Konspirasi Cinta Sang Hafizs, Takdir Bunga (2)
Published Date : May 2, 2014
Author : arif-budi-utomo
Author : arif-budi-utomo
Biar ku
bisikan kepada kekasihku
“(Tiadalah)
Kumbang di ciptakan untuk Bunga, ataupun bunga dihadirkan untuk sang Kumbang,
(bukankah) agar ke duanya saling menyaksikan. Manakah rahsa yang tak sama
diantara kedua makhluk-Nya , perhatikanlah!”
Bunga,
kelopaknya jatuh
setangkai mayang terbang dihembus angin
Menangis tersedu
diantara awan,
dicengkeramnya belukar akar
Membelit kesuciannya,
ternoda
Kepakan sayap merontok helai demi helai
Kuntum Bunga tinggalah
putiknya
(Lihat) Majelis Sang Hafizs riuh rendah karena sebab itu
(Tiadalah
Bunga mengerti)
“Takdir apa yang dibawa Kumbang untuknya !”
“Wahai
angin, sudahkah kalian saksikan, betapa sakitnya kehilangan. Adakah Bunga
pantas mendapatkan takdirnya?”
Sedihnya
Bunga, cantik dan hijau daunnya
Meranggas
menuai mimpi para bidadari
“Harus
bagaimana (agar) aku tidak takut atas matahari dan Kumbang pagi, katakan itu
padaku!”
(Bunga
menjerit lirih, singgasananya awan putih seketika menjadi salju. Dinginnya
sedingin kesedihan hati. Tatapannya penuh rahsa Iba. Ketidakpercayaan menguliti
keyakinan)
“Bukan, ini bukan kehendak ilahi”
“Adakah
cinta memilih untuk tidak dimiliki, ataukah rahsa memiliki cinta itu sendiri
yang menjadi sebab hancurnya keyakinan diri !”
Berkata
Hafizs memecah lamunan Bunga
+++
Majelis
Hafizs sunyi, diam menanti. Terdengar suara lantang, dari ujung galangan kapal
“Adakah
yang mengerti keindahan Bunga? Benarkah Bunga mengerti keindahan dirinya
sendiri? Tentu saja tidak! Bukankah (hanya) Kumbang yang mengerti
betapa indahnya Bunga, dan kemudian mengaguminya dalam setiap desah nafasnya”
Seketika
angin laut meniup dengan kencang, menerbangkan kapal layar itu entah kemana.
Suara itupun tak pernah mewujud. Meninggalkan tanda tanya resah di jiwa.
+++
Kumbang
terbang, dihisapnya kuat sari madu Bunga
Hujan
turun membasahi, kepakan sayap melambat
Hafizs
bersama cahaya pelangi/Bidadari di kanan dan kiri/Seiring air hujan yang
turun dalam gerakan melambat/ Menatap Bunga yang diam menunggu takdirnya/Sedih
Bunga terasa menikam jantung
Berkata
bunga, pandangannya memelas sekali. Sesekali menatap Kumbang, yang mencengkeram
tubuhnya. Kumbang seakan tak peduli seperti apa sakitnya Bunga.
“Lihatlah
tuan Hafizs, sariku kering dihisapnya. Kelopak mayangku gugur dalam kedipan
mata. Bukankah Kumbang (hanya) melengkapi takdir atas kematianku saja. Apakah
ini yang disebutkan cinta?”
Hafizs
tersentuh, menitik air mata. Bukan atas kesedihan hamba. Tak ada makhluk yang
mengerti seperti apa hakekat TAKDIR –Nya. Anggapan dan prasangka, merubah
kasih sayang menjadi derita.
+++
+++
Jubah
yang menjuntai, tersibak angin, berkibar dalam pandangan. (Hingga) Titik hujan
tertahan oleh waktu.
“Syahdan
ketika Adam meminta, maka dihadirkan Hawa pendampingnya
Kekuatan
kasih ada ditangannya, dan Hawa kuasa atas kasih sayang
Tunduklah
Adam, buah Kuldi dipetiknya.
Hawa
telah melengkapi takdir Adam
Perguliran
apa melengkapi siapa, siapa melengkapi apa
Adalah
hijab pemahaman, akan membawa kalian kepada jurang kesesatan
Allah
yang lebih mengerti keadan diri setiap makhluk yang di ciptakan-Nya
(Maka)
akhiri saja prasangka dan anggapan atas itu semua
Bukan
Kumbang yang melengkapi takdir Bunga dan juga
Bukan
pula Bunga yang memberikan takdir dirinya kepada Kumbang
Allah
yang melengkapi kebutuhan semua makhluk-Nya
Dalam
sebuah siklus alam semesta
Dan
tiadalah kalian dirugikan”
+++
Malam,
manakala sepi melanguti Bunga
Adakah
yang mau menyambangi?
Teringatlah
Bunga atas Kumbang
“Benar,
hanya dia yang mengerti, dan menyambangi berpagi-pagi”
Hutan
belantara, tiada pernah peduli
Hanya
Kumbang yang tahu, betapa cantiknya Bunga
Akankah
Bunga menyesal saat dihisapi
“Entahlah
itu, rahsanya sakit sekali..!”
Keluh
Bunga tak pahami arti
…
+++
Bersambung
Wolohualam
Komentar
Posting Komentar