Seri Kajian BiSMiLLAH (1), Rahasia Simbol Ba
Ba
Satu huruf itu
jelas terbaca. Setiap kata yang diawali dengan huruf ini akan bermakna ‘sedang
dalam keadaan melakukan aktifitas’. Bermain, bersedih, bersama, berdua, dan
masih banyak kata lainnya. BA, adalah kerangka acuan ruang dan waktu
keadaan sekarang dimana KESADARAN di hadirkan kepada diri kita. BA. Adalah
wadah bagi kesadaran diri kita untuk ruang bersandar. BA akan menyoal
seluruh indra manusia yang sedang dalam keadaan SIAP dan WASPADA. Keberserahan
dan kepasrahan total diri manusia seharusnya ada dalam dimensi BA. Sebuah huruf
pembuka awal kata dari sebuah bacaan yang sering terlupa oleh kita
manusia. ‘Ba-Sin-Mim-Lam-Lam-Ha’ dan ‘Ha-Ro-Ha-Mim-Nun’ dan ‘Ro-Ha-Mim’.
Terbacalah ‘BISMILLAHIRROHMANIRROHIEM’.
+++
BA, adalah kerangka
ruang dan waktu, yaitu dimensi alam kesadaran manusia yang di bangun dengan
kasih sayang Allah. Pada dimensi BA inilah kesadaran manusia akan mampu eksis
menjadi jatidiri nya. Tanpa memahami dimensi ini maka manusia akan tertatih
tatih memahami takdirnya. Maka kerangka acuan inilah yang seyogyanya di pahami
oleh kita manusia. BA, akan selalu menyoal sebuah eksitensi jatidiri manusia
dimana seluruh alam semesta akan mengacu pada kerangka acuan ini. Sebab seluruh
makhluk di alam semesta ini juga akan merujuk kepada kerangka acuan ruang dan
waktu ini. ‘Disini dan di saat ini, sekarang NOW !’, inilah dimensi
kerangka ruang dan waktu BA. Pada dimensi inilah TAKDIR diri manusia yang EKSIS
berada.
Manusia memiliki
banyak ragam dimensi. Namun hanya pada dimensi ruang dan waktu BA inilah
manusia akan mampu eksis. Dimensi selain BA akan membuat kesadaran
manusia tidak akan mampu utuh 100%. Disinilah problematikanya. Jika
manusia tidak menggunakan dan tidak mengatas namakan Allah di dimensi ruang dan
waktu ini maka dimensi ruang dan waktu kini tidak akan terbuka bagi dirinya. Kesadarannya akan tertarik ke
dimensi lainnya. Dirinya akan tertarik ke dimensi materi dan juga dimensi para makhluk yang tak kasat
mata.
Masalahnya adakah apakah diri manusia memahami bahwa hakekatnya BA adalah
menyoal dimensi ruang dan waktu. Itulah persoalannya. BA adalah kerangka acuan
KESADARAN manusia agar mampu EKSIS di alam materi ini. Begitulah hukum alam
memberikan ruang kepada kesadaran manusia. Agar mansuia mampu menetapi keadaan
dirinya itu.
Bagaimanakah
manusia mampu HADIR dalam dimensi kerangka acuan ruang dan waktu BA? Inilah
yang yang tengah diusung. Sepanjang peradaban manusia, dimensi kesadaran ini
masih sangat misteri. Meskipun dimensi ini meliputi keseharian diri manusia itu
sendiri. Namun sangat jarang manusia yang pahami ini. Manusia yang ingin
mengatas namakan Allah dalam dimensi alam materi harus mampu berada dalam
kerangka acuan ruang dan waktu ini. Sayangnya, untuk berada dalam dimensi ini
manusia harus sudah mengenali seluruh instrument ketubuhannya.
Seluruh indra mulai
dari mata, hidung, telinga, dan juga indra peraba nya (VAKOG) harus sudah dia pahami
bagaimanakah mekanismenya. Seluruh sistem akan berkoordinasi untuk memindai
keadaan dimensi ruang dan waktu BA ini. Ruang dan waktu BA adalah sebuah layar
KESADARAN bagi manusia. Ruang dan waktu BA ini berada dan melekat pada seluruh
sistem ketubuhannya. Sangat dekat sekali dengan keadaan diri manusia.
Sesungguhnya manusia cukup dengan mengenali keadaan dirinya sendiri. Sebab
keadaan dimensi ruang dan waktu BA adalah salah satu tanda kekuasan Allah yang
melekat pada diri manusia.
Pertanyaannya,
adakah manusia yang peduli dengan sistem ketubuhannya sendiri? Sangat sedikit
manusia yang pahami bagaimanakah mekanisme bekerjanya tubuhnya sendiri. Manusia
hanya memakai dan menggunakan saja ketubuhannya itu. Tanpa peduli dari
manakah hadirnya jatidirinya yang eksis. Apakah dari dalam tubuhnya ataukah
dari luar sistem ketubuhannya. Manusia tak peduli darimanakah dirinya
berasal.
Diri manusia juga tak peduli sebab mengapakah dia mampu merasa, mengecap,
mendengar, melihat, meraba, tertawa, menangis dan juga lainnya. Manusia akan
selalu tak peduli. Mengapakah sistem ketubuhannya ini bisa bekerja dengan begitu
sempurna? Yang dia rasakanya hanya semisal KESAKITAN dan nelangsa jiwa
saja. Mereka tak pahami mengapakah, semua kejadian, semua keadaan, semua rahsa,
dan apa saja seperti tiba-tiba saja HADIR dalam KESADARAN. Tanpa dirinya mampu
MENCEGAH.
+++
Manusia tidak
pernah mampu menolak berada dalam posisi manakah jiwanya di HADIR kan Allah.
Apakah pada rahsa jiwa yang berkecamuk, ataukah kepada jiwa yang tenang.
Manusia tak pahami bagaimankah mekanismenya itu. Bagaimana saat dirinya tidur
dan saat mana tidur itu segala kecamuk resah di jiwa tiba-tiba lenyap
dari KESADARAN nya. Namun manakala kemudian dibangunkan kembali, seketika
resah di jiwa hadir kembali. Manusia tak pahami mengapa bisa begitu. Jikalau
boleh memilih, maka manusia akan memilih manakala terbangun segala
permasalahannya ikut lenyap juga. Kenapakah tidak bisa begitu? Ya,
pertanyaan akan selalu begitu. Sebab manusia tidak pahami kerangka ruang dan
waktu BA. Manusia akan terus berada dalam LEMBAM jiwa karena sebab itu.
Manusia harus
pahami dan masuki kerangka acuan ruang dan waktu BA, agar dirinya bisa mengatas
namakan Allah dalam setiap geraknya. Manusia adalah wakil Allah di muka bumi
ini. Ada batasan kerangka ruang danwaktu yang sudah di siapkan untuknya. Agar
dirinya selalu berada dalam liputan kasih sayang Allah. Agar dirinya mampu
menyapa alam semesta ini dengan kasih sayang. Manusia harus berada di kerangka
acuan ruang dan waktu BA. Sebab dengan begini ini manusia akan merasakan
KEBERMAKNAAN hidup sebab disinilah EKSISTENSI diri manusia sebagai KHALIFAH.
Diluar kerangka acuan ruang dan waktu ini maka sapaan manusia kepada alam
semeesta hanyalah angggapan dirinya semata. Sebab sesusungguhnya dirinya tidak
pahami hakekat kerangka acuan Ba ini atas dirinya.
Pertanyaan
berikutnya adalah, bagaimana kita mampu memasuki kerangka acuan ruang dan waktu
BA ini. Adakah manusia yang pahami kerangka acuan ruang dan waktu ini? Rasanya
sulit sekali namun yakinlah bahwa Kami akan mengajari manusia yang
sungguh-sungguh belajar atas kerangka acuan ini. Kerangka acuan ruang dan waktu
ini membutuhkan pengetahuan manusia atas mekanisme bekerjanya sistem
ketubuhannya. Manusia harus mampu memahami hakekat indra pendengarannya, indra
penglihatannya, indra penciumannya, indra perasanya, indra intuisinya, indra
pengecapnya, dan seluruh indra lainnya yang tak tersebut. Indra-indra manusia
yang diperuntukan untuk mengetahui keberadaan ghaib lainnya.
Perhatikanlah
potensi KESADARAN manusia yang saat ini baru digunakan manusia hanya 12%
sementara potensi alam BAWAH SADAR masih 88% yang digunakan. Rahasia ini masih
menjadi mistery peradaban manusia, mengapa begitu dan juga bagaimana mekanismenya
? Tidakkah ini menjadi pertanyaan kita bersama, mengapa manusia tidak mampu
mengoptimalkan potensi dirinya yang 88% itu.
Bayangkan betapa dahsyatnya potensi
tersebut. Peradaban manusia hingga saat ini hanya dibangun oleh potensi 12%
dari potensi manusia. Bagaimanakah jika potensi tersebut berhasil di
tingkatkan. Betapa manusia memang luar biasa dalam penciptaannya. Maka simbol
huruf BA adalah menyoal keadaan ini. Adakah manusia yang ingin menetapi
kerangka acuan ruang dan waktu ini? Sehingga karenanya untuk selanjutnya
dirinya berhak menyandang asma Allah di muka bumi. Bukankah atas pemahaman ini Bismillah
hirohmanirohiem di lafadz kan?
Bersambung....
Komentar
Posting Komentar