Kisah Spiritual, Prosesi Putra Mataram
adalah dia yang kemarin dan hari ini
kata-katanya telah menjadi ribuan cerita
sebab dialah saksi dan bukti sebuah perjalanan
menjadi sebuah hati yang tersakiti
oleh cinta dalam misteri kekuasaan,
politik dan bakti sebuah negri
dan..
Diamnya sendirian menyapu angin
dan..
Diamnya sendirian menyapu angin
karena cinta yang ditangisi akhirnya terbukti
sampai kemana saja
dia meratapi dirinya sendiri
tak lelah...jua.
He-eh..!.
dia meratapi dirinya sendiri
tak lelah...jua.
He-eh..!.
...
Lihat, lihatlah. Luluh lantak singgasana, berserakan
bagai daun kering terhampar di tanah. Dan pohon kemuning akan segera saja di
tanam, sebab suatu saat kelak dapat jadi peneduh. Meski hanya jasad
bersemayam. Namun baktinya sudah disini.
“Lihatlah Ayahanda, ananda bersimpuhi,
dalam gamang dan sakti hati !. Bertanya
tak mengerti, bilamanakah ini semua terjadi !. Tidakkah Ayahanda punya hati ?.“ Bersujud dipeluknya bongkahan batu dan
semen serta pasir kali. Makam sang Panembahan Senopati bagai pagi tak tersiangi, berantakan dihantam air
bah emosi. Tidak ada singgsana, tahta, atau wanita. Keperkasaan tak bersisa hanya tulang tersaput jelaga.
Disana, langit terbelah, sebab tangisnya tak terkendali.
Hanya remah tanah merapat bagai gundukan yang membisu. Tangan terkepal memegang
nisan. Dia sendirian disana dengan raga terkini. Menahan seonggok rahsa yang
membelit, menggayuti hati. Satu demi
satu air mata membasahi pusara. Raungannya meratapi waktu yang terjadi, tengah dalam
menyesali. Setelahnya seketika, kilatan
mata karena marahnya. Tertengadah
menatap nisan Ki Juru Mertani, acuh tak peduli.
Dia seorang putri, kini berdiri bersimbah air mata pedih dan perih. Tak
sadar jika dia kemari, melangkah ke tempat ini, membawa kaki, dengan hati tak mengerti, dan terus bertanya.
“Kenapakah harus kesini. Mengapa raga seperti tak terkendali.”
Sepanjang mata memandang hanyalah nisan mati. Sementara
jiwanya hidup bagai bara api, yang sanggup membakar hutan perdu dan mahoni. Belantara
kesedihannya tak terkira lagi. Hingga badannya ringkih karena sebab menahan belasan sakit hati. Sebuah belati iba
diri menikam jantungnya. Nampak semua dalam aura, maka wajahnya, serasa tersaput
duka. Alisnya hitam menahan semua. Mengapa terjadi pada dirinya ?. Dia tak
mengerti itu, hinggapun saat mana
menginjakkan kaki disini, de makam inipun dia tak mengerti karena sebab apa. Jika begitu siapakah dia sesungguhnya ?. Jika
apa yang dirasa dan apa yang dikerjakan tak dipahaminya ?. Berjalan bagai orang
papa, di kemarau panjang. Adakah yang dimengerti
?. Tidak !. Tidak ada yang mengerti ?. Dia dipanggil Gusti Putri, adakah yang
mengenali ?. Sementara dia sendiri tidak tahu itu. Jikalau masa lalunya adalah seorang putri raja yang sangat disegani dan ditakuti seluruh negri.
Yang dia tahu dan yang dia mengerti hanyalah rahsa kesedihan,
nelangsa, iba diri, dan rahsa bersalah itu. Rahsa yang membawanya kesini ke
komplek pemakaman para raja di Kota Gede, tempat bersemayamnya Panembahan
Senopati dan Ki Juru Mertani. Lantas, bagaimana ketika lukanya tidak lagi
berhitung hari. Mestikah akan terus diikuti ?. Lantas bilamanakah jika dia tahu
bahwa dendamnya sudah melintasi jauh sekali, melintasi peradaban. Dan bagaimana keadaannya,
jika hal itu dia rasakan bagai sebuah mimpi, seperti baru kemarin terjadi ?. Dia merasa baru
kemarin pagi, ugh, baru saja selintas pergi, jiwa masih berdua dengan suami. He eh, dan dia sungguh
tak menerima jika sesungguhnya itu cerita sudah berabad-abad lalu. Cerita
dimana suami mati mengenaskan didepan matanya sendiri. Meski sudah diceritakan ribuan kali. Saat mana
kepala suaminnya dibenturkan hingga mati oleh ayahandanya sendiri. Itu adalah takdir illahi Robbi. Dia tak yakin
itu. Dia terus saja menyesali dirinya kenapakah begitu ?. Ugh..lelah sudah
menasehati.
