Bencana dan Musibah, 'SPIRITUAL' (The Chronicles Spiritualism) (5)


 Hasil gambar untuk resi hindu

Langit perlahan berbayang kabut tipis, menjadi selimut malam. Awan melintasi rembulan yang nampak utuh membulat  di pelataran. Panorama yang menimbulkan keadaan misteri sepanjang peradaban. Suasana yang sering menjadi inspirasi bagi film-film bergenre misteri, semisal kisah mistis manusia serigala. Begitulah sensasi di malam itu. Waktu terus beringsut, seperti enggan mendekati fajar. Malam semakin menusuk, memberikan aura tak biasa. Jarum jam yang tak ragu berdentang menunjukan waktu pukul dua belas malam.  Lengang teramat lengang saat itu. Binatang malam sepertinya ketakutan untuk berceloteh perihal keadaan mereka di siang hari tadi. Semua diam seperti menunggu sesuatu yang bakalan akan terjadi di malam itu. Malam diam dalam kisaran waktu. Melambat, seperti menunggu jarum jam bergeser ke detik berikutnya.

Tiba-tiba dari dalam sebuah kamar terdengar suara..Rrrr...rttt..blaaar !. Pecahnya lampu bohlam terdengar seperti suara dinamit yang meledak, betapa tidak saat itu keadaan  tengah malam, keadaan yang benar-benar sangat sunyi. Udara seperti di sedot oleh pusara angin yang tak nampak. Hawa dingin kemudian menyeruak menimbulkan rasa menggigil yang hebat. Terdengar suara gemelutuk beradunya geraham. Seorang wanita yang sedang bersimpuh, nampaknya sedang berdoa. Mendadak pucat pasi wajahnya. Lidahnya kelu tak mampu di gerakannya. Suara lampu yang pecah dan serangan hawa dingin, menyergah masuk ke ruangan, merupakan kejadian yang  luar biasa dan membuat dirinya benar-benar ketakutan. Belum dirinya terbebas dari rasa kagetnya. Tanpa mampu dicegahnya, wajahnya yang tadinya berdoa menunduk, perlahan terangkat ke muka.  Di hadapannya nampak seorang kakek tua yang hadir tiba-tiba, sangat halus wajahnya, sedang tersenyum padanya. Dandanannya yang menyerupai seorang resi masa lalu, membuat wanita tersebut semakin terbelalak. Takjub luar biasa, tak mampu dikatakan.

Tubuhnya benar-benar terkunci oleh hawa dingin, ingin berteriak sekerasnya sepertinya tidak ada suara yang keluar dari tenggorokannya. Betapa tidak, sebagai seorang wanita kedatangan lelaki misterius di kamarnya menimbulkan ketakutan luar biasa. Kemunculan laki-laki, yang mendadak bersama pecahnya lampu bohlam kamarnya sudah membuat kekagetan luar biasa. Apalagi saat terlihat  tubuh laki-laki tua tersebut sangat nyata, tubuhnya bagai bercahaya di malam hari. Wajahnya demikian halus penuh kasih sayang, sementara rona muka yang  bercahaya. Kegelapan kamar tak menghalangi pandangannya, dirinya mampu melihat seorang resi di depannya, sungguh siapa yang tidak pingsan dibuatnya. Namun entah mengapa wanita tersebut tak mampu bersuara apa-apa, seperti terbelalak saja, dirinya kaget namun tidak sampai shock dibuatnya. Nampak sang resi  tengah memandangnya dengan tersenyum. Tokat di tangan kirinya menambah perbawa sang resi demikian menyihir kesadarannya.

...


Yah, wanita tersebut adalah istri Mas Thole. Dia tengah berada  di sebuah kamar, sebuah kontrakan mahasiswa. Dirinya tengah berdoa dengan sangat khusuknya. Perjalanan hidupnya bersama Mas Thole sepertinya akan berakhir. Dirinya benar-benar sudah tidak sanggup menemani kekasih hatinya itu. Walaupun dia sudah hidup bersama Mas Thole selama 15 tahun, nampaknya itu belum cukup untuk dapat mengenal, siapa sejatinya suaminya itu. Benturan-benturan yang dialaminya, realitas kehidupan yang dijalaninya bersama suaminya nampaknya sudah tidak lagi dapat disatukan lagi, perbedaan  visi dan misi  mereka dalam membangun bahtera rumah tangga, harus segera diakhiri. Esok hari mereka harus memutuskan apakah akan melanjutkan perkawinan mereka ataukah diakhiri saja secara baik-baik.

Sudah beberapa hari istrinya menenangkan diri di sebuah rumah kontrakan mahasiswa di sebuah perbukitan yang sejuk di seputaran Jatinangor. Sebuah tempat yang sangat sejuk dengan suasana nyaman. Istri Mas Thole akan memberikan keputusan esok hari ini. Sebenarnya tekadnya sudah bulat untuk berpisah dari Mas Thole. Namun sebagaimana keyakinan dirinya kepada Allah, maka sebelum mengambil keputusan yang penting dia berdoa dan melakukan sholat malam berturut-turut. Itu adalah malam ketiga dimana esok hari dirinya sudah bersiap untuk berpisah dari suaminya. Benar, dia sudah tidak tahan dengan laku spiritual sang suami. Kepergian suami ke pelosok-pelosok nusantara sangat mengganggu kenyamanannya. Ketidakpastian rejeki menjadi salah satu masalah yang mempengaruhi cara pandang istrinya tersebut.

Perbedaan cara pandang inilah yang menimbulkan friksi-friksi yang semakin hari semakin akut. Sang istri beranggapan bahwa Mas Thole harus bekerja sebagaimana manusia normal yang mendapatkan gaji dari perusahaan. Kepastian gaji setiap bulan inilah yang akan mampu menimbulkan rasa tenang. Istrinya berada pada tataran realitas sebagaimana manusia biasa yang bekerja dengan gaji yang sudah pasti. Sementara Mas Thole tenang dengan kepastian dari Allah, bahwa Allah akan menjamin rejeki setiap makhluk. Bahkan burung yang terbang sudah ada kepastian rejekinya. Perbedaan ini menjadi pemicu pertengkaran dari hari ke hari. Mas Thole tetap bertahan bahwa dia berada dalam misi yang diyakini kebenarannya. Bukan dia tidak mau bekerja. Namun alam sedang mengajari sesuatu kepada dirinya.Alam sedang menujukan kebenaran sunatulloh. Rejeki sudah diatur olehNya dengan sebaik-baiknya.

Sebelum mas Thole dalam keyakinan ayat tersebut. Mas Thole sudah membuktikan sendiri atas kebenaran ayat tersebut. Kejadian demi kejadian ditunjukan oleh Kami akan kebenarannya. Setiap ada kebutuhan keuangan bagi anak-anak, tiba-tiba Mas Thole mendapatkan pekerjaan. Selalu kejadiannya begitu. Sering mendadak Mas Thole dikirimi makanan yang diinginkannya, tanpa dirinya harus memiliki uang untuk membeli. Bagi Mas Thole kejadian-kejadian pemberian oleh orang lain kepadanya merupakan pembuktian atas kebenaran ayat-ayat Allah yang menjamin rejeki makhlukNya. Yah, Allah telah mencukupi rejeki keluarga Mas Thgole, hingga kebutuhan sekolah anak-anaknya tertcukupi sampai bangku perguruan tinggi. Apakah yang kurang? Namun bagi istri Mas Thole tidak demikian. Bagi seorang wanita, setiap kali diberi oleh seseorang itu dianggapnya sebagai sebuah kehinaan. Seharusnya keluarga ini mampu memberi kepada orang, bukannya mendapatkan bantuan. Sungguh memalukan sekali jika setiap saat diberikan bantuan oleh orang lain. 

Kebenaran yang tidak dapat dipungkiri oleh Mas Thole. Sebagaimana keadaan paradoks yang sudah dikisahkan dimuka. Spiritual yang dijalani Mas Thole adalah musibah bagi istrinya.  Selama hampir 7 tahun keadaan keluarganya hidup dari pekerjaan yang tidak pasti sebagai konsultan. Bukan karena Mas Thole tidak mampu mencari pekerjaan atau membuat usaha, namun apa yang dilakukannya adalah sebuah pilihan. Pilihan yang sulit dipahami oleh wanita manapun. Mengapakah tidak mencari kekayaan sebanyak-banyaknya sehingga  hidup berjaya, bahkan mampu membantu siapa saja. Bukan seperti ini keadaannya. Rejeki yang didapatkan habis untuk digunakan hari ini. Tidak ada yang disimpan sedikitpun. Demikianlah keluhan sang istri. Tidak tahan dengan kondisi tersebut, maka sang istrinyapun meminta jalan untuk berpisah. Saking tidak bisa dibendung keinginan tersebut dibiarkannya sang istri mengambil jalannya sendiri. 

...

Mengingat kejadian itu Mas Thole menghela nafas panjang. Chat sang putri telah mengingatkan dirinya atas kejadian sepuluh tahun yang lalu. Masa dimana spiritual adalah musibah bagi keluarga, terutama adalah istrinya. Betapa istrinya mengalami kesulitan untuk memahami jalan yang ditempuhnya. Bukankah karena sebab itu, spiritual adalah musibah? Yah, itu dahulu sudah dialaminya. Fase dimana Mas Thole harus menanggung semua pederitaan demi sebuah laku spiritual. Betapa tidak, istrinya sendiripun justru tidak berpihak kepadanya. Berat sungguh berat sekali. Jika wanita yang dicintainyapun tidak mau mengerti atas apa-apa yang sedang dijalani, apakah orang lain mampu memahami? Sungguh, dalam keadaan ini hanya lafad “Inalilahi wa inailahi rojiun”  , yang mampu terus di dawamkan oleh Mas Thole sepanjang aliran nafasnya. Dia benar-benar mengembalikan seluruh prasangka dan anggapan orang lain kepada Allah. Biarlah Allah yang menilai keyakinan diirnya itu. Biarlah Allah yang mengajari istrinya. Biarlah apapun yang terjadi adalah yang terbaik baginya. Begitulah tekadnya.

Allah mendengar rintihan dan jeritan jiwa Mas Thole. Allah tidak pernah membiarkan hamba-hambaNya menderita diluar kepamampuan dirinya. Karena itu Allah mengutus seseorang untuk mengingatkan istrinya. Bahwa keputusan yang diambilnya adalah keliru. Maka sebagaimana pembuka kisah ini, datanglah sosok resi yang mewujud secara nyata memberikan pengajaran kepada istrinya. Benar-benar nyata, sosok ini meletakkan tangannya ke dada istrinya dengan lembut sekali. Hawa dingin tiba-tiba mengalir perlahan dari telapak tangan sang resi, menghapus segala kemarahan sang istri. Mendadak dadanya sangat lega. Hawa dingin terus beroutar-putar di sekujur tubuh istrinya. Amuk rahsa perlahan sirna, hanya ketenangan yang ada. Sosok itu kemudian dikenal oleh Mas Thole sebagai Dharmapala. Sosok yang menemaninya dalam menempuh jalan spiritual.

Seiring hawa dingin menyelusup ke dalam relung dada, dan sedikit demi sedikit mengisi sel dan pori-pori istrinya. Perlahan isti Mas Thole medengar nasehat-nasehat yang langsung ke hatinya. Dilihatnya mulut sang resi hanya tersenyum namun entah mengapa dirinya seperti mendengar dia berkata-kata amat sangat lembutnya.

“Bersabarlah anakku, bersabarlah. Sesuatu yang nampak buruk bagimu, belum tentulah buruk bagi Allah. Bersabarlah..Allah sedang memperjalankan hamba-hambaNya yang mencari jalan-jalanNya. Bersabarlah dirimu bersamanya. Sungguh disana ada hikmah yang amat banyak. Temanilah anakku, temanilah... Kembalilah padanya. Bersabarlah bersamanya...apa yang dilakukannya tidaklah sia-sia. Percayalah...”

Kalimat tersebut yang masih mampu direkam dalam ingatan sang istri. Esok harinya begitu sholat subuh, sang istri pulang ke rumah dan bersimpuh di kaki Mas Thole. Ribuan kata ingin dikisahkan kepada suaminya yang tidak mengerti. Raut wajah yang nampak seperti ketakutan dan juga syaraf-syaraf yang masih bergetaran menandakan bahwa istrinya tidak berbohong menyadarkan Mas Thole dari kemarahan yang sama saat ditinggalkan sendirian tanpa keterangan oleh istrinya 3 hari lalu. Mas Thole akhirnya, tersadar atas kesalahannya. Mereka kemudian berpelukan. Ketakutan yang dialami istrinya atas kehadiran orang masa lalu telah menjadi titik balik kesadaran keluarga mereka. Istrinya berjanji untuk lebih sabar dalam mengikuti laku Mas Thole demikian juga Mas Thole. Sungguh tidak mudah memang, dibutuhkan tekad yang kuat untuk saling mengerti dan memahami peran masing-masing. Mereka perlu perjuangan untuk itu, dari hari ke hari. Dari waktu ke waktu. Kadang masih saja ada riak kecil, namun hari ini lebih baik dari kemarin. Berusaha dengan menguatkan niat mereka, terus menerus tanpa henti. Tekad itulah yang mereka perjuangkan.


...


Benar sungguh benar sang putri bahwa spiritual itu adalah musibah bagi keluarga. Lihatlah mereka yang menjadikan spiritual itu sebagai sebuah kebenaran. Lihatlah keadaan mereka. Orang-orang yang mengaku memiliki kelebihan di ranah ini sebagian besar gagal dalam menjalin komunikasi dan membina keluarga mereka sendiri. Mereka menjadi orang yang sulit bersosialisasi. Sensitifitas akibat sensor ketubuhan mereka yang memang berbeda membawa dampak negatif. Mereka menjadi sangat ekspresif dan responsif. Mereka mudah sekali tersinggung dan super sensitif. Benar-benar musibah adanya. Maka dalam kisah spiritual sejak awal telah dituliskan kebenaran ini. Kisah spiritual Mas Thole membawa muatan ini. Kebenaran atas pemahaman ini. Anugrah yang diberikan Allah kepada mereka akhirnya hanya menjadi musibah adanya. Mereka yang memiliki instrumen ketubuhan yang mampu medeteksi ghaib justru terpuruk di ranah realitas. Anugrah ini menjadi musibah bagi mereka. Sangat ironis sekali.  

Justru karena sebab inilah Mas Thole merasa perlu mengingatkan kesadaran ini. Agar anugrah yang diberikan Allah kepada mereka ini,  tidak menjadi musibah bagi diri mereka. Inilah niatan awal dikisahkan kisah spiritual Mas Thole. Kemampuan mengelola anugrah ini menjadi sangat krusial yang harus terus di khabarkan atas mereka. Yah, Leluhur bangsa ini sangat dekat dengan alam, maka dikenal entitas kesadaran disana sebagai para sanghyang, dewa, dan lain sebagainya. Dewa-dewa ini mewakili entitas alam. Misalnya  padi, dikenal sosoknya sebagai Dewi Sri. Semua entitas di alam ini berhasil dikenali dan dikodekan oleh leluhur bangsa ini. Seluruh benda-benda sudah diberikan nama oleh leluhur bangsa kita. Mengenali dan memberikan nama entitas (makhluk/benda2) adalah pembelajaran Adam.Kemampuan ini harus dieklola dengan baik. Sesungguhnya mereka telah dianugrahi instrumen ketubuhan yang menjadi kebutuhan anak Adam dalam belajar;

“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!” ( Al Baqoroh : 31) “Allah berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini”. Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: “Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?”” ( Al Baqoroh : 33 )

Leluhur  kita adalah pembelajar yang baik. Mereka belajar dengan cepat nama-nama benda yang ada di alam materi maupun di alam ghaib. Leluhur kita mampu menyebutkan dengan baik nama-nama entitas. Mengenali dan mendeskripsikan sosok entitas di alam semesta. Itulah hakekat pengajaran Allah kepada Adam. Kemudian hasil pembelajarannya adalah memori yang diwariskan kepada manusia berupa peradaban. Demikianlah keyakinan Mas Thole. Lihatlah peradaban bangsa-bangsa lainnya. Kemudian sandingkanlah dengan leluhur-leluhur kita. Lihat dan amati. Kemam[uan menyebutkan nama-nama entitas yang ada di ghaib, seharusnya menjadi kelebihan bagi kemampuan pembelajaran anak Adam dalam belajar nama-nama benda, keunggulan bangsa kita. Mengapa kini sebaliknya dianggap sebagai kemunduran? Dianggap sirik, musrik dan lain sebagainya. Toh sama sama kita belajar nam-nama benda. Sebagaimana belajar klasifiikasi makhluk hidup?

Disamping pemahaman tersebut, Mas Thole meyakini bahwa bangsa ini adalah bangsa keturunan Nabi Sulaiman. Bangsa yang sangat akrab sekali dengan hal-hal ghaib. Sangat unik, dan berbeda kharakteristiknya dengan bangsa bangsa lainnya. Dalam DNA bangsa ini telah mengalir informasi dan memori kejadian bagaimana leluhur-leluhur mereka berhubungan dengan hal-hal ghaib. Sayangnya diantara mereka yang secara genetika memiliki kode pembuka ghaib malah mengikuti ajakan setan dengan kemampuan mereka itu. Sehingga kemampuan ini justru menjadikan musibah bagi mereka. Setan itulah yang membuat keluarga mereka hancur berantakan. Sebagian besar mereka gagal mengenali energi setan ini. Disinilah ironisnya sehingga anugrah dari Allah membawa malapetaka bagi dirinya. Spiritual akan menjadi musibah jika salah dalam penerapannya. Sama halnya dengan api, air, dan semua yang ada di dunia ini. Sebab hukum alam materi adalah dualitas.

Bersambung....

Setelah selesai dengan istrinya, perjalanan spiritual Mas Thole memasuki babak baru. Mas Thole harus memutuskan ikatan ghaib yang membelenggu jiwanya. Ikatan ghaib yang dibuat oleh para leluhurnya pada jaman dahulu telah mengikat jiwa-jiwa anak keturunan. Yah, demi untuk keselamatan mereka dan demi  untuk mencapai kekuasaan ada saja leluhurnya yang bersedia melakukan perjanjian ghaib.  Ke hutan lali jiwo Mas Thole melakukan perjalanan, untuk memutus mata rantai ikatan tersebut. Sungguh perbuatan sirik akan terus mengikat anak keturunan. Anak keturunan akan menanggung beban  tanggung jawab atas ikatan ini, walau mereka tidak memahami isi perjanjian tersebut. Para ghaib ini akan terus datang menjadi bagian yang tidak diharapkan pada kehidupan terkini. Umur para ghaib yang ribuan tahun menyebabkan mereka mampu datang ke lebih dari 7 (tujuh) turunan. Mereka akan menepati janji mereka. Sayang raga terkini tidak memahami isi dari perjanjian ghaib sehingga mereka salah mengerti akan kedatangan para ghaib ini. Kedatangan mereka akhirnya menjadi neraka tersendiri bagi jiwa manusia. Para ghaib inilah yang sering datang menyaru sebagai leluhur, merekalah yang mengatur kehidupan raga terkini. Menjadi siksaan tak bertepi....sungguh sulit membedakan manakah leluhur yang asli ataukah entitas ghaib yang menyaru...dibutuhkan kebersihan jiwa agar kita mampu membedakannya. Persoalan inilah yang terus berpilin-pilin..dalam anggapan dan prasangka..jiwa manusia sesungguhnya paham..hanya saja mereka enggan menggunakan hati..

...

“Sanghyang nangtung numanggung di ujung panggung. Semua menatapnya dengan heran dan kagum. Nangtung menanggung beban dalam kekaguman satya mandala wangi. Di sana hadir para batari, di antaranya Batari Durga dan Dewi Sri     
                 
Rakeyan pati data sati arju winangun data satu witri. Ingkang ngardi datu rakyan magyi katri. Rahung aryupeda dati, rahyang datu peda kata. Wahyuning yatmi yadma sudra                   
   
Ragyan rahu jatmi, rahyan wikya pati     
                 
Sesungguhnya dalam setiap hal ada yang menyatakan diri kebenaran. Kebenaran menuju pada samudra pengakuan, sebagai diri, sebagai jiwa yang memiliki kebenaran tersebut. Sedang aku berada dalam genggaman Hyang Widie, menatap sedih pada setiap perjalanan diri, yang hanya menatap sebagai sebuah sesumbar jatmi purwakinanti.          
            
Rahyang Agung mengerti semua yang telah terjadi, tentunya kalian ingin mengetahui apa yang terjadi dengan sebilah penampakan yang sesungguhnya itu hal biasa, bicara tentang titik wistakatya, yang ada di sebelah barat daya.     
                 
Jangan heran dengan yang terlihat, karena hal tersebut ada dalam sablum minal. Semua membentuk parigi radiasi, dengan sistem A5 delta 4.”

...

“Sang Hyang Badya akan datang sebentar lagi, membawa kabar tentang Aryuveda datayadwu                 
     
Writakyita datya mudya, amungkerta data sala.    
                  
Seyogyanya yang menjadi hal perpindahan dari satu dinding langit pada langit lainnya berada pada paduan dua karakter yang membentuk dua dimensi. Sesungguhnya dalam tataran dimensi ini ada yang menjadi dua hal debgan sesuatu yang menuju pada bagian yang tertera pada setiap perpaduan pada dua yang menjadi satuan                
      
Segitiga, pelacak itu akan datang kembali satu bulan dari sekarang   
                   
Aku membaharu dalam relung waktu yang akan menujumu pada sisi bagian yang tak akan kalian tahu kecuali atas petunjukku. Sesungguhnya semua menjadi bagian tak menentu dalam derap waktu yang kalian tak akan tahu bahwa semua menjadi suatu bagian dalam derap waktu yang menentu akan semua catur waktu dengan tuntunan dengan perpaduan waktu yang menentukan hal tersebut pada jeda yang tak akan mengetahui pada semua hal-hal yang menunjukkannya dengan derap bagian itu.              
        
Seyogyanya pada bagian dengan hal-hal yang meminta semua sehingga tidak tahu akan perbedaan tersebut pada setiap hal yang itu akan menelikungmu.       
               
Aku tak mau kalau jeda itu ada dalam wujud "wau" perhatikan itu, karena di sana ada derap yang menunjukkannya dengan sikap "alif".      
                
Aku ada dengan hal tersebut, bila pelacak itu ada lagi, tetapkan dengan wau dan alif, maka kamu akan tahu.              
        
Setiap yang menjadi bentuk, ingatlah wujud”

Salam


Komentar

  1. Hari dinampakkan kesalahan-kesalahan (At-Taghābun):14 -

    Hai orang-orang MUKMIN..,

    Sesungguhnya di antara ISTERI-isterimu dan ANAK-anakmu ada yang menjadi MUSUH bagimu..

    maka ber HATI HATI-lah kamu terhadap mereka..

    dan jika kamu me MAAF kan dan TIDAK me MARAHi serta meng AMPUNi..

    maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

    Salam

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali