Konspirasi Cinta Sang Hafizs, Jejak Kelahiran (2)
Published Date : March 16, 2014
Author : arif-budi-utomo
Author : arif-budi-utomo
Rembulan menunduk, menghela nafas dalam satu tarikan
Bumi bergoyang, air laut terangkat ke permukaan
Bibir pantai menjauh, sementara Hafizs diam
dalam kesadaran
Lintasan cahaya telah memberikan pengajaran,
(Bahwa) Manusia meyakini tidak pernah
dibangkitkan lagi
Kemasgulan, entah harus dengan bahasa apalagi
Bilamana manusia inginnya MATI, maka dia akan
HIDUP selamanya
Dalam siksaan yang meliputi disana
Begitu hukum dualitas surga-neraka
KAMI selalu menepati janji kepada manusia, yang
mengikari keadaan ini
“Bukankah manusia diciptakan untuk memimpin alam ?
Dimanakah tanggung jawab ini, sebab apakah manusia sibuk dengan dirinya sendiri
dan maunya segera MATI ? Melupakan sang WAKTU ?”
Rembulan berkata tak pahami, dihisap nafasnya semakin
kuat
Gelombang pasang pecah, lautan dan karang bergoyang
+++
Hafizs terbang melayang diantara ayun gelombang pasang
Dicarinya anak-anak manusia, para pemuja hati, para
pembawa pesan, para penikmat kepuasan, para penyaksi, para petinggi, dan kepada
banyak para pembawa peran-peran sandiwara di alam mayapada ini.
“Wahai manusia, jika kalian bertawakal, Allah akan
mendatangkan rejeki dari arah yang tidak pernah engkau sangkakan “
Inilah solusi kebenaran dalam hukum paradoks. Bagi
manusia yang mau berfikir
Maka masihkah engkau risau kepada Sang WAKTU.
“SUNGGUH tak layak jika engkau menghina sang WAKTU
?” Berkata Hafizs dalam geramnya
Jika manusia pahami ini, dia akan meminta agar dirinya
dapat HIDUP seribu tahun lagi
Untuk mengHIDUPkan waktu-waktu yang tertinggal
Hanya untuk (demi) INGAT kepada WAKTU itu sendiri
“Ingatlah Allah sebab DIA lah Sang WAKTU
Maka WAKTU akan meliputi Yang HIDUP, Yang SADAR,
Yang BELAJAR, Yang BERFIKIR,
di dalam DIRI”
(Untuk) Menuliskan REKAM JEJAK pada DNA (sebuah)
kepastian yang diTURUNkan
Adakah khabar ini berarti ?
+++
Angin tak peduli dengan dialog ini,
Di hempaskan seluruh benda-benda
Maka gemuruh alam semesta, gunung-gunung, halilintar,
terus menggelegar
Mereka marah sebab manusia telah menghinakan SANG WAKTU
Hafizs diam, turut larut diantara nyanyian alam..
Meluncurlah dirinya hilang bersama kegelapan malam
Terdengar suara langit, menenangkan jiwa ;
” Demi waktu matahari sepenggalahan naik,
dan demi malam apabila telah sunyi,
Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada
(pula) benci kepadamu ,
dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu
dari permulaan .
Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan
karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas.
Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang
yatim, lalu Dia melindungimu.
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang
bingung , lalu Dia memberikan petunjuk.
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang
kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.
Adapun terhadap anak yatim maka janganlah
kamu berlaku sewenang-wenang.
Dan terhadap orang yang minta-minta maka
janganlah kamu menghardiknya.
Dan terhadap ni’mat Tuhanmu maka hendaklah
kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)”
(QS, 34 , 1-11)
Layar kesadaran ditutup, dengan satu sentuhan,
“Adakah manusia tak
memperhatikan, darimanakah dirinya diciptakan?
Bahkan telah
dituliskan DNA kepastian, atas HARTA dan KUASA.
Bukankah tadinya
engkau YATIM (tak memiliki pelindung)
DIA kemudian
melindungimu ?
Perhatikanlah hal
ini !”
Disampaikan, di mayapada, Salam (Hafizs)
Komentar
Posting Komentar