Maka disana dimakam sang Panembahan Senopati, bauran
rahsa mengaharu biru menghilangkan kesadarannya. Tak lagi jelas seperti apa
rahsanya. Kadang jeritan tak bertenaga , lirih hanya nelangsa saja. Seperti erangan anak kucing yang menungu
ibunya. Hik..Begitulah keadaan Gusti Putri Ratu Pambayun. Sosok gadis belia yang meninggal saat dirinya tak kuasa menghadapi tragedy cintanya luar biasa, atas nama tahta, harta dan kuasa. Sebagaimana wanita lainnya yang menjadi alat politik penguasa. Sebagai gratifikasii kepada lelaki untuk memuluskan sebuah jalan untuk sebuah kejayaan.
Antara
sadar dan tidak, raga terkininya serasa tahu, mengerti itu, dan juga kenal dengan nama itu. Logika
pikirannya sempat kebingungan sebab dia merasa sangat lekat dengan tokoh yang satu
itu. Tapi kapan, dan dimana, mengapa dia seperti pelakunya saja. Kesedihannya itu adalah miliknya juga. Padahal dia manusia biasa-biasa saja dalam kehidupan kota yang teramat biasa. Namun mengapa semua seperti ditunjukkan berkali-kali. Apalagi saat mana sehari sebelum dirinya ziarah ke makam Panembahan Senopati, saat ketika dua orang wartawan tanpa dimintanya
mendekatinya, yang tengah duduk bersimpuh di sebuah makam. Kemudian baru diketahuinya jika makam tersebut ternyata makam Ki Ageng Mangir dimana sebagian makamnya berada diluar yang tegah diduduki sekarang.
Kemudian tanpa dimintanya kedua orang tersebut menceritakan hal ihwal Ki Ageng Mangir. Seperti ada kekuatan yang menyuruh mereka. Bla..bla..kedua orang tersebut asyik saja bercerita. Sementara dia hanya mampu bengong saja, bertanya untuk apa mereka bercerita padanya. Kesadarannya seperti dotarik kesana kemari. Selesai dengan itu mereka berdua kemudian pergi begitu saja. menyisakan pertanyaan yang lainnya. Sungguh dia tidak mengerti. Namun memang seperti ada rahsa nelangsa disana, ada rasa bersalah yang hebat luar biasa, menusuk tepat sekali di jantungnya, mendengar nama itu disebutkan. Hampir saja dia mengalami sesak nafas dibuatnya. Mengapa dirinya seperti mengenal tokoh-tokoh tersebut. Dan mengapa pula saat ketika berada di kompleks pemakaman ini, jiwanya seperti diluar kendalinya. Ugh..sungguh misteri dan membingungkan dirinya.
Kemudian tanpa dimintanya kedua orang tersebut menceritakan hal ihwal Ki Ageng Mangir. Seperti ada kekuatan yang menyuruh mereka. Bla..bla..kedua orang tersebut asyik saja bercerita. Sementara dia hanya mampu bengong saja, bertanya untuk apa mereka bercerita padanya. Kesadarannya seperti dotarik kesana kemari. Selesai dengan itu mereka berdua kemudian pergi begitu saja. menyisakan pertanyaan yang lainnya. Sungguh dia tidak mengerti. Namun memang seperti ada rahsa nelangsa disana, ada rasa bersalah yang hebat luar biasa, menusuk tepat sekali di jantungnya, mendengar nama itu disebutkan. Hampir saja dia mengalami sesak nafas dibuatnya. Mengapa dirinya seperti mengenal tokoh-tokoh tersebut. Dan mengapa pula saat ketika berada di kompleks pemakaman ini, jiwanya seperti diluar kendalinya. Ugh..sungguh misteri dan membingungkan dirinya.
Semua baru jelas, ketika
semua simpul terangkai. Kejadian demi
kejadian yang dialami seperti terbaca jelas oleh raga terkininya. Burhan
sedikit demi sedikit membuka mata batinnya ada sesuatu yang tak wajar dalam
dirinya. Benarkah ada reinkarnasi ?. Pertanyaan itu terus bergayutan. Hingga tanpa
sengaja dia membaca sebuah blog. Dan kemudian hari Mas Thole membantu prosesi pengenalan jatidiri. Semua sudah jelas keadaannya kini. Dan bertekad untuk mengkhiri kegamangan atas
dirinya tersebut. Hm..tuntas sudah sebuah cerita. Kisah yang terus tersimpan
dalam sel-sel ketubuhannya. Cerita akan terus bergulir. Siapakah sejatinya
dirinya ?. Mengapakah dia turun dan reinkarnasi ?. Semua akan diselaraskan kini dengan kehidupan terkini. Hanya doa semoga saja dia istikomah menjalani laku spiritual ini.
Bagaimanakah kemudian keadaannya, maka rangkaian SMS yang
dijalin dengan Mas Thole, untuk mengikuti perkembangan dirinya, akan dicuplikan menjadi satu rangkaian spiritual ;
“Walaikumsalam.
Badan masih pegal2. Penyelarasan belum tuntas. Gusti Pembayun ini manja, ga bisa dikerasin. Nangis terus, sedang
cari sinergi, supaya ga terlalu split personality. Bisa aneh saya kalau begini “
“Ya,
saya usahakan secepatnya selaras. Saya nggak mau prosesi lagi dan energy
sedihnya ke transfer lagi. Dia harus ikhlas secepatnya.”
“Permasalahan
terbesar adalah dia merasa salah sama suaminya. Masa saya harus cari dia
(suaminya-pen).Ga bisalah, saya udah ga semuda dia..dst “
“Tapi
dia jatuh cinta pak,dan dia nggak tau kalau bapaknya akan membunuh suaminya.
Aduuuh, nulisnya ini aja mata saya sudah berlinang lagi, sulit menahan rahsa
ini.”
Begitulah sebagian cuplikannya. Semua argumentasinya coba
dipatahkan oleh Mas Thole, faktanya adalah sebuah misi. Gusti Putri Pembayun
diutus oleh Ayahandanya untuk membunuh Ki Ageng Mangir, maka menyamarlah Gusti Putri Ratu Pembayun. Dengan penyamarannya itu dia berhasil
mendekati Ki Ageng Mangir, bahkan kemudian dijadikan istri terkasihnya, satu-satunya istrinya sangat dicintai Ki Ageng
Mangir. Sampai disini tidak ada masalah, sesuai sudah rencananya. Yang menjadi masalah adalah ketika Gusti Puti Pambayun pun juga kemudian malah ikut jatuh cinta juga. Cinta yang amat sangat kepada Ki Ageng Mangir, dia baru merasa setelah dirinya menjalani perkawinannya itu. Kasih sayang Ki Ageng Mangir suaminya yang luar biasa mampu meluluhkan jiwanya yang keras lagi memandang rendah lelaki. Dari sinilah cerita kemudian dibangun. Dalam episode cinta terlalu. He eh.
Berkali-kali saat Ayahandanya menanyakan kapan misi akan dilaksanakan, kapan kiranya dirinya membunuh Ki Ageng Mangir. Gusti Putri selalu mengelak, dengan pelbagai alasan. Entah sudah berapa lama, sehingga akhgirnya membuat Ayahandanya Panembahan Senopati tidak sabar kemudian mengatur strategy untuk menjebak Ki Ageng Mangir. Maka terjadilah peristiwa yang sangat mengguncangkan tanah jawa itu. Seharusnya misi selesai dengan matinya Ki Ageng Mangir. Namun tidak dengan hati. Gusti Putri sungguh-sungguh saat itu telah jatuh cinta, sungguh dia mencintai suaminya dnegan tulus dan dengan hatinya yang terdalam. Semisal cinta Zulaikha kepada nabi Yusuf. Apakah yang bisa kita petikk hikmah dari kejadian ini ?.
Kesalahan Gusti Putri Ratu Pambayun pada awalnya hanyalah dalam niat perkawinannya
itu. Dia niatnya menikahi Ki Ageng Mangir adalah untuk membunuhnya, menjalankan
misi Ayahandanya. Namun jika kemudian jalan cerita menjadi lain. Gusti Putri
malahan jatuh cinta betulan, itu lain persoalan. Allah telah mengabulkan
doanya, yaitu dengan terbunuhnya Ki Ageng Mangir sesuai dengan misi awalnya. Doa diawal saat mula dirinya akan menjalankan misinya sudah diijabah Allah. Bila saat dikabulkannya dirinya sudah tidak dalam dimensi yang sama, hatinya sudah tidak ingat lagi dengan permintaannya kepada Allah sebagaimana diawal misi. Siapakah yang patut disesali. Allah akan selalu mengabulkan permintaan hamba-Nya, inilah hukum kepastian sebab dia Maha Pemurah. Masalahnya adalh bagaimana manusia kemudian memaknainya.
Ini yang luput dari kesadaran Gusti Putri, rasa sesal dan
rasa ibanya seharusnya tidak perlu sampai berlarut demikian. Apapun itu jika diniatkan kepada selain
Allah hasilnya pasti akan berbalik kepada dirinya sendiri. Itulah hukum-hukum
Allah. Ketika dia terlalu mencintai suaminya, ketika dia terlalu mencintai
ayahandanya. Maka dia telah menjatuhkan cintanya kepada selain Allah. Ketika dirinya tidak mampu berserah atas semua yang terjadi dan menganggap itu sebagai takdir illahi. Maka jelas sekali akibatnya dia akan termakan oleh cintanya sendiri. Cintanya
akan menjadi energi yang berbalik menghancurkan dirinya sendiri. Itulah
hukumnya.
Cinta yang demikian ini akan melintasi peradaban, menjadi beban cinta
bagi anak keturunannya. Residu rahsanya seumpamanya radiasi nuklir adanya, demikian
dahsyat, jarang sekali manusia biasa mampu menahannya. Itulah yang dialami raga
terkini Gusti Putri Ratu Pambayun. Dan itulah yang terjadi pada orang-orang
masa lalu, sangat jarang mereka yang mampu bertahan karena sebab ini. Jika
tidak karena pertolongan Allah mereka bisa mati muda atau menjadi ‘gila’.
Karena itulah Mas Thole merasa berkewajiban memberikan pemahaman kepada Gusti Putri dengan terus mengeksplorasi keadaannya, agar
bashirohnya paham dan mampu mengamati bahwa ada entitas lain didalam tubuhnya. Agar dirinya Sang Aku Sejati mampu menjadi imam atas jiwa dan raganya itu. Ada entitas yang reinkarnasi di dalam raganya. Entitas yang ingin dikenali.
Entitas yang sengaja diturunkan oleh Allah untuk sebuah urusan. Itu adalah kehendak-Nya, sebab dan untuk apa, hanya Allah yang tahu. KIta diwajibkan ikhlas menerima sebagai bagian dari instrumen ketubuhan kita, sebagai sesuatu yang wajar dan harus disadari oleh Aku Sejati (mim).
Semua pemahaman ini harus terus di afirmasikan, itu dilakukan agar raga terkininya mampu
meliputi entitas tersebut sehingga keadaannya dia yang akan menjadi sang imam.
Berulang kali disampaikan bahwa dia yang akan dimintakan pertanggung jawaban oleh
Allah atas raga terkininya bukan entitas yang reinkarnasi. Masing-masing akan
dimintakan pertanggung jawabannya. Jika dia juga tidak mampu ber-Islam maka dia
juga akan dimintakan pertanggng jawaban. Maka masing-masing harus saling
menasehati dalam Islam. Itulah hukumnya.
Entah mengapa Mas Thole terus membombardir Gusti Putri
Ratu Pembayun, dengan banyak pertanyaan. Dan entah mengapa pula dia saat itu merespon terus, sesuatu yang aneh saja mengingat biasanya dia dalam kesibukan kerjanya. Dalam mata batinnya dia harus
segera disempurnakan fase reinkarnasinya hari itu juga. Karena hari itu adalah
sudah waktunya. Dialah salah satu
satria pilihan alam, dialah Putra Mataram yang akan membantu misi mewujudkan Nusantara
Baru. Alhamdulillah usahanya tidak
sia-sia, ketika dia diminta untuk segera mengambil sikap, ada sebaris SMS yang kemudian menjadi sebuah
ikrar,
“Ya,
saya sudah memutuskan saya datang ke rumah bapak. Masa lalu sudah selesai. Saya hadir lagi disini punya misi.
Insyaallah. Salam”
Blegh..!. Inilah ikrar yang diminta alam. Kesiapannya
untuk menjalankan misi. Seper-sekian detik dalam lintasan meditasinya Mas Thole
mengkhabarkan keapada alam, dan kemudian alam merespon balik secepat itu pula. Setelahnya
kemudian Mas Thole mengirimkan balasan SMS, yang kemudian dirangkaikan;
“Selamat datang Putra Mataram, kesatria
terpilih, berjalanlah lurus di jalan-Nya. Insyaallah, dalam ridho-Nya. Alam akan memberi tanda, perhatikanlah. Amin 3x.”
“Sudahkah
lihat keluar suasana alam..?”
“Iya
pak, saya sampai kaget. Saya sedang di mushola kantor. Melihat keluar jendela,
hujan deras dan kilat di langit, diatas gedung KPK yang kebetulan bersebrangan
dengan kantor saya. Subhanalloh, dan itu hanya beberapa menit setelah SMS bapak
tadi.”
Dan itulah jawaban yang sepertinya sudah diduga Mas Thole.
Semua seperti untuk meyakinkan saja. Rangkaian SMS tersebut memang dikirimkan
dalam suasana mistis yang melingkupi. Mas Thole benar-benar dalam merasa
suasana alam yang meliputi dirinya. Dia didalam ruangan lantai 2, tidak bisa
melihat keluar, dia tidak tahu suasana seperti apa. Namun yang jelas saat dia
mulai SMS awal suasana di Jakarta kota masih terang. Dia tidak mengerti,
benarkah itu terjadi secara kebetulan saja, atau memang hujan dan petir
tersebut pertanda alam atas lahirnya kesatria baru. Itulah keyakinan Mas Thole,
kelahiran kesatria terpilih pasti akan diiringi tanda-tanda alam. Dia sudah
selesai dengan itu.. Maka dengan entengnya di SMS tersebut. Mengajak agar
memperhatikan langit. Sebab dirinya yakin bahwa Gusti Putri Pambayun adalah
salah satu kesatria terpilih sebagaimana juga keyakinan Ratu Sima, yang sempat
mengirimkan emailnya. Subhanalooh.
Keyakinan tersebut lebih diperkuat lagi saat mana Mas
Thole melewati jalan Casablanca, ternyata hujan hanya sebentar, sebelum ashar telah usai, dan lagi
hanya terjadi dia area seputar itu saja. Hujan hanya deras mengguyur daerah
selewat Tanah Abang dan sebelum masuk tebet, daerah segitiga mas. daerah seputar itu terlihat sangat pekat
mendungnya, namun jauh disana malah terang benderang, selewat Tebet saja sudah
terang. “Ugh. benarkah ini..?” Semoga
saja benar adanya. Hati penuh syukur dengan bertgabungnya satu kesatria pilihan
alam lagi, maka kekuatan sekarang sudah mulai bertambah. Alhamdulillah.
Dia yang berjalan melintasi malam
adalah dia yang kemarin dan hari ini
kata-katanya telah menjadi ribuan cerita
sebab dialah saksi dan bukti sebuah perjalanan
Bila
langit tak bertepi dan hujan juga tak mau berhenti. Kilatan petirnya memukau
hati. Disana , dipemberhentian nanti.
Saat semuanya sudah terganti. Yakini bila semua pasti akan terjadi.
Hujan awan angin petir dan api. Geriapnya kini dan nanti akan menemani. Tanah, kayu, logam, air, dan juga api. Semua elemen, semua unsur telah merapati.
Saatnya akankah kini lusa ataupun nanti
tidaklah usah peduli. Sebab para Kesatria yang terpingit pasti akan kembali,
dia datang untuk membebaskan negri dari penjajahan nafsu. Membela negri ini
agar nyaman ditinggali. Mewujudkan Nusantara Baru.
Wolohualam.
Assalamu'alaikum Mas Arif. Baru sbentar ini saya membaca artikel anda di kompasiana, mengenai ilmu laduni yang saya ketahui erat hubungannya dengan cerita Nabi khidir. Apakah konteks ilmu laduni tersebut erat kaitannya dengan mengkaji diri? jika boleh kiranya, sudilah mas arif berbagi sedikit ilmu kepada saya yang haus akan ilmu. trimakasih. Wassalam :)
BalasHapusInsyaallah begitu keadaannya, silahkan berselancar terlebih dahulu mas, banyak terserak di kajian-kajian saya di awal. Sebab kajian-kajian di awal adalah pemahaman tauhid terlebih dahulu sebelum memasuki makrifat atau memahami sebuah kisah. Salam Insyaallah
HapusAssalamualaikum mas arif perjalanan spiritual yg mencerahkan suatu penyegaran bagi saya. Suatu anugerah bisa bertemu mas arif yg notabenya tdk jauh beda dngn posisi saya saat ini tetapi mas lebih berpengalaman & memang saya mungkin juga bagian dari pion2 catur yg dlm kendali-Nya rencana-Nya. Saya butuh bimbingannya mas hp: 085 655 702 663
BalasHapusFb: markus steamy
Insyaallah kita akan dipertemukanNya
Hapus