Kisah Spiritual, Turunnya Titah Sang Prabu Siliwangi Untuk Orang-orang Masa Lalu


Pagi ini berangkat seperti biasa, menjelajah kota menuju tempat kerja dengan  sepeda motornya. Namun yang tidak biasa adalah awan yang bergumpal di langit sana. Ada sebuah pesan yang menggiriskan sekali. Pesan alam yang mengkhabarkan keadaanya. Teringatlah atas sebuah hadist yang diriwayatkan Siti Aisah, dalam hadist itu dikisahkan bagaimana keadaan Rosul yang berjalan bolak-balik, seperti dalam keresahan, melihat dilangit awan bergulung-gulung. Beliau dalam penantian apakah itu azab sebagaimana yang ditimpakan kepada kaum terdahulu ataukah rahmat yang berupa hujan. Rosul begitu perhatian atas nasib kaumnya, begitu khawatir atas keadaan mereka jika azab benar-benar turun.

Kekhawatiran itulah yang sekarang dirasakan oleh Mas Thole (panggilan saat kecil), begitu melihat awan dipagi ini. Bentuknya yang tak biasa, dan juga rahsanya yang tak sama sebagaimana semestinya awan dipagi hari sebelum sebelumnya. Membuat dirinya bertanya-tanya. Ada apakah disana ?. Ada selimut mistis meliputinya.  Keadaan misteri yang sekarang  membayangi keberadaan awan disana. Hal itu, semakin menambah keresahannya. Sepertinya saat ini awan sedang menunggu. Menunggu perintah dari langit. Dan saat ini mereka sedang menyusun dirinya, bergerak menuju daerah-daerah yang telah ditentukan. Bayangkan sebagaimana mobilisasi pasukan perang. Pasukan pilih tanding yang begitu siap dan waspada keadaannya,  mereka seluruhnya terjaga, dalam barisan yang kokoh dan patuh sekali. Dan semestinya memang mereka patuh.    

Gemetar jiwa Mas Thole menangkap isyarat ini. Betapa tidak, sudah beberapa hari ini dirinya juga menerima informasi dari rekan-rekan lainnya. Semua mengkhabarkan hal yang sama. Baru tadi malam Pak Aryo mengkhabarkan situasi terkini. Kemarinnya lagi dari Bandung adiknya sang Prabu mengkhabarkan juga, telah melihat tanda-tanda alam yang tak biasa. Begitu juga rekan lainnya yang di Dieng. Telah melihat pusaran angin yang maha dahsyat di langit nusantara. Pusaran yang terus bergerak dengan kecepatan yang fantastik. Seperti perputaran sebuah galaksi, berputar menuju dirinya sendiri. Ke titik penghancuran diri.  Dan dari Ratu Sima juga diterima khabar yang senada. Ditambah khabar dari Kangmas di Indramayu. Semua sependapat bahwa sudah tiba saatnya. Alam akan mengurusi urusannya. Ugh..!. “Kita semua saat sekarang ini hanya bisa dalam upaya pembersihan diri saja, tidak ada yang bisa kita lakukan.” Begitulah selalu pesannya.

Kemunculan Satria Piningit akan ditandai ‘goro-goro’, bencana alam yang akan terjadi dimana-mana, turunnya secara sporadis diseluruh bumi nusantara ini. Mampukah manusia melalui fase terberat ini. Teringat Mas Thole akan keluarganya, akan orang-orang yang dicintainya, akan nasib kawan-kawannya, juga manusia-manusia lainnya yang tidak pernah tahu apakah dosanya. Mereka semua harus ikut menanggung dosa-dosa yang telah diperbuat manusia-manusia durjana lainnya. Para koruptor dan para pemerkosa harkat dan martabat manusia. Semua manusia akan kena imbasnya. Baik bayi atau orang tua. Baik pria atupun wanita. Dan alam juga  tidak akan memilih siapa yang benar dan siapakah yang salah. Alam tidak akan pandang, siapakah yang beriman dan siapakah yang kafir. Semua akan dilibas, semua akan dihempaskan ke dalam bumi, permukaan bumi akan dibersihkan sebersih-bersihnya. . Raga-raga manusia akan dikembalikan kepada asal muasalnya, dari tanah akan kembali ke tanah. “Duh, Gusti Allah, ampunilah kami semua.”

Paku bumi yang telah disiapkan Mas Thole dengan kawan-kawannya, hingga saat sekarang ini masih disimpan saja. Paku bumi yang sedianya nanti akan dipergunakan untuk upaya memaku bumi, agar tidak bergoyang. Paku bumi yang diambil dari tanah petilasan Ki Prabu Kian Santang, yang seharusnya segera ditanamkan di titik-titik yang ditentukan, kini tergeletak saja di rumah Mas Thole. Tidak ada daya untuk mengurusinya. Jangankan mengurusi dan menanamkannya, sekedar petunjukpun tidak ada. Tidak ada petunjuk selanjutnya atas paku-paku ini. Itu yang dikeluhkan Mas Thole kepada Ratu Sima. “Ada apakah ini..?”

“Apakah yang dapat dilakukannya, jika daya dorong saja tidak ada, jika Allah belum memberikan hidayah-Nya.” Hek..!. Perih jiwa Mas Thole, jiwa terus bertasbih mohon ampunan. Dia tahu dan mengerti, namun tidak ada daya sama sekali. Sungguh keadaan ini sangat menyiksa sekali. Bagaimanakah perasaan kita, jika kita tidak mampu berbuat apa-apa, saat tahu bahwa akan terjadi sesuatu atas orang yang kita cintai ?.  Kita tahu bahwa alam sedang menangis, kita tahu bahwa alam sudah tidak tahan lagi atas polah manusia diatasnya, kita tahu bahwa alam suatu saat akan membersihkan dirinya sendiri, kita tahu bagaimana akibatnya jika alam sudah begitu. Namun apakah yang bisa kita lakukan ?. Sementara manusia berbuat dosa dengan tertawa. Sementara manusia melakukan kenistaan dengan suka. Dan sementara diri kita hanyalah seonggok tanah saja. Tidak memiliki kuasa apa-apa atas manusia lainnya. Maka kita hanya mampu melihat dengan duka saja atas apa-apa yang nanti akan terjadi.

Namun jiwa ksatria tidak boleh diam, itulah yang diyakini Mas Thole. Meski badai akan menerjang, meski gunung pasti memuntahkan isinya, masih ada yang bisa kita lakukan yaitu mempersiapkan jiwa-jiwa suci untuk menolong lainnya. Jiwa yang siap berkorban, mempersiapkan dirinya atas  apa yang harus dilakukan nanti jika itu terjadi. Jiwa yang siap sedia, menyingsingkan lengan bajunya. Mengambil alih keadaan yang mungkin nanti tidak dapat diprediksikan. Kita bisa mempersiapkan jiwa kita ini. Dengan bertasbih, dengan keyakinan utuh, mengembalikan semua sekarang ini dan nanti kepada Illahi Robbi. Dan dengan semangat itu kita menanti. Terus bergerak, dan bergerak jiwa kita gerakan terus menuju kepada-Nya.

Keyakinan ini menjadi pondasi langkah selanjutnya, tanpa henti memohon kepada-Nya, mohon diijinkan-Nya menjadi saksi,  menjadi pasukan-Nya, untuk memperbaiki negri ini. Begitulah diskusinya dengan sang Ratu Sima, mencoba mencari pijakan atas fenomena alam yang terus saja mengkhabarkan. Tidak saja kepada Mas Thole namun juga kepada rekan-rekan lainnya, yang sudah menyiapkan dirinya sebagai pewarta. Mereka yang membaca alam, membaca dirinya, dan membaca sebuah pesan, yang tidak pernah terungkap, dan tidak pernah disampaikan di televisi manapun. Maka melalui media inilah khabar itu disampaikan, menjadi pembanding atas berita infotainment lainnya, agar manusia yang sadar dapat memahami, ada kebenaran atas berita ini.

Diantara kisah sedih ini, masih ada sejumput asa, bahwa setelahnya ini kita akan menjadi bangsa besar, bangsa yang akan menjadi mercusuar dunia. Asa yang tersimpan diraga-raga yang disucikan. Raga yang telah mempersiapkan dirinya untuk diperjalankan-Nya, jiwa yang telah meng-ikrar-kan dirinya, bahwa hidup matinya hanya untuk-Nya. Mereka bersiap untuk suatu tugas baru. Menjalin realitas dirinya, melalui jalan rasionalitas semata bukan melalui hal ghaib. Nusantara baru harus terbentuk melalui jiwa yang suci, jiwa yang mengerti arti realitas terkini, jiwa yang memahami hakekat rasionalitas. Maka semua harus bergerak melalui realitas adanya. Ghaib hanyalah sebuah program yang akan memandu kita bagaimana memaknai realitas kita dilayar monitor yang terbaca.

Inilah cuplikan diskusi yang tak sengaja, dicuplikan sebagiannya, untuk menjadi bagian dari kisah spiritual ini :

From : Mas Dinkonthole membalas email sebelumnya

Allah hu akbar,
Seperti itulah keadaannya, begitulah yang saya pahami. Termasuk juga untuk raga Ratu Sima. Semua saya kebalikan kepada Allah saja keadaannya.
Benar harta karun adalah kekayaan alam adanya.Inilah yang saya maksudkan realitas. Bukannya harta karun yang dimaknai disini dalam pemahaman lainnya. (Sebab sekarang beredar pemahaman tandingannya-ini yang saya maksudkan). Adalah Sebagaimana pemahaman para pemburu harta karun karena sebab  untuk nafsunya.
Jalan untuk kesana, untuk membangun kesadaran baru pasti membutuhkan usaha dan upaya , baik harta dan tenaga. Seiring dengan itulah saya maksudkan telah disiapkan raga-raga yang ikhlas dengan hartanya untuk ini semua. Semua akan seperti mengalir saja. Upaya kita adalah 'bergerak'. Hati kita terus menuju kepada-Nya.
Benar sekali para candala pasti akan disingkirkan, karena ini adalah menjadi sebab turunnya rahmat Allah. Karena itulah sekarang ini kita mempersiapkan peperangan 'batin'. Memerangi kesadaran yang mapan itu. Kesadaran yang dibangun oleh para candala.
Itulah yang dilihat juga oleh salah seorang 'cendikia jawa' yang terjebak pada pada seorang bocah di Rusia, Boriska, seorang Indigo yang diakui dunia. Dia sudah pernah menjelajah angkasa sebelum peradaban kita ini. Pada 2008 Boriska pernah berkata:
"Manusia selalu beranggapan benda yang terlihat barulah yang benar, semua yang tidak terlihat adalah kebohongan. Ketika segala bencana belum terjadi di atas Bumi ini, kalian tidak percaya bahwa hal itu akan terjadi, tetapi itu benar-benar terjadi, semua benda yang tidak bisa terlihat sebelumnya oleh manusia semuanya menjadi kebenaran. Kalian selalu berlagak pandai. Kalian tidak tahu dan tidak bisa memahami secara mendalam makna agung dari belas kasih. Peradaban materi kalian jika dibandingkan dengan sebelumnya tampaknya adalah perkembangan yang belum ada sebelumnya, tetapi kalian telah mengabaikan peradaban spiritual kalian. Jika begini terus, peradaban kalian akan musnah!"
"Sebuah daratan besar di atas Bumi ini akan mengalami bencana besar yang pertama kali, bencana ini adalah sebuah peringatan yang khusus ditujukan kepada negara yang tidak ada kepercayaan. Bencana yang lebih dahsyat kedua kalinya akan terjadi pada 2013, karena para Dewa di Kerajaan Allah akan ikut campur tangan, memperbarui dan membersihkan segala kotoran di atas Bumi ini, menyapu bersih segala rintangan dari roh pembimbing Kerajaan Allah, agar umat manusia di negara yang tidak berkepercayaan itu mendapatkan panggilan dari roh pembimbing yang maha agung."

Wolohulam
salam

Kemudian Ratu Sima membalas kembali,
From ; Ratu Sima menjawab email sebelumnya

Alhamdulillah...
Saya selalu mengikuti kajian2 Mas Arif di pondokcinde. Dan ttg kajian Harta Karun itu...  Alhamdulillah saya faham.
Manusia zaman sekarang masih menganggap Harta Karun itu Benar2 ada & bisa di dapatkan dg jalan ritual2 yg menyimpang dari ajaran Rosul ( Tentunya karena manusia2 itu tergoda oleh bujuk rayu iblis sang pencuri berita dari langit ).
Kunci ghaib telah di tangan.... tinggal 1 langkah lagi untuk melaksanakan syukuran atas Karunia tersebut. Percayalah pada Allah SWT Yang Maha Sempurna, petunjuk jalan mencari cucu Ratu welmina khan datang jua, Amin.

Allah hu Akbar.

Salam.

Semua ramalan sudah mengkerucut kesana, mulai dari Jayabaya, Ronggowarsito, Notradismus, dan banyak sekali peramal lainnya. Alam sudah mendekati tanda-tanda yang mereka kemukakan itu. Mas Thole juga dalam keyakinan itu saat melihat tanda-tanda alam sekarang ini. Tinggal kita mampu atau tidak menyikapinya. Menjadikan hidup kita sekarang ini menjadi lebih bermakna lagi. Sebab ‘kiamat’ adalah suatu kepastian. Kiamat apa saja itu, walau hanya semisal bencana alam biasa. Itulah hakekat makna kiamat bagi sang kesadaran. Mampukah kita manusia memaknai kiamat itu. Dan kemudian bertekad untuk mengisi kehidupan dengan kasih sayang antar sesama. Maka oleh karena itu,  kita akan dalam liputan fitrah manusia yaitu dalam kasih sayang-Nya. Yakinlah hidup kita akan lebih bermakna jika kita mampu mengasihi dan menyayangi sesama. Dengan kasih-Nya maka hidup kita menjadi berarti.

Maka bersiaplah wahai jiwa-jiwa suci, jiwa yang sekarang ini dititipkan kepada raga-raga terkini, ikutilah apa titah Rajamu. Allah raja Manusia yang termanifestasi dalam khalifah-Nya. Begitulah alam mengkhabarkan kepada Mas Thole bahwasanya, dua dimensi sudah dibuka oleh Sang Prabu Siliwangi. Terjadi lusa kemarin menjelang subuh dan dipastikan malam kemarin bakda isya. Mereka semua sudah bersiap menunggu titah rajanya.  Sungguh alam tengah menggelar perhelatan akbar. Alam tengah menyiapkan pasukannya, untuk membereskan apa-apa (candala) yang menjadi penghalang.

Wahai anak keturunan Pajajaran, bersiaplah ikuti titah rajamu, dengarkanlah apa titahnya itu. Dengarkan dengan hati, sebarkanlah berita ini kepada yang lainnya lagi. Karena sesungguhnya kalian semua telah dipilih alam, untuk membenahi negri ini, memerangi para candela yang mengusai dan merajai hati-hati manusia. Dengarkanlah apa titah sang Prabu Siliwangi wahai anak keturunan Pajajaran, inilah perkataan Rajamu;

Dengarkan! Yang ingin tetap ikut denganku, cepat memisahkan diri ke selatan! .Yang ingin kembali lagi ke kota yang ditinggalkan, cepat memisahkan diri ke utara!. Yang ingin berbakti kepada raja yang sedang berkuasa, cepat memisahkan diri ke timur! .Yang tidak ingin ikut siapa-siapa, cepat memisahkan diri ke barat!.”  (Titah Prabu Siliwangi)

Semoga jiwa-jiwa itu yang berada di dalam raga-raga terkini mengerti. Dan pasti akan mengerti titah rajanya ini. Sebab sudah saatnya mereka itu. Dan pasti mereka akan bersiap bersama alam dengan sukarela atau meski  terpaksa.

Wolohualam






  

Komentar

  1. seperti mekanisme alam..seperti siklus 5000tahun
    (just wondering....)

    BalasHapus
  2. 'Bencana yang lebih dahsyat kedua kalinya akan terjadi pada 2013....' hmmmm ini ramalan topan Haiyan yah?? wallahualam...

    BalasHapus
  3. sepertinya ini sudah sy sadari kondisinya berdasarkan penglihatan yang sy dapat????????apakah benar sy ini dirawuhi oleh kekuatan sang alam??????

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali