Perjalanan Diam 4; Peringatan Terakhir


Hasil gambar untuk tsunami
Disini akan kutuliskan lagi. Pesan yang tersamar. Lebih tepat harus disamarkan agar tidak menjadikan fitnah. Maafkan bila tulisan ini tidak memberikan harapan.  Kutuliskan ini dengan air mata yang tertindih  dari sudut pikiran. Saat bunga di halaman memenuhi pelataran. Kesedihan ini melangut seperti penanda sebentar lagi hujan. Oh, Tuhan, datanglah dengan segala khidmat kalimahMu.

Telah diurai pesan sejak  delapan tahun lalu disini. Menuliskan pesan demi pesan dalam serial sajian. Sebuah khabar kejadian bencana yang sedang dan akan terjadi berulang saat ini di negri ini.  Pesan yang sama dan di ulang-ulang.  Apa yang dapat ku banggakan jika tak satupun pesan yang dituliskan, ada yang peduli. Adakah aku meski bertanya siapa yang salah? Jika kemudian semua terjadi begitu saja. Blaaaam.

+++

Ku dengar ceria suara tertawa anak berlarian, menikam jantung. Oh, engkau anak-anak kesadaran yang tak kunjung dewasa. Dengan selaksa beban; apakah yang bisa diharapkan? Apa yang dapat kudambakan? Kata sesalkupun belum kau mengerti.

Telah kudengar jeritan tanah dan batuan
Telah kudengar raungan debu dan mineral
Telah kudengar teriakan gunung dan lautan
Telah kudengar lolongan tanaman dan hewan
Telah kudengar lengkingan angin, petir, dan hujan



Telah kukhabarkan, maka ketika tanah menjadi bubur dan batu batu menjadi lumpur dan bergerak melibas apa yang dipermukaan, adakah lagi tempat berpijak? Siapakah yang mendengar? Aku berteriak di kegelapan malam. Menangispun kini aku tak bisa. Tubuh dan jiwaku di dalam sakit.

+++

“Bukan aku saja yang mengkhabarkannya” Keluh sukmaku lirih. Para ahli telah menyampaikannya berkali-kali. Kami telah memberikan tanda berulang kali.

 “Janganlah bersedih hati”

“Aduh, mengapa tetap sakit sekali.”

+++

“Raungan akan datang dari arah selatan, melumatkan jawa bagian barat, terus menyisir utara dan selatan. Belum berhenti sampai disitu Jawa bagian Timur akan bergolak dengan satu teriakan saja semua yang diatas permukaan tanah akan lumat.” Tidakkah telah Kami sampaikan kepadamu.

Ingin kuberlari mengejar bayangmu...agar aku tak sendiri disini.

Bersambung....


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali