Bencana dan Musibah, 'SPIRITUAL' (The Chronicles Spiritualism) (5)
Langit perlahan berbayang kabut tipis, menjadi selimut malam. Awan melintasi rembulan yang nampak utuh membulat
di pelataran. Panorama yang menimbulkan
keadaan misteri sepanjang peradaban. Suasana yang sering menjadi inspirasi bagi
film-film bergenre misteri, semisal kisah mistis manusia serigala. Begitulah
sensasi di malam itu. Waktu terus beringsut, seperti enggan mendekati fajar. Malam
semakin menusuk, memberikan aura tak biasa. Jarum jam yang tak ragu berdentang
menunjukan waktu pukul dua belas malam. Lengang
teramat lengang saat itu. Binatang malam sepertinya ketakutan untuk berceloteh
perihal keadaan mereka di siang hari tadi. Semua diam seperti menunggu sesuatu
yang bakalan akan terjadi di malam itu. Malam diam dalam kisaran waktu.
Melambat, seperti menunggu jarum jam bergeser ke detik berikutnya.
Tiba-tiba
dari dalam sebuah kamar terdengar suara..Rrrr...rttt..blaaar !. Pecahnya lampu
bohlam terdengar seperti suara dinamit yang meledak, betapa tidak saat itu keadaan tengah malam, keadaan yang benar-benar sangat sunyi. Udara
seperti di sedot oleh pusara angin yang tak nampak. Hawa dingin kemudian
menyeruak menimbulkan rasa menggigil yang hebat. Terdengar suara gemelutuk beradunya geraham. Seorang wanita yang sedang
bersimpuh, nampaknya sedang berdoa. Mendadak pucat pasi wajahnya. Lidahnya kelu
tak mampu di gerakannya. Suara lampu yang pecah dan serangan hawa dingin,
menyergah masuk ke ruangan, merupakan kejadian yang luar biasa dan membuat dirinya benar-benar
ketakutan. Belum dirinya terbebas dari rasa kagetnya. Tanpa mampu dicegahnya,
wajahnya yang tadinya berdoa menunduk, perlahan terangkat ke muka. Di hadapannya nampak seorang kakek tua yang hadir tiba-tiba, sangat halus wajahnya, sedang tersenyum padanya. Dandanannya yang menyerupai
seorang resi masa lalu, membuat wanita tersebut semakin terbelalak. Takjub luar biasa, tak mampu dikatakan.
Tubuhnya
benar-benar terkunci oleh hawa dingin, ingin berteriak sekerasnya sepertinya
tidak ada suara yang keluar dari tenggorokannya. Betapa tidak, sebagai seorang
wanita kedatangan lelaki misterius di kamarnya menimbulkan ketakutan luar
biasa. Kemunculan laki-laki, yang mendadak bersama pecahnya lampu bohlam kamarnya
sudah membuat kekagetan luar biasa. Apalagi saat terlihat tubuh laki-laki tua tersebut sangat
nyata, tubuhnya bagai bercahaya di malam hari. Wajahnya demikian halus penuh kasih
sayang, sementara rona muka yang bercahaya. Kegelapan kamar tak menghalangi pandangannya, dirinya mampu melihat seorang resi di depannya, sungguh siapa
yang tidak pingsan dibuatnya. Namun entah mengapa wanita tersebut tak mampu bersuara apa-apa, seperti
terbelalak saja, dirinya kaget namun tidak sampai shock dibuatnya. Nampak sang
resi tengah memandangnya dengan
tersenyum. Tokat di tangan kirinya menambah perbawa sang resi demikian menyihir kesadarannya.
...
...
Yah,
wanita tersebut adalah istri Mas Thole. Dia tengah berada di sebuah kamar, sebuah kontrakan mahasiswa. Dirinya
tengah berdoa dengan sangat khusuknya. Perjalanan hidupnya bersama Mas Thole
sepertinya akan berakhir. Dirinya benar-benar sudah tidak sanggup menemani
kekasih hatinya itu. Walaupun dia sudah hidup bersama Mas Thole selama 15
tahun, nampaknya itu belum cukup untuk dapat mengenal, siapa sejatinya suaminya
itu. Benturan-benturan yang dialaminya, realitas kehidupan yang dijalaninya
bersama suaminya nampaknya sudah tidak lagi dapat disatukan lagi,
perbedaan visi dan misi mereka dalam membangun bahtera rumah tangga,
harus segera diakhiri. Esok hari mereka harus memutuskan apakah akan
melanjutkan perkawinan mereka ataukah diakhiri saja secara baik-baik.
Sudah
beberapa hari istrinya menenangkan diri di sebuah rumah kontrakan mahasiswa di
sebuah perbukitan yang sejuk di seputaran Jatinangor. Sebuah tempat yang sangat sejuk dengan suasana nyaman. Istri Mas Thole akan memberikan keputusan esok
hari ini. Sebenarnya tekadnya sudah bulat untuk berpisah dari Mas Thole. Namun
sebagaimana keyakinan dirinya kepada Allah, maka sebelum mengambil keputusan
yang penting dia berdoa dan melakukan sholat malam berturut-turut. Itu adalah
malam ketiga dimana esok hari dirinya sudah bersiap untuk berpisah dari
suaminya. Benar, dia sudah tidak tahan dengan laku spiritual sang suami.
Kepergian suami ke pelosok-pelosok nusantara sangat mengganggu kenyamanannya.
Ketidakpastian rejeki menjadi salah satu masalah yang mempengaruhi cara pandang istrinya tersebut.
Perbedaan
cara pandang inilah yang menimbulkan friksi-friksi yang semakin hari semakin
akut. Sang istri beranggapan bahwa Mas Thole harus bekerja sebagaimana manusia
normal yang mendapatkan gaji dari perusahaan. Kepastian gaji setiap bulan
inilah yang akan mampu menimbulkan rasa tenang. Istrinya berada pada tataran
realitas sebagaimana manusia biasa yang bekerja dengan gaji yang sudah pasti.
Sementara Mas Thole tenang dengan kepastian dari Allah, bahwa Allah akan
menjamin rejeki setiap makhluk. Bahkan burung yang terbang sudah ada kepastian
rejekinya. Perbedaan ini menjadi pemicu pertengkaran dari hari ke hari. Mas
Thole tetap bertahan bahwa dia berada dalam misi yang diyakini kebenarannya.
Bukan dia tidak mau bekerja. Namun alam sedang mengajari sesuatu kepada
dirinya.Alam sedang menujukan kebenaran sunatulloh. Rejeki sudah diatur olehNya
dengan sebaik-baiknya.
Sebelum
mas Thole dalam keyakinan ayat tersebut. Mas Thole sudah membuktikan sendiri
atas kebenaran ayat tersebut. Kejadian demi kejadian ditunjukan oleh Kami
akan kebenarannya. Setiap ada kebutuhan keuangan bagi anak-anak, tiba-tiba Mas
Thole mendapatkan pekerjaan. Selalu kejadiannya begitu. Sering mendadak Mas Thole
dikirimi makanan yang diinginkannya, tanpa dirinya harus memiliki uang untuk
membeli. Bagi Mas Thole kejadian-kejadian pemberian oleh orang lain kepadanya
merupakan pembuktian atas kebenaran ayat-ayat Allah yang menjamin rejeki
makhlukNya. Yah, Allah telah mencukupi rejeki keluarga Mas Thgole, hingga kebutuhan sekolah anak-anaknya tertcukupi sampai bangku perguruan tinggi. Apakah yang kurang? Namun bagi istri Mas Thole tidak demikian. Bagi seorang wanita,
setiap kali diberi oleh seseorang itu dianggapnya sebagai sebuah kehinaan.
Seharusnya keluarga ini mampu memberi kepada orang, bukannya mendapatkan
bantuan. Sungguh memalukan sekali jika setiap saat diberikan bantuan oleh orang
lain.
Kebenaran
yang tidak dapat dipungkiri oleh Mas Thole. Sebagaimana keadaan paradoks yang
sudah dikisahkan dimuka. Spiritual yang dijalani Mas Thole adalah musibah bagi
istrinya. Selama hampir 7 tahun keadaan
keluarganya hidup dari pekerjaan yang tidak pasti sebagai konsultan. Bukan
karena Mas Thole tidak mampu mencari pekerjaan atau membuat usaha, namun apa
yang dilakukannya adalah sebuah pilihan. Pilihan yang sulit dipahami oleh wanita
manapun. Mengapakah tidak mencari kekayaan sebanyak-banyaknya sehingga hidup berjaya, bahkan mampu membantu siapa saja. Bukan seperti ini keadaannya.
Rejeki yang didapatkan habis untuk digunakan hari ini. Tidak ada yang disimpan
sedikitpun. Demikianlah keluhan sang istri. Tidak tahan dengan kondisi
tersebut, maka sang istrinyapun meminta jalan untuk berpisah. Saking tidak bisa dibendung keinginan tersebut dibiarkannya sang istri mengambil jalannya sendiri.
...
Mengingat
kejadian itu Mas Thole menghela nafas panjang. Chat sang putri telah
mengingatkan dirinya atas kejadian sepuluh tahun yang lalu. Masa dimana
spiritual adalah musibah bagi keluarga, terutama adalah istrinya. Betapa
istrinya mengalami kesulitan untuk memahami jalan yang ditempuhnya. Bukankah karena sebab itu, spiritual adalah musibah? Yah, itu dahulu sudah dialaminya. Fase dimana Mas
Thole harus menanggung semua pederitaan demi sebuah laku spiritual. Betapa
tidak, istrinya sendiripun justru tidak berpihak kepadanya. Berat sungguh berat
sekali. Jika wanita yang dicintainyapun tidak mau mengerti atas apa-apa yang
sedang dijalani, apakah orang lain mampu memahami? Sungguh, dalam keadaan ini
hanya lafad “Inalilahi wa inailahi
rojiun” , yang mampu terus di
dawamkan oleh Mas Thole sepanjang aliran nafasnya. Dia benar-benar
mengembalikan seluruh prasangka dan anggapan orang lain kepada Allah. Biarlah
Allah yang menilai keyakinan diirnya itu. Biarlah Allah yang mengajari
istrinya. Biarlah apapun yang terjadi adalah yang terbaik baginya. Begitulah tekadnya.
Allah
mendengar rintihan dan jeritan jiwa Mas Thole. Allah tidak pernah membiarkan
hamba-hambaNya menderita diluar kepamampuan dirinya. Karena itu Allah mengutus
seseorang untuk mengingatkan istrinya. Bahwa keputusan yang diambilnya adalah
keliru. Maka sebagaimana pembuka kisah ini, datanglah sosok resi yang mewujud
secara nyata memberikan pengajaran kepada istrinya. Benar-benar nyata, sosok
ini meletakkan tangannya ke dada istrinya dengan lembut sekali. Hawa dingin
tiba-tiba mengalir perlahan dari telapak tangan sang resi, menghapus segala
kemarahan sang istri. Mendadak dadanya sangat lega. Hawa dingin terus
beroutar-putar di sekujur tubuh istrinya. Amuk rahsa perlahan sirna, hanya
ketenangan yang ada. Sosok itu kemudian dikenal oleh Mas Thole sebagai Dharmapala. Sosok yang menemaninya
dalam menempuh jalan spiritual.
Seiring
hawa dingin menyelusup ke dalam relung dada, dan sedikit demi sedikit mengisi
sel dan pori-pori istrinya. Perlahan isti Mas Thole medengar nasehat-nasehat
yang langsung ke hatinya. Dilihatnya mulut sang resi hanya tersenyum namun
entah mengapa dirinya seperti mendengar dia berkata-kata amat sangat lembutnya.
“Bersabarlah anakku, bersabarlah.
Sesuatu yang nampak buruk bagimu, belum tentulah buruk bagi Allah.
Bersabarlah..Allah sedang memperjalankan hamba-hambaNya yang mencari
jalan-jalanNya. Bersabarlah dirimu bersamanya. Sungguh disana ada hikmah yang
amat banyak. Temanilah anakku, temanilah... Kembalilah padanya. Bersabarlah
bersamanya...apa yang dilakukannya tidaklah sia-sia. Percayalah...”
Kalimat
tersebut yang masih mampu direkam dalam ingatan sang istri. Esok harinya begitu
sholat subuh, sang istri pulang ke rumah dan bersimpuh di kaki Mas Thole.
Ribuan kata ingin dikisahkan kepada suaminya yang tidak mengerti. Raut wajah
yang nampak seperti ketakutan dan juga syaraf-syaraf yang masih bergetaran
menandakan bahwa istrinya tidak berbohong menyadarkan Mas Thole dari kemarahan
yang sama saat ditinggalkan sendirian tanpa keterangan oleh istrinya 3 hari
lalu. Mas Thole akhirnya, tersadar atas kesalahannya. Mereka kemudian
berpelukan. Ketakutan yang dialami istrinya atas kehadiran orang masa lalu
telah menjadi titik balik kesadaran keluarga mereka. Istrinya berjanji untuk
lebih sabar dalam mengikuti laku Mas Thole demikian juga Mas Thole. Sungguh
tidak mudah memang, dibutuhkan tekad yang kuat untuk saling mengerti dan memahami peran masing-masing. Mereka perlu perjuangan untuk itu, dari hari ke hari. Dari waktu ke
waktu. Kadang masih saja ada riak kecil, namun hari ini lebih baik dari
kemarin. Berusaha dengan menguatkan niat mereka, terus menerus tanpa henti. Tekad itulah yang mereka perjuangkan.
...
...
Benar
sungguh benar sang putri bahwa spiritual itu adalah musibah bagi keluarga.
Lihatlah mereka yang menjadikan spiritual itu sebagai sebuah kebenaran.
Lihatlah keadaan mereka. Orang-orang yang mengaku memiliki kelebihan di ranah
ini sebagian besar gagal dalam menjalin komunikasi dan membina keluarga mereka
sendiri. Mereka menjadi orang yang sulit bersosialisasi. Sensitifitas akibat sensor ketubuhan mereka yang memang berbeda
membawa dampak negatif. Mereka menjadi sangat ekspresif dan responsif. Mereka mudah sekali tersinggung dan super sensitif. Benar-benar musibah adanya. Maka dalam kisah spiritual
sejak awal telah dituliskan kebenaran ini. Kisah spiritual Mas Thole membawa
muatan ini. Kebenaran atas pemahaman ini. Anugrah yang diberikan Allah kepada
mereka akhirnya hanya menjadi musibah adanya. Mereka yang memiliki instrumen
ketubuhan yang mampu medeteksi ghaib justru terpuruk di ranah realitas.
Anugrah ini menjadi musibah bagi mereka. Sangat ironis sekali.
Justru karena sebab inilah Mas Thole merasa perlu mengingatkan kesadaran ini. Agar anugrah yang diberikan Allah kepada mereka ini, tidak menjadi musibah bagi diri mereka. Inilah niatan awal dikisahkan kisah spiritual Mas Thole. Kemampuan mengelola anugrah ini menjadi sangat krusial yang harus terus di khabarkan atas mereka. Yah, Leluhur bangsa ini sangat dekat dengan alam, maka dikenal entitas kesadaran disana sebagai para sanghyang, dewa, dan lain sebagainya. Dewa-dewa ini mewakili entitas alam. Misalnya padi, dikenal sosoknya sebagai Dewi Sri. Semua entitas di alam ini berhasil dikenali dan dikodekan oleh leluhur bangsa ini. Seluruh benda-benda sudah diberikan nama oleh leluhur bangsa kita. Mengenali dan memberikan nama entitas (makhluk/benda2) adalah pembelajaran Adam.Kemampuan ini harus dieklola dengan baik. Sesungguhnya mereka telah dianugrahi instrumen ketubuhan yang menjadi kebutuhan anak Adam dalam belajar;
Justru karena sebab inilah Mas Thole merasa perlu mengingatkan kesadaran ini. Agar anugrah yang diberikan Allah kepada mereka ini, tidak menjadi musibah bagi diri mereka. Inilah niatan awal dikisahkan kisah spiritual Mas Thole. Kemampuan mengelola anugrah ini menjadi sangat krusial yang harus terus di khabarkan atas mereka. Yah, Leluhur bangsa ini sangat dekat dengan alam, maka dikenal entitas kesadaran disana sebagai para sanghyang, dewa, dan lain sebagainya. Dewa-dewa ini mewakili entitas alam. Misalnya padi, dikenal sosoknya sebagai Dewi Sri. Semua entitas di alam ini berhasil dikenali dan dikodekan oleh leluhur bangsa ini. Seluruh benda-benda sudah diberikan nama oleh leluhur bangsa kita. Mengenali dan memberikan nama entitas (makhluk/benda2) adalah pembelajaran Adam.Kemampuan ini harus dieklola dengan baik. Sesungguhnya mereka telah dianugrahi instrumen ketubuhan yang menjadi kebutuhan anak Adam dalam belajar;
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam
nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para
Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
memang orang-orang yang benar!” ( Al Baqoroh : 31) “Allah berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah
kepada mereka nama-nama benda ini”. Maka setelah diberitahukannya kepada mereka
nama-nama benda itu, Allah berfirman: “Bukankah sudah Ku katakan kepadamu,
bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa
yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?”” ( Al Baqoroh : 33 )
Leluhur
kita adalah pembelajar yang baik. Mereka
belajar dengan cepat nama-nama benda yang ada di alam materi maupun di alam
ghaib. Leluhur kita mampu menyebutkan dengan baik nama-nama entitas. Mengenali
dan mendeskripsikan sosok entitas di alam semesta. Itulah hakekat pengajaran
Allah kepada Adam. Kemudian hasil pembelajarannya adalah memori yang diwariskan
kepada manusia berupa peradaban. Demikianlah keyakinan Mas Thole. Lihatlah
peradaban bangsa-bangsa lainnya. Kemudian sandingkanlah dengan leluhur-leluhur
kita. Lihat dan amati. Kemam[uan menyebutkan nama-nama entitas yang ada di ghaib,
seharusnya menjadi kelebihan bagi kemampuan pembelajaran anak Adam dalam belajar
nama-nama benda, keunggulan bangsa kita. Mengapa kini sebaliknya dianggap
sebagai kemunduran? Dianggap sirik, musrik dan lain sebagainya. Toh sama sama
kita belajar nam-nama benda. Sebagaimana belajar klasifiikasi makhluk hidup?
Disamping
pemahaman tersebut, Mas Thole meyakini bahwa bangsa ini adalah bangsa keturunan
Nabi Sulaiman. Bangsa yang sangat akrab sekali dengan hal-hal ghaib. Sangat
unik, dan berbeda kharakteristiknya dengan bangsa bangsa lainnya. Dalam DNA
bangsa ini telah mengalir informasi dan memori kejadian bagaimana
leluhur-leluhur mereka berhubungan dengan hal-hal ghaib. Sayangnya diantara
mereka yang secara genetika memiliki kode pembuka ghaib malah mengikuti ajakan
setan dengan kemampuan mereka itu. Sehingga kemampuan ini justru menjadikan musibah
bagi mereka. Setan itulah yang membuat keluarga mereka hancur berantakan.
Sebagian besar mereka gagal mengenali energi setan ini. Disinilah ironisnya
sehingga anugrah dari Allah membawa malapetaka bagi dirinya. Spiritual akan
menjadi musibah jika salah dalam penerapannya. Sama halnya dengan api, air, dan
semua yang ada di dunia ini. Sebab hukum alam materi adalah dualitas.
Bersambung....
Setelah selesai dengan istrinya, perjalanan spiritual Mas Thole memasuki babak baru. Mas Thole harus memutuskan ikatan ghaib yang membelenggu jiwanya. Ikatan ghaib yang dibuat oleh para leluhurnya pada jaman dahulu telah mengikat jiwa-jiwa anak keturunan. Yah, demi untuk keselamatan mereka dan demi untuk mencapai kekuasaan ada saja leluhurnya yang bersedia melakukan perjanjian ghaib. Ke hutan lali jiwo Mas Thole melakukan perjalanan, untuk memutus mata rantai ikatan tersebut. Sungguh perbuatan sirik akan terus mengikat anak keturunan. Anak keturunan akan menanggung beban tanggung jawab atas ikatan ini, walau mereka tidak memahami isi perjanjian tersebut. Para ghaib ini akan terus datang menjadi bagian yang tidak diharapkan pada kehidupan terkini. Umur para ghaib yang ribuan tahun menyebabkan mereka mampu datang ke lebih dari 7 (tujuh) turunan. Mereka akan menepati janji mereka. Sayang raga terkini tidak memahami isi dari perjanjian ghaib sehingga mereka salah mengerti akan kedatangan para ghaib ini. Kedatangan mereka akhirnya menjadi neraka tersendiri bagi jiwa manusia. Para ghaib inilah yang sering datang menyaru sebagai leluhur, merekalah yang mengatur kehidupan raga terkini. Menjadi siksaan tak bertepi....sungguh sulit membedakan manakah leluhur yang asli ataukah entitas ghaib yang menyaru...dibutuhkan kebersihan jiwa agar kita mampu membedakannya. Persoalan inilah yang terus berpilin-pilin..dalam anggapan dan prasangka..jiwa manusia sesungguhnya paham..hanya saja mereka enggan menggunakan hati..
Setelah selesai dengan istrinya, perjalanan spiritual Mas Thole memasuki babak baru. Mas Thole harus memutuskan ikatan ghaib yang membelenggu jiwanya. Ikatan ghaib yang dibuat oleh para leluhurnya pada jaman dahulu telah mengikat jiwa-jiwa anak keturunan. Yah, demi untuk keselamatan mereka dan demi untuk mencapai kekuasaan ada saja leluhurnya yang bersedia melakukan perjanjian ghaib. Ke hutan lali jiwo Mas Thole melakukan perjalanan, untuk memutus mata rantai ikatan tersebut. Sungguh perbuatan sirik akan terus mengikat anak keturunan. Anak keturunan akan menanggung beban tanggung jawab atas ikatan ini, walau mereka tidak memahami isi perjanjian tersebut. Para ghaib ini akan terus datang menjadi bagian yang tidak diharapkan pada kehidupan terkini. Umur para ghaib yang ribuan tahun menyebabkan mereka mampu datang ke lebih dari 7 (tujuh) turunan. Mereka akan menepati janji mereka. Sayang raga terkini tidak memahami isi dari perjanjian ghaib sehingga mereka salah mengerti akan kedatangan para ghaib ini. Kedatangan mereka akhirnya menjadi neraka tersendiri bagi jiwa manusia. Para ghaib inilah yang sering datang menyaru sebagai leluhur, merekalah yang mengatur kehidupan raga terkini. Menjadi siksaan tak bertepi....sungguh sulit membedakan manakah leluhur yang asli ataukah entitas ghaib yang menyaru...dibutuhkan kebersihan jiwa agar kita mampu membedakannya. Persoalan inilah yang terus berpilin-pilin..dalam anggapan dan prasangka..jiwa manusia sesungguhnya paham..hanya saja mereka enggan menggunakan hati..
...
“Sanghyang nangtung numanggung di ujung
panggung. Semua menatapnya dengan heran dan kagum. Nangtung menanggung beban
dalam kekaguman satya mandala wangi. Di sana hadir para batari, di antaranya
Batari Durga dan Dewi Sri
Rakeyan pati data sati arju winangun
data satu witri. Ingkang ngardi datu rakyan magyi katri. Rahung aryupeda dati,
rahyang datu peda kata. Wahyuning yatmi yadma sudra
Ragyan rahu jatmi, rahyan wikya
pati
Sesungguhnya dalam setiap hal ada yang
menyatakan diri kebenaran. Kebenaran menuju pada samudra pengakuan, sebagai
diri, sebagai jiwa yang memiliki kebenaran tersebut. Sedang aku berada dalam
genggaman Hyang Widie, menatap sedih pada setiap perjalanan diri, yang hanya
menatap sebagai sebuah sesumbar jatmi purwakinanti.
Rahyang Agung mengerti semua yang telah
terjadi, tentunya kalian ingin mengetahui apa yang terjadi dengan sebilah
penampakan yang sesungguhnya itu hal biasa, bicara tentang titik wistakatya,
yang ada di sebelah barat daya.
Jangan heran dengan yang terlihat,
karena hal tersebut ada dalam sablum minal. Semua membentuk parigi radiasi,
dengan sistem A5 delta 4.”
...
“Sang Hyang Badya akan datang sebentar
lagi, membawa kabar tentang Aryuveda datayadwu
Writakyita datya mudya, amungkerta data
sala.
Seyogyanya yang menjadi hal perpindahan
dari satu dinding langit pada langit lainnya berada pada paduan dua karakter
yang membentuk dua dimensi. Sesungguhnya dalam tataran dimensi ini ada yang
menjadi dua hal debgan sesuatu yang menuju pada bagian yang tertera pada setiap
perpaduan pada dua yang menjadi satuan
Segitiga, pelacak itu akan datang
kembali satu bulan dari sekarang
Aku membaharu dalam relung waktu yang
akan menujumu pada sisi bagian yang tak akan kalian tahu kecuali atas
petunjukku. Sesungguhnya semua menjadi bagian tak menentu dalam derap waktu
yang kalian tak akan tahu bahwa semua menjadi suatu bagian dalam derap waktu
yang menentu akan semua catur waktu dengan tuntunan dengan perpaduan waktu yang
menentukan hal tersebut pada jeda yang tak akan mengetahui pada semua hal-hal
yang menunjukkannya dengan derap bagian itu.
Seyogyanya pada bagian dengan hal-hal
yang meminta semua sehingga tidak tahu akan perbedaan tersebut pada setiap hal
yang itu akan menelikungmu.
Aku tak mau kalau jeda itu ada dalam
wujud "wau" perhatikan itu, karena di sana ada derap yang
menunjukkannya dengan sikap "alif".
Aku ada dengan hal tersebut, bila
pelacak itu ada lagi, tetapkan dengan wau dan alif, maka kamu akan tahu.
Setiap yang menjadi bentuk, ingatlah
wujud”
Salam
Hari dinampakkan kesalahan-kesalahan (At-Taghābun):14 -
BalasHapusHai orang-orang MUKMIN..,
Sesungguhnya di antara ISTERI-isterimu dan ANAK-anakmu ada yang menjadi MUSUH bagimu..
maka ber HATI HATI-lah kamu terhadap mereka..
dan jika kamu me MAAF kan dan TIDAK me MARAHi serta meng AMPUNi..
maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Salam