Konspirasi Cinta Sang Hafizs; Bersama Bunga Terluka


Published Date : October 2, 2014
Author : arif-budi-utomo
Hasil gambar untuk bunga layu di air
Terserap ribuan kata
Dari tanah tak berjelaga
Bagi sang hamba
Butiran air mata hingga serpihan
Daun suargaloka
Nuansa kelam raga
diam dalam peraduannya
kelopak teratai lima menjadi
alasnya..
+++
bilas air di tengah kaca
berkata dirinya, “Perhatikan untai kata
terjebak antara jeda titik atau koma
satu huruf adalah mukjijat
satu kata adalah rahmat
satu kalimat adalah nikmat
satu paragraph adalah hakekat
satu bab adalah harkat
demikian bahwasanya, ribuan buku
setelahnya hanya menjadi debat”
+++
Berat Hafiz berucap
Singgasananya segera kuncup
Matahari sepenggalah naik
Memancar di bilik bilik bukit
Memantul wajah merona merah
Duka yang tersayat, rasanya terluka
“Puspita, bunga tetap akan layu
gugur daunnya, sekeras apapun upaya
Tidakkah cukup satu  kata?
Tanamlah di hati, kan bersemi
seiring nafas
berbunga sepanjang hari
sebab darahmu mengaliri
setiap kelopaknya adalah nyanyianmu
setiap durinya adalah kegigihanmu
setiap putik adalah harapanmu
nikmat mana lagi yang harus dipahami?”
+++
Melangut impian dasar samudra
Tak bertepi
Di atasnya langit tanpa tiang
Bentangan benua menjadi
Hamparan
Bukit lembah gunung dan padang
Sabana
Alam dalam tasbihnya
Harum musim semi, bunga warna warni
“Wahai bunga, puspita semerbak pesona
indah Tuhan mencipta matamu
bening isyaratkan rindu
Maka ijinkan kumbang merayu
Pada ranum bibirmu”
Diam..diamlah angkasa, kekasih dilanda murka
+++
Air kecipak beserta gelombang pasang,
Teratai putih melayang diatasnya
Hafiz takjim berdoa
Malam dan siang lewat tanpa jawab
“Takdir tengah bicara, dia datang dari langit
Bersembunyi dari kenyataan
Membawa cinta yang  panas bergelora”
Tatap teduh menyayat, terluka
Menampak kekasih yang penuh derita, dendam
Menuruti hati,
“Pupita, oh puspita”
+++
Desah, wajah surut berubah nelangsa
Angin sejenak merengkuh,
Ingin hati membasuh luka, derita
Menampak kekasih tidak menyapa
Atas nama cinta
+++
Butiran air mata hingga serpihan
Daun suargaloka
Nuansa kelam raga
diam dalam peraduannya
kelopak teratai lima menjadi
alasnya..dia dalam sedihnya
Menampak bunga terluka
+++
Jubah putih di kibas..sekelebat  hilang pandangan
Dia lelaki datang dari langit
Menahan luka sebab kekasih
Di landa amarah jiwa..
Duh,
angin datanglah
burung terbanglah
katakan,
“Masih adakah cinta yang disebut CINTA,
 jika amarah melanda JIWA”


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali