bahasa Indonesia. Namun faktanya rekan-rekannya bersaksi bahwa apa yang keluar dari mulutnya adalah Bahasa Sunda Kuno. Begitu juga sang Juru Kunci bersaksi untuk  itu. Sementara itu sungguh Mas Dikonthole juga  yakin sekali jikalau apa yang diucapkannya adalah bahasa yang dikuasainya itu, namun mengapakah faktanya yang keluar dari mulutnya adalah perkataan dalam Bahasa Sunda Kuno. Arg..Ugh..!. Dia takmengerti itu kenapakah bisa begitu.

Sungguh kisah ini diceritakan dengan hak. Tidak sedikit sosok ghaib yang menggunakan raganya untuk berkomunikasi namun semuanya pasti dalam kendali Mas Dikonthole mereka harus menggunakan bahasa yang dikuasainya, sebab bila tidak Mas Dikonthole khawatir dirinya akan dianggap paranormal, dukun ataupun orang aneh lainnya. Dia tida mau itu, dan untuk itu dia akan bersitegang dengan sosok-sosok ghaib  yang datang. Jangan ditanya bagaimana keadaannya. Bagaimana  tidak menyulitkan keadaan itu ?!. 

Sosok yang datang kpeada dirinya bukanlah tokoh-tokoh  sembarang. Hakekatnya di alam sana mereka adalah sosok yang sangat disegani seperti para raja dan kesatria, makanya  tentu saja mereka tidak mau begitu saja mengikuti aturan Mas Dikonthole.  Mereka ingin bisa langsung bersapa tanpa ada batasannya. Tentu saja akhirnya terjadilah debat di dalam sana, di raga Mas Dikonthole. Seringnya akan terjadi pertempuran di raganya. Nah pertarungan inlah yang selama ini  akan selalu terasa dibadannya dan menyiksa sekali.   Bagaimana melawan  tokoh-tokoh sakti mandraguna pada jamannya.  He eh. Lelah sangat lelah sekali jiwa raganya selama perjalanan spiritual ini.  Maka dia akan selalu ber-serah (Islam). menjadi saksi pertempuran di dalam raganya.

Mas Dikonthole sangat sadar atas apa yang menjadi keyakinannya ini. Dalam keyakinannya Aku Sejati yang akan bertanggung jawab atas apapun itu perbuatan sang raga. Aku sejati harus bertanggung jawab  kepada Tuhannya. Sehingga oleh karena itu, apapun yang dilakukan siapapun sosok ghaib yang datang  harus atas seijinnya. Aku sejatilah yang akan mempertanggung jawabkannya bukan mereka itu. Mas Dikonthole tidak mungkin meminta pertanggung jawaban mereka. Itulah yang dipahaminya. Mas Dikonthole tidak akan silau akan kesaktian-kesaktian mereka itu. Meskipun mereka semua sanggup mendatangkan harta benda, meskipun mereka semua mampu terbang secepat angin. Mas Dikonthole  yakin bukan seperti itulah hakekat ber-Islam. Semua dalam dimensi dan ukurannya masing-masing.

Semisal sebuah mobil yang dipercayakan kepada diri kita. Maka siapapun yang ingin mengendarai mobil tersebut pastilah harus atas ijin kita. Kita tidak mau jika terjadi apa-apa atas mobil yang telah dipercayakan tangung jawabnya kepada kita. Begitu halnya dengan raga ini. Maka sedapat mungkin Mas Dikonthole akan selalu tampil di depan meliputi mereka semua. Siapapun sosok yang ingin hadir dalam raganya. Oleh karena itu biasanya Mas Dikonthole selalu akan berinteraksi terlebih dahulu dengan mereka  atas keyakinannya ini. Dan biasanya dengan berjalannya waktu mereka mau memahami perbedaan keyakinan ini. Mereka mau untuk hanya dibelakang dirinya saja. Sebab dunia ini bukanlah hak mereka. Alam nyata ini adalah hak manusia sebagai khalifahnya.

Mas Dikonthole pun berusaha merunut kejadiannya. Mencoba mencari pijakan untuk pembelajaran selanjutnya. Mulai dijelajahi ingatannya. Sambil berjalan pulang menaiki ojek, ingatannya mengembang. Sementara duduk diatas ojek yang terus meliuk diantara kelokan jalan setapak itu. Sementara disisi kirinya lembah dan jurang yang nampak berbahaya. Menembus perbukitan yang gelap tanpa cahaya lampu. Ojek itu seperti tak peduli kekhawatiran itu.  Sungguh jalan setapak dan licin berbahaya sekali. benar-benar medan uji nyali.

Mulai diingatnya saat dirinya mulai dia datang. Tawaran untuk ditemani sang Juru Kunci ditolaknya. Dia merasa sangat yakin sekali bahwa dirinya bisa sendiri. Namun entah sebab apa, ada seorang Juru Kunci mengikuti, dan tanpa sungkan meladeni sebagimana seorang tamu. Memandu dan menunjukan jalan kepada mereka dengan ramah. Sesampainya di depan makam, memang ada perasaan enggan yang membuat dirinya tidak mau duduk bersimpuh disana.

Dan benar saja, saat ketika dia berusaha melihat ke dalam di balik kelambu yang menutupi makam. Uhk..!. Dirinya terhenyak, betapa tindak di depannya persis ada kepla harimau putih sebesar rumah. Hanya kepalanya saja sebesar rumah yang melingkupi makam.  Apalagi badannya.  Heh..!. Kelihatannya harimau tersebut tenang-tenag saja menatap Mas Dikonthole, seperti bersahabat. Maka teanglah Mas Dikonthole. Rupanya ini yang membuat dia enggan bersimpuh. Dia tidak mau menhadap sosok harimau siluman. Akhirnya dia memutar ke arah belakang dan tak lupa mengajak Pak Aryo dan sang Prabu.  Di belakang inilah mereka semua mulai bersimpuh.

Sambil menunggu, dirinya mencoba sekali lagi bersemedi namun sekali lagi kepalanya selalu saja  diarahkan ke belakang menengok  samping kirinya. Seperti ada yang mentakan bahwa prosesi bukan di dalam makam ini, tapi ada diluar sana. Di coba lagi dan selalu begitu. Maka disudahinya sambil menunggu rekan-rekannya itu. Dalam suasana menunggu inilah, terbersit doa kepada Tuhannya, memohon diberikan bukti dan petunjuk bila memang benar perjalannya kali ini. Rupanya doa-doa nya inilah yang dikabulkan Allah. Maka kemudian saat diluar dia langsung dihantam kesadaran sang Prabu Kian Santang. Jikalau begini keadaannya, maka dia merasa lega. Jika itu memang atas doanya, dan Allah mengijabahi. “Hemm...lega rasanya..”

Sebelumnya memang  Mas Dikonthole merasa aneh saja, saat ketika dia mengajak Pak Aryo dan sang Prabu pindah tempat. Kok, Juru Kunci terus mengikuti, menghantarkan, melayani dengan  sangat hormat. Seluruh pertanyaan Mas Dikonthole dijawab dengansantun. Begitu juga saat Mas Dikonthole  menanyakan ruang-ruang disana. Dan menayakan juga ruang apa di belakang samping kiri. Katanya hanya tanah kosong belaka. Dan Mas Dikonthole meminta diantar kesana saja. “Wah ini bukan juru kunci biasa..” Batin Mas Dikonthole.

Sambil berjalan memutar itulah Sang Juru Kunci bercerita bahwa Eyang Prabu Kian Santang yang menyuruhnya  untuk menyambut mereka. Seharusnya bukan jadwal dia malam itu. Saat tawasulpun Eyang Prabu Kian Santang sendiri yang mengkhabarkan kepada Juru Kunci, bahwa rombong Mas Dikonthole bukan peziarah biasa, mereka adalah cucu-cucunya yang sengaja diundang. Degh..!. Hati Mas Dikonthole bergetar mendengar keterangan sang Juru Kunci ini.   “Jadi benarkah semua ini..?”  Ada perasan lega bahwasanya ada seseorang penyaksi lainnya, sehingga bukan dirinya sendirilah yang tahu perihal titisan sang Prabu Siliwangi ini. Sang Juru Kunci telah mengkhabarkannya sendiri.

Alhamdulillah, telah dikisahkan diawal bahwa akhirnya Sang Prabu Kian Santang sendirilah  yang datang, memberikan bukti atas keberadaan dirinya. Sang Prabu Kian santang  bukanlah semisal mitos atau legenda saja. Dia nyata sekali. Rupanya itulah yang ingin ditunjukkan, agar Mas Dikonthole semakin yakin atas hal ghaib dari keyakinannya yang sudah ada itu.  Beliau sendirilah yang mengambil gulungan tersebut, dan sekaligus memberikan restunya kepada anak keturunan Pajajaran untuk berkiprah mewujudkan nusantara baru. Sang Prabu Kian Santang dengan tangannya sendiri, memberikan gulungan mantra  yang menjadi hak titisan Prabu Siliwangi (baca kisah sebelumnya Menelisik Titisan Prabu Siliwangi).  Allah hu akbar. (Benarkah keadaannya ini ?. Maka semuanya kembali kepada dimensi keyakinan saja.)

Dimensi waktu telah berimpit, bumi telah lelah menahan ulah manusia.  Gejolak alam semakin terasa. Maka Mas Dikonthole bersegera meninggalkan wilayah itu. Semua  bersandar di jok mobil, mengambil nafas. Saat mobil meluncur menuruni perbukitan,  meninggalkan kesan yang sungguh tak terlupakan, kisah mistis petilasan kramat Sang Prabu Kian Santang.

Dalam perjalan pulang, lelah terasa di badan. Angannya terus meluncur bersama mengikuti mobil Jazz yang juga berkelak kelok mengikuti jalan. Selepas Bundaran Suci, menuju arah Garut tiba-tiba hujan dan angin menghebat. Pandangan mata hanya mampu 2 meter ke depan saja. Angin dan hujan seperti memberikan pertanda alam lainnya. sebuah harap dan prosesi telah dilakoni.

Mimpi kini terkembang , memasuki alam tidur yag panjang. Membiarkan sang Prabu menyetir sendirian. Mas Dikonthole memasuki tiwikrama, sebuah restu sudah didapatnya lagi. Dari sesepuh tanah Pasundan ini. Bungah dan kelegaan tiada taranya. Jiwa seperti membumbung ke angkasa. Terbayar sudah lelahnya seharian tadi.  Dari pagi hari berangkat dan  baru sampai di petilasan sehabis isya. Dan terbalas juga perjalanannya ribuan kilometer bertahun sebelumnya.


Kelelahan  terbayar. Sebuah laku telah ditetapi. Bersama memasuki mimpi lagi. Mimpi sebuah negri  gemah rimpah roh jinawai. Sebuah nusantara yang terbebas dari angkara murka manusia. Dan masyarakatnya hidup tentram disana. Mas Dikonthole terus memasuki mimpinya, hingga dia tanpa sadar terlihat  tersenyum sendiri dalam kelegaan yang tak terkira. Sebab kini telah dikantonginya restu dari Tanah Pasundan ini. 


"Benarkah nanti anak keturunan Pajajaran yang akan mengawal lahirnya nusantra baru. Sebab kejadiannya sepertinya anak-anak keturunan Pajajaran yang di restui alam." Mengapakah begitu. Mas Dikonthole semakin lelap memasuki mimpinya. Dia tidak berani berspekulasi. Karenanya dirinya membiarkan saja pernyataan ini sebagaimana adanya. Biarlah alam yang mengurusi urusannya sendiri perihal ini. Wolohualam

salam




Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  2. Ass.wr.wb. selamat buat Mas Dikontole,semoga mimpi menjadi kenyataan.Amiin

    BalasHapus
  3. salam silaturahmi dari saya , ceritanya menarik neh lw boleh tau Mas Dikontole nama aslinya siapa seh?

    BalasHapus
  4. salam silaturahmi dari saya orang sunda ... ceritanya menarik untuk di simak lw boleh tau nama asli Mas Dikontole siapa? dan minta no kontak klw bisa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dia tidak memberitahukan mas. Maaf

      Hapus
    2. mas dikontole nama aslinya samin bin mi'un

      Hapus
  5. SALAM SABDA PANGLIMA PADJAJARAN

    BalasHapus
    Balasan
    1. salam hormat dari penjaga perbatasan kerajaan pajajaran di kalimulya depok

      Hapus
    2. salam hormat dari penjaga perbatasan kerajaan pajajaran di kalimulya depok

      Hapus
    3. salam hormat dari penjaga perbatasan kerajaan pajajaran di kalimulya depok

      Hapus
  6. salam hormat dari penjaga perbatasan kerajaan pajajaran di kalimulya depok

    BalasHapus
  7. salam hormat dari penjaga perbatasan kerajaan pajajaran di kalimulya depok

    BalasHapus
  8. salam dari penjaga perbatasan pajajaran kalimulya depok

    BalasHapus
  9. JIKA DI LIHAT DARI KATA KATA YG DI PAPARKAN DARI SEGALA CERITA CERITA KISAH SPIRITUAL INI MAKA TERLIHAT JELAS JIKA TANPA DI UCAPKAN MAS KONTOLE ITU MENGAKU DIRINYA SATRIA PI PININGIT
    DAN JIKA MAS KONTOLE ADALAH SATRIA PININGIT MAKA LELAKUNYA BUKAN JALAN JALAN RUHANI SEPERTI WISATA GHAIB GITU.
    TETAPU HARUS BENAR BENAR BISA MERAIH MANUNGGALING KAWULO GUSTI DGN HENING SEHENING HENINGNYA. BUKAN JALAN JALAN WISATA GHAIB GITU. KEMELEKATAN PIKIRAN KE ARAH HAL GHAIB BUKANLAH LELAKU SATRIA PININGIT.

    YG JELAS SATRIA PININGIT HRS MAMPU MENGHADIRKAN KUASA ALLAH SEPERTI YG DI ALAMI DI JAMAN NABI SULAIMAN,
    SATRIA PININGIT HRS MAMPU MENDHOHIRKAN JIN JIN YG BERSIFAT GHAIB DI ALAM JIN UTK WUJUD DHOHIR DI HADAPAN SELURUH MANUSIA MESKI MANUSIA TSB TIDAK PEKA BATIN. KRN JIN JIN ITU YG AKAN MEMBAWA PESAN AGAR MANUSIA HRS TAKHLUK KEPADA SULTAN HERU CAKRA. TAK ADA YG BISA MENGALAHKAN JIN JIN UTUSAN SULTAN HERUCAKRA YG SUDAH DHOHIR WUJUD MANUSIA ITU. DHOHIR SEPERTI JASAD MANUSIA.

    ITULAH KEMAMPUAN SULTAN HERUCAKRA

    JIKA MAS KONTOLE LELAKUNYA CUMA JALAN JALAN TOK MAKA MIMPI DI SIANG BOLONG BISA PUNYA KEMAMPUAN SEPERTI SULTAN HERU CAKRA YG ASLI.

    BalasHapus
  10. SAYA TIDAK TAHU APAKAH KOMENTAR SAYA AKAN ANDA SETUJUI UTK DI PUBLIKSIKAN ATAU TIDAK. TETAPI SATRIA PININGIT ITU NGGAK MUNGKIN BERGAYA DI BLOG BERCERITA SANA SINI TENTANG PENGALAMAN GHAIBNYA DI BLOG. MENANDAKAN JAUH DARI LELAKU KESEMPURNAAN. HRS BISA MENYEMPURNAKAN DIRI MENGALAHKAN KEMELEKATAN PIKIRAN NYA DGN TERPOTONGNYA HAWA NAPSU SEHINGGA MERAIH KESEMPURNAAN MANUSIA. SAAT ITULAH WAHYU SULTAN HERUCAKRA AKAN TURUN SEHINGGA KUASA ALLAH AKAN TURUN.

    JANGANLAH PENGLIHATAN BATIN ITU DI GEMBOR GEMBORKAN DALAM DIRI YG TERSEMBUNYI SEOLAH ANDA PAHAM DAN MENGERTI TENTANG SATRIA PININGIT.

    DAN SATRIA PININGIT ITU ADALAH SATU SATU NYA MANUSIA YG MENJADI GURU NYA KANJENG RATU KIDUL. YG JELAS KANJENG RATU KIDUL TIDAK TOLOL MAU BERGURU SAMA MANUSIA. JIKA MAS KONTOLE BUKAN GURUNYA KANJENG RATU KIDUL YG MENGIJASAHKAN ILMU KHUSUS BERARTI MAS KONTOLE BUKAN SATRIA PININGIT. BATIN MU TERTIPU DGN PENGLIHATAN GHAIB. MAKA NYA LELAKU NYA YG BENAR ITU MERAIH KESEMPURNAAN YG SAMA PERSIS DI ALAMI SIDARTA GAUTAMA MENGALAMI PENERANGAN SEMPURNA DAN MENJADI BUDDHA. LELAKUNYA PERSIS SEPERTI ITU.
    DAN JIKA MAS KONTOLE CUMA JALAN JALAN WISATA GHAIB TOK BERARTI BUANG JAUH JAUH KEINGINANMU JADI SULTAN HERUCAKRA.
    KRN HRS MAMPU MENDHOHIRKAN SELURUH JIN JIN UTK DHOHIR DI SELURUH MANUSIA DGN DHOHIR BERWUJUD MANUSIA JASAD MESKI MANUSIA YG DI DATANGI JIN JIN YG BERWUJUD MANUSIA ITU MATA BATIN MASIH AWAM.

    DGN CARA ITULAH SULTAN HERU CAKRA MENAKHLUK KAN SELURUH PRESIDEN MANUSIA.
    TETAPI SETELAH SULTAN HERU CAKRA JADI PENGUASA DUNIA YG MENATA DUNIA MAKA BELIAU TETAP MENYEMBUNYIKAN JATI DIRI NYA. BUKAN SEPERTI ANDA YG SEOLAH OLAH SECARA HALUS INGIN MEMBUKA JATI DIRI DGN CERPEN CERPEN NYA

    BalasHapus
  11. Anda benar sekali mas. mas Thole manusia biasa yang sedang jalan-jalan. Tenang tidak usah khawatir. Dia cuma jalan-jalan wisata ghaib .

    Kisah ini cuma dongengan, atau sejenis fiksi kok. Tidak usah khawatir. Dengan harapan 'menghibur' buat teman minum kopi. Makanya judulnya juga kisah spiritual.

    Ada kisah roman, kisah cinta, kisah kepahlawanan, Itukan semua kisah. Santai saja mas, nikmati saja sajian kami ini.

    Terima kasih sudah mampir.

    salam

    BalasHapus
  12. salam dari pajajaran wetan....marilah kita bersama sama berdo,a dengan kerendahan hati memohon kpd tuhan yg maha kuasa memberikan pemimpin2 negeri ini yg berjiwa rohmatanlil alamin...amin.

    BalasHapus
  13. salam dari pajajaran wetan...alas roban..

    BalasHapus
  14. salam kenal dari saya riyad....di pajajaran wetan...alas robban.

    BalasHapus
  15. salam dari riyad pajajaran wetan mari kita bersama sama menunduk dan merendahkan diri....munajat memohon kpd tuhan yg maha esa...agar negeri ini di berikan pemimpin pemimpin yg rohmatanlil alamin..pemimpin yg memimpin negeri ini dengan hati nurani..bukan dengan hawa nafsu belaka...sambil menunggu datangnya si satrio piningit..datang...karena pada hakekatnya di dalam setiap insan terdapat jiwa satrio piningit....jika saja setiap pemimpin negeri ini meminpin dengan hati nurani...bukan dengan hawa nafsu belaka..semoga negeri ini menjadi negeri yg gemah ripah lohjinawi...amin.

    BalasHapus
  16. Sy prnh ke tmpt ya prabu kian santang,wkt itu yg pnya hajat kk sy,sy hnya ngantar,,wkt pas dtng ksna istrht dlu di warung di sputar petilasn kian santang,lg santei ngopi smbil ngbrl...ada suara gaib,"bhwa sy sdh d tunggu sang prabu kiansantang"...sy heran.ko sdh d tunggu. Pas sy ngikut tawasuln kk sy dg kuncen.pas nengok k samping.eh trnyata ada prabu kian santang sambil ngucapin salam.ahir sy ngbrol aj..sdh beres sy trs ke lembah ya trnyata byk mahluk mahluk halus pd nyamperin.krn sy org ya sdkit sk iseng.mka sy kluarin hp.sy poto dg kamera ya dg d sertai blizt ya spya terang.krn dlembah bgtu gelap..alhasil hp ya jd eror.ngebleng.stlh mnta maaf eh hp bgs lg....!!!.buat bopo guru aries prisdiant.mantap penjlsn ya..salam rahayu.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali