Dialektika Transendental (3)

Hasil gambar untuk transendental
10/06/17, 20.51 - Fulan Bin Fulan: Kesadaran ini bagai sebuah titik pada perahu yang teramat besar. Titik yang berada di bawah perahu menjadikan perahu itu berjiwa dan disebut *Ba*.
Titik kesadaran ini telah memberikan makna perahu tsb.

Kemudian titik ini menuju atas, bergerak ke atas. Titik kesadaran yang berada diatas telah merubah semua keadaan. Perahu tersebut telah menjadi *Nun*.

Bergeraknya titik kesadaran dari Ba menjadi Nun inilah *awakening* ..

Kesadaran telah mencari sudut pandang yang lain dalam melihat seluruh kejadian. Kesadaran telah mampu melihat seluruh rangkai kejadian dari perahu kesadaran (buana).
10/06/17, 20.51 - Fulan Bin Fulan: Melihat pergeraknya titik kesadaran ini awal pembelajaran. Kita diajarkan gerak partikel yang berupa getaran gelombang transversal. Naik dan turun saja. Titik kesadaran bergetar ke atas dan ke bawah. Memaknai perahu (buana/raga). Kadang dimaknai sebagai Ba saat titik di bawah dan kadang memaknai sebagai Nun saat naik le atas.

10/06/17, 20.51 - Fulan Bin Fulan: Saat menggerakan titik kesadaran maka saatnya kesadaran sedang  berada di alam energy. Energi ini teramati jiwa sebagai rahsa.
10/06/17, 20.51 - Fulan Bin Fulan: Bagaimana saat di bawah dan bagaiaman saat di atas...titik kesadaran dihadapkan pada *jeda*. Yaitu jarak antara saat di bawah dan diatas.

Kecepatan pergerakan  inilah yang disebut percepatan (a) dalam fisika. Percepatan inilah yang menimbulkan rahsa. Percepatan naik ke atas akan menimbulkan nikmat dan sebaliknya percepatan ke bawah akan menimbulkan siksa.
10/06/17, 20.51 - Fulan Bin Fulan: Bagaimana agar kita tidak terpengaruh oleh itu semua?

Perjuangan agar  titik kesadaran selalu bergerak ke atas. Menuju titik akhir. Pada saat titik kesadaran terus bergerak ke titik akhir maka titik kesadaran tidak bergetar. Tidak di alam energi.

Nah disinilah titik kesadaran akan mampu mengamati perahu dari titik tetinggi. 

Apakah selesai? Tidak...
Penyaksian beluam selesai. Saatnya perahu itu yang bergerak. Perahu Ba yang bergerak. Gerak ini yang menjadi gelombang.

Lihatlah grafik gelombang ada lembah dan juga ada gunung. Jarak antara gunung itulah panjang gelombang.

Gerakan gelombang ini kadang menenggelamkan titik kesadaran sehingga terbaca Nun. Dan kadang gelombang tersebut tidak mencapai titik kesadaran. Terbaca Ba.
10/06/17, 20.51 - Fulan Bin Fulan: Demikianlah alun gelombang rahsa. Kadang kita di tenggelamkannya dan kadang kita berada diatasnya. Itulah nikmat kehidupan.


Wolohualam 👍👍🙏
10/06/17, 20.51 - Fulan Bin Fulan: Jiwa diam mengamati gelombang rahsa yang terus bergetar sebagaimana getar gelombang longitudinal.

Kemudian jiwa juga melakukan getarannya sendiri sebagai getaran gelombang trabsversal, naik dan turun bersma gelombang rahsa. Mengikuti arah pulangnya gelombang rahsa menuju pemiliknya.  Sang Penciptanya. Bergerak bersama perahu yang telah mewujud menjadi gelombang menuju pulang.

Pengamat dan yang diamati bersama sama pulang kepadaNya. Membawa catatan rahsa, kepada Tuhan sang pemilik rahsa. Pemilik segala makhluk (Sin).

Pembelajaran Ba Nun ; Ha Mim,  Lam Ra; Alif Sin, yang menyaksikan dan yang disaksikan.

Terangkai konsonan Bismillah hirohman nirohim. BSM L H R N
10/06/17, 20.51 - Fulan Bin Fulan: Demikianlah semua manusia dalam pembelajaran kelas Allah. Dalam kelas kelas atau makom nya masing masing.

Kelas apakah yang sedang di masukinya? Dan pembelajaran apakah yang dipahaminya. Maka ujian diperlukan agar jelas dikelas manakah jiwanya berada. Ujian sebagai langkah menuju kelas berikutnya. Semoga kita tidak *remedial* di kelas yang itu itu saja..

Semoga ..semoga...amiiin 🙏🙏🌺🌹🙏
10/06/17, 20.51 - Fulan Bin Fulan: Saya menyebutnya *"Membalik kesadaran*"

Merubah paradigma dan suasana di jiwa meskipun keadaan realitas raga dalam titik nadirnya.

Mencoba merasakan nikmat meskipun realitas demikian sakit.

Mencoba bergerak, jiwa diajak terus menuju  titik akhir di kehidupan ini yaitu surga ADN.

Surga kenikmatan bagi jiwa...terus dalam upaya ini, walaupun dinamika rahsa bagai alun gelombang tsunami. Kadang melambungkan dan kadang meremukan.

Jiwa berjalan diatas  rahsa yang datang silih berganti bersama prasangka dan iba.

 Menyerahkan semua itu kepada sang empunya rahsa. Sabar menunggu oergantian rahsa dalam hikmat yang terus dicoba pahami dalam sholat.

Subhanalloh...

10/06/17, 20.54 - Fulan Bin Fulan: 🙏😌🙏
10/06/17, 20.55 - Fulan Bin Fulan: Teruskan latihan ....barengi dengan melihat ke bintang2... 
Pemahaman demi pemahaman akan dihantarkan Kami

...

13/06/17, 07.04 - Fulan Bin Fulan: Kisah Nawang Wulan itu menceritakan realitas
13/06/17, 07.04 - Fulan Bin Fulan: Sebuah analogi agar kira tidak terlahir lagi
13/06/17, 07.04 - Fulanah Bin Fulan: Iya mas..
13/06/17, 07.05 - Fulanah Bin Fulan: Ga kuat klo terus terlahir lg
13/06/17, 07.05 - Fulan Bin Fulan: Mencari selendang ...itu analogi nya
13/06/17, 07.05 - Fulan Bin Fulan: Benar...😄
13/06/17, 07.05 - Fulanah Bin Fulan: Hhehe.. 🤦🏼‍♀😅
13/06/17, 14.45 - Fulanah Bin Fulan: Mass... Slmt sore
13/06/17, 14.45 - Fulan Bin Fulan: Sore 🙏
13/06/17, 14.46 - Fulan Bin Fulan: Ada yg bisa di bantu?
13/06/17, 14.48 - Fulan Bin Fulan:
13/06/17, 14.51 - Fulanah Bin Fulan: Pesan sdh slsai di maknai..
13/06/17, 14.53 - Fulanah Bin Fulan: Mun hayang ieu nagari walagri, indit anjeun ka hiji basisir nu aya die nagari. Nagari nu dina rungkun kaliara nyimpen jati, tapi lain widri tapi jati diri nu sajati dina ieu nagari.
Jung indit ka eta basisir, mawa kendi jeung selendang nu disimpen dina peti, nu ayeuna aya dina pipiti wagyi.


( kalau mau negara ini aman dan damai  berangkatlah kamu kesatu pantai di satu wilayah dimana disitu ada ciri  pohon rimbun yang ditengahnya ada pohon jati , disitulag tersimpan sejatinya bangsa ini negara ini
berangkatlah ke pantai itu  bawalah kendi dan selendang yang sudah menyatu dalam dirimu


Blar miang mawa bagja jang sagara, jug indit mawa kabungah jang nagara. Ti kuring asih keur lemah cai, nu nyekeul ieu pupusti nu bakal ragrag ka Dewi Sanghyang Widhie, nu ayeuna geus jadi putri di sawitri katri.

( brangkatlah bawalah kebahagian untuk sagara lautan, pergilah membawa kebahagian untuk negeri tercinta ini,
dari Aku cinta kasih untuk negeri tercinta ini
aku yang memegang amanah ini yang akan turunkan ke dewi sanghyang widhi yang sekarang sedang dalam asuhan


Rahung, kuring nitip ieu nagri, matakna ulah mawa nu can aya dina tangkalna, ulah mipit tinu tangkal nu cang sirungan.

rahayu hyang agung , aku menitipkan ini negeri, makanya jangan sekali kali mengambil sesuatu yang tidak ada di pohonnya ,jangan mengambil sesuatu dari pohon yang belum bertunas


Amit
Muji sukur ka hyang agung, jadi bagja pikeun jalma nu satya mandala tresna. Amin
Moal mihukum gusti kanu geus aya di watik, moal minyiksa, dina wagya wakta. Sing sabaraha datya nu dinu aya, padya matya satyaning mastiya gatra.

ijin memuji syukur  kepada hyang agung ,berbahagialah buat manusia yang memcapau tahapan cinta tertinggi ...
amin...
tuhan tidak akan menghukum dan menyiksa seberapa banyak kesalahan yang ada jika tetap berada pada cinta kasih tertinggi

Ahung ya...
Mual mibanda nu boga kahayang tanpa bayang, mikahayang kanu sinawang
Indit mayang dina padyang ayu madya.
Sanghyang mayang, data madya ayu ketra madya puda.
Rahyang padya, wadyu katya, madya pada. Wahyangan.


Ahungna hyang agung
tidak akan mempunyai sesuatu tanpa kehendak ,
mempunyai kehendak yang bersandar pada harapan kosong, maka berangkatlah pada sesuatu kehampan di  tengah keindahan kehampaan

orang yang mengenal jati dirinya akan jadi jembatan untuk melebur menjadi manusia cahaya pada jayanya menuju jalan pengabdian jadi wahyangan,  wayang, hamba

13/06/17, 14.57 - Fulanah Bin Fulan: 🙏🙏

13/06/17, 14.57 - Fulanah Bin Fulan: Jika salah.. Mohon di maafkan yaa mas

Salam

Komentar

  1. Luarr biasa. Terima kasih lantaran media pencerahanNya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali