Kisah Spiritual, Membaca Skenario Tuhan Atas Para Kesatria (2-2)
Ketetapan Yang Mendahului..
Allah mengajari
manusia~menanamkan kecerdasan awal~melalui pengajaran nama-nama benda. Manusia
ber-improvisasi membentuk Kata Benda~Kata Sifat~Kata Kerja. Dilengkapi dengan
Kata ganti pelaku. Kemudian manusia mulai mampu berkomunikasi dengan kalimat.
Dengan kalimat-kalimat inilah manusia menyusun Ide~menyampaikan
pemikiran-pemikirannya. Komunikasi ini begitu padat~hingga hadirlah
PRESEPSI-PRESEPSI , sebagai bentuk wujud
pikiran dalam meng-asosiasikan sesuatu~yang tumbuh di dalam kesadaran kelompok
per kelompok, Atas suatu hal~atas sebuah
informasi~atas sebuah kebenaran. Hal ini berlaku menyeluruh dari waktu ke
waktu, dari masa ke masa, dari suku ke suku lainnya, dari kelompok ke kelompok
lainnya~melintasi ruang dan waktu, menyebarangi lautan, ke pelosok-pelosok
terujung bumi yang ditinggali manusia. Setiap kelompok kemudian mulai
mem-posisikan diri mereka ~mem-presepsikan dengan cara mereka~yang
diajarkan dari nenek moyang~kepada
generasi penerusnya semua hal~termasuk juga presepsi tetang Tuhan. Presepsi ini
selanjutnya mampu mengelompok, mengkerucut,
~menimbulkan perselisihan antar kelompok dan antar umat di sepanjang umur bumi.
Dengan kemampuannya
membangun presepsi ini~manusia
mengembangkan logika-logika berfikirnya. Logika berfikir melahirkan
filsafat-filsafat ilmu. Yang berkembang pesat sejak era yunani kuno, muncullah
nama-nama seperti Socrates misalnya, dan
lain sebagainya. Sebagian manusia kemudian mengembangkannya lagi menjadi proses
berfikir ilmiah. Dengan cara ini, mulai di standarisasi dalam methode logika
berfikir manusia. Yang kemudian di kenal dengan Methode Berfikir Ilmiah.
Methode ini melakukan pengamatan terhadap hal,
kejadian-kejadian yang ber ulang-ulang, didata dan didokumentasi,
(empiris) dan diamati kemudian dicarikan polanya. Inilah proses kognitif
manusia dalam berfikir. Pola ini menghasilkan teori-teori. Teori-teori inilah
yang senantiasa diperdebatkan. Maka pada
jaman ini mulai perkembanganlah era Ilmu Pengetahuan. Namun kelompok ini,
terlalu mengagungkan kemampuan panca indera dalm melakukan
pengamatan-pengamatannya, sehingga menolak hal-hal yang tidak mampu ditengkap
panca indera.
Pada kelompok lain~ pengembangan
presepsi, memiliki implikasi lain~ menimbulkan kerancuan dan kekacauan dalam
proses berfikir manusia. Kerangka acuan yang abstrak dan tidak ter-standart
mengakibatkan sulitnya manusia mendokumentasikannya. Banyaknya imajinasi-imajinasi
masuk ke dalam ranah berfikir mereka. Sehingga melahirkan kelompok-kelompok yang terlalu meyakini
kepercayaan dengan membuta, terlalu yakin dengan informasi dari nenek moyang
mereka tanpa ada upaya menguji kembali.
Persepsi pada dua kelompok ini
telah sama-sama menghijab mereka dalam menerima kebenaran dari Tuhannya.
Kelompok-kelompok ini kemudian saling berselisih. Sebagaimana firman Allah;
"Dan Manusia dahulunya satu
umat, kemudian mereka berselisih. Kalau saja tidak karena suatu kalimat
(ketetapan) yang telah mendahului (mendasari) dari Tuhanmu, sungguh telah
diputuskan diantara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan di bumi.
Mahasuci Allah dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan
itu" (Yunus : 19 ).
Sungguh menjadi sebuah wacana
menarik untuk dikaji. Ketetapan seperti apakah yang mendasari~skenario apa yang
sedang dihamparkan. Allah tidak
memutuskan~Allah tidak mengadili perselisihan manusia di bumi. Dibiarkan
manusia membaca ayat-ayatnya yang tersirat maupun yang tersurat. Manusia
dipersilahkan mengungkap, memperhatikan dan mengamati fakta-fakta yang
terhanpar diseluruh permukaan bumi. Bukankah sudah diceritakan bagaimana
umat-umat terdahulu. (?). Manusia~sekarang~dengan adanya teknologi
informasi~dapat mengetahui semua kejadian dipermukaan bumi yang lain dengan
sangat cepatnya. Jika sisa-sisa perdaban masa lalu sudah mampu dikuak,
kebenaran al qur'an sedikit demi sedikit terungkap dan tersingkap. Mungkinkah
manusia yang berakal mampu berfikir..?.
Seiring dengan perkembangan kecerdasan
yang mengalami perkembangannya~Allah membiarkan improvisasi Jiwa melebar,
meliar,~dibiarkannya menggentarkan
langit~bagaimana langit tidak bergetar.
Dahulu~seluruh mahluk langit pernah
telah bersujud kepadanya. Lantas kalau setelahnya ~kemudian manusia melewati
batas~(?). Kemudian bagaimana (?). Bukankah telah terjadi percakapan antar
penghuni langit dengan Tuhan-nya.
"........Mereka berkata
" Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah
disana. Sedangkan kami bertasbih memuji -Mu, dan memuliakan
Nama-Mu........." (Al baqoroh ; 30).
Sungguh telah terjadi keangkara
murkaan dimuka bumi oleh ulah manusia. Telah nampak di darat dan dilautan.
Kemudian~ketika sudah semakin mengkhawatirkan ~Allah mengutus Rosulnya ke pelosok
pelosok bumi. Kepada umat-umat yang sudah melampaui batas itu~dalam mengumbar
PRESEPSI mereka. Allah menginginkan Jiwa tetap dalam keadaan suci~maka Allah
menurunkan rosulnya. Memberikan pengajaran dan peringatan~panduan agar manusia
senantiasa mensucikan dirinya~sebagaimana fitrahnya.
Dalam dimensi lain. Allah telah
menetapkan putusannya~atas rencana Allah. Persepsi-persepsi yang bermanfaat
terus di jaga dipertahankan. Di tumbuh kembangkan diantara peradaban manusia.
Didalam Raga ~telah disusupkan informasi genetika, yang menjaga agar kecerdasan
manusia tetap terjaga. Kecerdasan tersebut akan dilahirkan dimana..?.
Kecerdasan itu akan ~disisipkan terus Kepada umat yang senantiasa berfikir
tentang alam semesta, kepada suatu kaum yang senantiasa menjaga kecerdasan
mereka , kepada kaum yang senantiasa mengajarkan dan belajar serta berfikir
tentang benda-benda. (sebagaimana Adam)~tentang ilmu pengetahuan. Tidak peduli
itu kaum yang kafir atau beriman. Disitulah kemudian raga-raga yang dibekali
dengan instrumen pelengkap untuk keperluan pengembangan peradaban yang lebih
tinggi dilahirkan satu per satu, melalui perantara rahim-rahim orang-orang
tersebut. Bila saat ini, kecenderung ilmu pengetahuan berada di tangan kaum non
muslin maka senantiasa Allah akan terus menerus melahirkan raga yang memiliki
kemampuan itu , di sekeliling mereka. Maka semakin lama, kelompok mereka
semakin kuat dan maju. Karena raga ini~dalam perkembangan dan pertumbuhan perlu mendapatkan informasi dari komunitas
ini, agar raga ini dapat berkreasi
dengan maksimal~menghasilkan ilmu pengetahuan terbarukan lagi.
Maka bila kesatria menginginkan agar Allah menurunkan , memberikan raga yang memiliki kemampuan
seperti ini, maka kita harus mampu menciptakan situasi yang kondusif
untuk pertumbuh kembangan raga-raga ini. Sudah siapkah..?.
Kepada Raga yang pasrah ~Allah
menitipkan kecerdasan itu~Allah pula yang menjaga dan menyempurnakannya~akan
tetap seperti itu adanya. Maka ketika umat muslim mengabaikan kesadaran
moyangnya (Adam)~tentang kecerdasan awal~saat ketika manusia pertama diajari
nama-nama benda. Sunatulloh berlaku atas umat Islam. Allah tidak akan
menitipkan raga yang sudah dilengkapai dengan instrumen untuk keperluan
tersebut diantara umat Islam. Sungguh
raga tidaklah memilih dari mana dia harus dilahirkan, dia akan tunduk kepada
perintah Tuhannya.
Untuk mengembangkan potensi raga,
yang mampu membangun peradaban yang tinggi, manusia harus memiliki kecerdasan
kolektif yang tinggi di dalam komunitasnya. Bila kondisi ini tidak dapat
dipenuhi maka setiap kelahiran raga akan percumah, sebab tidak akan mampu bertumbuh secara optimal
dikarenakan tidak adanya infrastruktur yang mendukung pertumbuhannya. Maka bila
menginginkan adanya perubahan~ Sebelumnya
kelompok ini harus berubah terlebih dahulu ~ merubah kecerdasan kolektif
mereka, dalam komunitas tersebut
, sehingga kondusif untuk perkembangan raga-raga yang akan dilahirkan
dalam kelompok ini. Hal ini penting sebab~ jika tidak berubah maka Allah
tidak akan menurunkan raga-raga yang memiliki potensi lebih kepada komunitas
ini, untuk mengembangkan peradaban mereka sesuai dengan
keinginan mereka. Meskipun mereka bergama~karena ini memang sudah ditetapkan
sebelumnya. Inilah peranan Jiwa yang memliki sifat bebas menentukan nasibnya, mau
atau tidak Jiwa dalam raga ini berubah~merubah kondisi komunitas mereka.
Sebagaimana firman Allah ; “Sesungguhnya
Allah tidak akan merubah keadaan(nasib) suatu bangsa sehingga bangsa itu mau
merubah keadaan (nasib) mereka sendiri” (Ar-Ra’d-11)
Kecerdasan tetap sebagaimana
adanya~terjaga pada umat lainnya. Tetap di pergilirkan antar umat dan generasi.
Hingga sampai kini. Bila kini kemudian
kita memperhatikan perkembangan jaman terkini~imajinasi kita terpana. Begitukah
skenario Allah dalam mempertahankan kecerdasan yang dititipkan kepada manusia
?. ~dan ketika sekaligus juga
menyempurnakannya ?,~ dari satu umat ke umat lainnya, dari generasi ke
generasi berikutnya. Telah kita lihat~Bagaimana manusia membangun dan menyusun
peradaban manusia. Hingga sampai saat ini abad
ke 20 ini. Di Abad teknologi cyber. Kita kemudian menjadi paham ;
Saat manusia mampu menciptakan pesawat~yang mampu terbang sebagaimana burung.
Saat manusia Manusia mampu Menciptakan kapal~yang menyelam sebagaimana ikan.
Menciptakan mobil~yang mampu berlari mengalahkan kuda. Menciptakan telepon,
komputer, televisi, dan lain-lain~yang mampu mendekatkan jarak mereka seberapa
dekat mereka mau.Dengan kecerdasan awal yang
diajarkan~hingga berkembang sampai saat ini~manusia benar-benar telah
mengalahkan mahkluk lainnya. Ingatlah, saat Allah berfirman kepada mahkluk
penghuni langit, menjawab kegalauan mereka akan manusia :
"..........Allah berfirman
"Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui" (Al baqoroh ;
30)
Begitulah raga menjadi utusan
Tuhan-nya yang pasrah, yang membangun perdaban manusia, dari dulu hingga kini.
Bagaimana dengan JIwa-jiwa yang menghuni di dalamnya. Jiwa yang menempati raga
pejabat, raga pelacur, raga pengemis, raga bangsawan, raga para raja, raga
ulama, raga orang yang dimuliakan, raga orang yang dihinakan dan sebagainya.
Bagaimana pergulatan mereka (JIwa) disitu.?. Bagaimana raga-raga dimusnahkan
karena ulah sang Jiwa. Dalam kajian saya, mengenai takdir sudah panjang lebar
di paparkan peranan sang Jiwa yang memiliki potensi yang bebas ini.
Semua jiwa dimata Tuhan adalah
sama, sebagaimana saat pertama ditiupkan ke dalam raga. Baik jiwa yang berada
dalam rahim seorang kafir sekalipun. Jiwa-jiwa ini dalam perlindungan
Tuhan-Nya, Tuhanlah yang menyempurnakan pertumbuh kembangnya. Hingga ke
dalamnya disusupkan kefasikan dan ketakwaan. Allah sekali-kali tidaklah
menghukum mereka sebelum datang peringatan dari Tuhan. Setelah mereka dewasa
dan akalnya mampu membedakan kebaikan dan keburukan, Jiwa-jiwa tersebut harus
mencari jalan kepada Tuhannya. Pada diri manusia telah dilengkapi dengan
'bashiroh' yang serba tahu, yang akan
senantiasa memperingatkan jiwa. Yang akan membimbing manusia kembali ke
jalan Tuhan. Maka beruntunglah orang yang mensucikan diri, yang mampu menerima
petunjuk 'bashiroh' ini.
Sebagaimana Fir'aun di kisahkan,
tubuhnya yang sempurna, kepandaiannya, dan semua instrumen raganya telah
menghantarkan dia menjadi Raja, yang di takuti. Titahnya bak firman Tuhan.
Bahkan akhirnya dia mendaulat diri sendiri sebagai Tuhan. Sungguh Jiwa Fir'aun
tidak mampu membaca, dia mengaku bahwa Raga-nya berada dalam kekuasaannya.
Jiwanya menjadi sombong. Tidak mau
mendengarkan peringatan Rosul yang diutus atasnya. Fir'aun tidak mau mengerti
bahwa Raga itu memang sudah dipersiapkan Allah untuk menjadi Raja, kebetulan
saja Jiwa yang ada di Fir'aun yang disuruh untuk mendiaminya. Bukankah Jiwa
hanya penyaksi saja..?. Inilah contoh Jiwa dengan kesombongannya.
Masih adalagi Jiwa yang berada dalam tubuh orang kaya maupun yang
miskin. Betapa mereka sama saja, memohon agar diberikan dunia kepada mereka.
Mereka terus berdoa memohon, meski mereka tahu yang mereka mintakan adalah
sebuah keburukan;
"Belumkah datang kepada
mereka berita penting tentang orang-orang sebelum mereka ; yaitu kaum Nuh, 'Ad,
Tsamud, kaum Ibrahim, peduduk madyan, dan (penduduk) negri yang telah
musnah......." (A Thaubah ; 70).
"Dan manusia
(seringkali) berdoa untuk kejahatan
sebagaimana (biasanya) dia berdoa untuk kebaikan. Dan memang manusia bersifat
tergesa-gesa" (Al Isra' ; 11).
Peradaban manusia menyisakan
misteri yang sulit dimengerti, disatu sisi menghasilkan peradaban manusia yang
luar biasa lengkap dengan kemakmurannya. Diantara mereka terdapat juga si
miskin dan si kaya. Si baik dan si jahat. Banyak juga yang berada diantara
keduanya itu. Dibelahan bumi lain kelaparan , kemiskinan, perang saudara,
kekeringan, banjir, bencana alam tak bosan-bosan melanda. Dimanakah Tuhan,
mereka merintih... Masih di ramaikan lagi dengan peperangan antar agama. Dari
kulit putih dengan kulit putih. Si putih dengan si hitam. Si Hitam dengan si
hitam. Atau campuran semua itu. Sudah
ribuan nyawa bahkan berjuta mati dengan perkasa membela Tuhan mereka. Timbul
pertanyaan kepada siapa Tuhan memihak.?. Tanya yang tak mungkin terjawab
tuntas, dari awalnya sebelum manusia di ciptakan.Tuhan tidak akan memberikan
keputusannya di bumi. Silahkan manusia memikirkannya sendiri. Begitu
egoisnyakah Tuhan ?. Eit tunggu dulu..
".....Dan seandainya Allah
tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, pasti
rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan-Nya) atas
seluruh alam" (Al baqoroh ; 251).
Allah tidak menyukai keganasan
dari satu kaum kepada kaum lainnya, meskipun salah satunya adalah muslim. Allah
memiliki karunia kepada seluruh alam ini. Entah dia muslim entah dia kafir.
Allah akan menjaga keseimbangan sesuai dengan rencana-Nya. Demikianlah keadilan
Allah.
Sungguh ketika kita umat muslim,
memahami ini~terpana, mungkin akan
berada dalam ke takjubannya~ tak bertepi.
Dan Telah Engkau perlihatkan tanda-tanda kekuasaan-Mu, ya Allah.
Peradaban yang dulu dan terkini dan Dari kelemahan kami sendiri. Subhanalloh
Kemudian lirih larut membaca
"Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai
hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan
itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta,
tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada” (surah Al Hajj ayat 46). Menembus
hati, tersadar, bahkan tak mampu kami berkata lagi..
Maka inikah ya Allah, makna
janjiMu “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di
segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa
al-Qur'an itu benar.Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya
Dia menyaksikan segala sesuatu” (QS. 41:53)
Jiwa dan Penyempurnaannya...(?)
Kalau begitu bagaimana positioning Jiwa seharusnya..?.
Dalam tulisan saya ~Tersesat Oleh
Takdir~ saya cukup dalam mengkupas masalah ini. (dalam pemahaman saya tentunya).
Bahwa Alllah menginginkan agar kita dapat kembali kepadanya dalam keadaan Jiwa
yang tenang. Dengan hati yang puas, lagi ridho dan di ridhoi-Nya. Dalam keadaan
inilah, Jiwa diundang dengan mesra oleh Allah untuk bergabung dengan
jemaah-jemaah-Nya, untuk mendiami surga-Nya.
Bukankah sangat menarik ,~
bukankah Allah benar-benar me-mulia-kan manusia. Allah mengharapkan agar kita
puas di dunia, dengan hati yang ridho.. Puas berarti Jiwa mampu mengembangkan
potensi diri-nya, dimana Jiwa telah melakukan negosisasi semaksimal mungkin,
sesuai keinginannya atas perannya di dunia kepada Tuhan. Berikut juga fasilitas
yang mungkin akan diberikan kepadanya.
Ridho berarti Jiwa menerima
keputusan apapun yang sudah dipilihkan kepadanya, Jiwa diharapkan tidak
bolak-balik, sebentar minta itu sebentar lagi minta ini, inilah ridho dalam dimensi ini, yang berarti juga
Jiwa ikhlas dengan pemberian dari Tuhannya. Kondisi ini harus terus
dipertahankan hingga saat Allah memanggil Jiwa tersebut.
Namun banyak kita jumpai, Jiwa-jiwa
senantiasa tidak puas, apalagi ridho. Persepsi-persepsi yang dibuat manusia
terdahulu hingga kini, telah meng-hijab mereka dari esensinya hidup itu
sendiri. Mereka lupa bahwa mereka tidak dirugikan sedikitpun. Sebagaimana
firman Allah “Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar
zarrah.” (QS. An Nisa’ [4] : 40)
Tidak ada seberat zarahpun
manusia akan dirugikan. Janji Allah adalah pasti. Bagaimana kita memaknainya
itulah yang menjadi problematika tersendiri. Manusia dibingungkan dengan
logika-logikanya sendiri, manusia bermain dengan persepsi-persepsinya sendiri.
Jiwa sering mengembara sendiri dan raga beraktifitas sendiri juga. Persepsi ini
membuat Jiwa tidak dapat fokus kepada raganya. Inilah masalah utama manusia.
Jangankan untuk bersama raganya satu hari, 5 menit sekedar untuk melakukan
sholat, sangat jarang Jiwa yang mampu melakukannya. Jiwa sekehendaknya,
kecenderungannya meliar dan meliar terus, tanpa mau di kontrol. Jiwa ini
semaunya sendiri dalam meng-interprestasikan, bahkan mem-presepsikan kepada
Tuhan-pun dengan enaknya
Sendiri. ~ sebagaimana kebiasaan mereka atas benda.
Allah mengutus para rosul untuk
memberikan pengajaran tentang ini, memberikan teladan nyata. Agar manusia dapat
belajar langsung , melihat langsung, bagaimana methodologi penyucian Jiwa
dilakukan, agar pottensi Jiwa tidak senantiasa meliar terus. Masing-masing
rosul dan nabi diturunkan kepada kaumnya, sesuai dengan problematika di kaum
tersebut. Setiap rosul mengajarkan Tauhid.
Mengajarkan bahwa Tuhan adalah Dzat yang Esa, maka berfikirlah lurus
kepada-Nya. Allah tempat semua mahluk bergantung, maka pasrahkanlah seluruh
Jiwa dan Raga hanya kepada-Nya, Dia
tidak beranak dan di peranakan. Dan tak ada sesuatupun yang menyerupainya. Maka dia bukanlah mahluk hidup sebagaimana
makhluk yang ada di bumi ini, bukan juga sebagaimana materi atau anti materi
yang ada dalam jagad raya ini. Dia tidak bisa dipersepsikan dan tidak usah
dipersepsikan, karena dia maha suci. Maka , wahai Jiwa sebutlah Dzat yang maha
suci ini, agar Jiwamu di sucikan-Nya agar tidak
meliar, agar Jiwamu mampu mensucikan dirinya sendiri, sadarilah, dan
Jiwamu jagalah selalu begitu, lepaskan atas persepsi-persepsi yang menghijab
menuju Tuhanmu. Apa saja, patung, dewa, harta, benda, istri, anak, pekerjaan,
handai tolan, kesenangan, kecintaan, keindahan, bahkan spiritual itu sendiri
(misal; kebenaran semu), dan lain-lainnya.
Sungguh contoh teladan paripurna
dalam hal ini adalah nabi Muhammad saw. Bagaimana entitas antimateri dan
materi~ entitas Jiwa dan Raga, bersinergi menjadi sebuah entitas baru yang
dinamakan manusia. Menampilkan sosok yang luar biasa kharismanya. Sosok yang
mampu mematahkan hukum kekekalan energi dan relatifitas dalam wujudnya itu.
Sinergi kedua entitas telah menghasilkan resultan gaya dalam tubuh yang luar
biasa. Tubuh ini mampu diperjalankan dengan kecepatan melebihi kecepatan
cahaya, dimana semua materi maupun anti materi akan hancur tak berbekas~tidak
berwujud sama sekali. Dalam peristiwa Isroq mi’roj ~peristiwa itu diabadikan
dalam al qur’an. Inilah Jiwa yang telah
disempurnakan Allah, kepada Jiwa seperti inilah kita mesti menteladaninya.
Masihkah manusia ragu ~akan hal
ini. Betapa Jiwa yang disucikan, Jiwa yang mampu memasrahkan diri, melebur
dalam totalitas. Keluar dari wilayah persepsi, keluar dari wilayah keasadaran
semu, akan menghasilkan sinergi yang luar biasa. Manusia seakan memiliki tenaga
yang tidak akan ada habisnya. Apalagi jika hanya sekedar mengarungi realita
kehidupan ini. Maka , sungguh sholat akan membawamu kearah sana, bagi orang
–orang yang berfikir. Walohu’alam.
Komentar
Posting Komentar