Mengapa Bersholawat (1-2) ?
Pertanyaan tersebut telah
menyergah banyak orang. Bagaimanakah kejadiannya hingga kita di sunahkan untuk selalu mendoakan
keselamatan atas Nabi dan keturunannya ?!?. "Mengapa
Nabi harus kita doakan untuk keselamatannya..?". Sebuah pertanyaan
yang wajar atau malah kurang ajar..?. "Akankah
Nabi tidak di selamatkan oleh Allah, sehingga perlu kita do’akan ..?. Kalau
begitu..bagaimana dengan saya yang berlumuran dosa seperti ini ...?. Jangankan
berdoa untuk keselamatan Nabi, berdoa untuk keselamatan diri sendiri pun
rasanya saya kurang banyak. ?!?".
Sambil menggerutu akhirnya kita, 'dengan enggan' mengikuti perintah
untuk ber sholawat. Begitu nampaknya ...?!?.
Banyak sekali umat muslim yang
gamang untuk menanyakan ini. Semua cenderung diam, mencoba mengerti, mencoba
tidak perlu bertanya, memahami dan berusaha menyadari sebagai sebuah ketentuan sebuah 'pakem'
ajuaran agama. Maka maklum saja, jika
akhirnya semua menerima begitu saja,
sebagai suatu keharusan. Sebagai suatu kewajiban yang di sunnahkan.
Menerima saja memang sudah dari leluhur, ulama dan nenek moyang kita dahulu adanya begitu. "Ya sudahlah ... jikalau memang sudah
di ajarkannya begitu ... mau diapakan lagi ... !". Dan kemudian menjadi hal nyleneh, jika ada seseorang yang masih mempertanyakan
'mengapa ber sholawat ...'.
"Nganeh-nganehi saja .." Kata orang begitu.
Kekakuan dalam memahami perintah
agama serta kelemahan logika ber fikir kita dalam pemahaman 'sholawat' ini
telah dengan jeli di bidik oleh sebagian orang yang tidak menyukai Islam.
Mereka mampu melihat ada kisi kekosongan dalam teologi Islam, sebuah ruang
kosong dalam memahami hakikat sholawat
atas nabi. Tak aneh, jika kemudian mereka mulai melancarkan aksi dan strategy,
hanya cukup dengan memutar balikan premis mayor dan premis minornya saja maka
kita pun jadi ter gopoh gop[oh jadinya.
Dalam sebuah konsep bangun silogisme.
Baik kita kaji; Bagaimanakah
ketika sebuah pernyataan atas 'sholawat' kemudian di plintir menjadi
seolah-olah nabi sangat membutuhkan
doa-doa dari umatnya untuk menyelamatkan dirinya dan keluarganya..?!?. Maka bagaimana penjelasannya jika ada
pernyataan ; "Mestikah seorang Nabi
masih meminta di doakan umatnya agar selamat..?". Sebuah pertanyaan
retoris. "Adakah nabi lain selain
Muhammad yang seperti itu.?". Dilanjutkan pertanyaan. "Jikalau seorang Nabi masih memerlukan
doa umatnya, maka apakah kita tidak selayaknya
jika meragukan ke-nabiannya.sebab jika nabi saja tidak dapat menjamin
dirinya selamat., bagaimana nabi bisa menjamin keselamatan umatnya". Astagfirulloh hal 'adzhiem. !.
Pernyataan dan pertanyaan model
silogisme ini, telah meracuni generasi muda Islam terkini. Gelombang pemikiran
'menggugat' model seperti itu, telah meluas dan
tersebar di jejaring sosial. Sungguh ... banyak dari kita kecolongan.
Ketika pemahaman sholawat di benturkan
dengan sebuah konsep, "Yesus Kristus itu Juru Selamat, si penebus dosa
manusia, yang mengorbankan dirinya demi menebus dosa manusia demi keselamatan
umat manusia". Bagaimana dengan Islam. Nah ...saya menjadi 'ter
bengong-bengong'. Oh...
Memang dapat kita rasakan,
seakan-akan, jika kedua pernyataan tersebut di sandingkan, di benturkan, kita
akan merasakan 'pengkondisian' bahwa
konsep sholawat adalah sebuah konsep yang 'egois'. Seorang nabi yang
menyuruh umatnya berdoa, demi untuk keselamatan dirinya sendiri. Benarkah..?.
Wow..
Ditambah dengan gambaran fakta di
lapangan; adanya 'ulah' 'arogansi' sebagian golongan Islam, yang memaksakan
'kebenaran' dirinya kepada golongan lainnya juga antar sesama umat Islam yang
juga saling kafir meng-kafirkan. Maka lengkap sudah jika umat Islam di cap sebagai agama umat yang 'Super Egois !'.
Kemudian bagamanakah dampaknya,
jika generasi muda di bombardir dengan pemikiran dan bahasa-bahasa 'silogisme'
tersebut. Maka sangat wajar jika kita
dapati, sebagian generasi muda Islam
yang sedang mengalami dis-orientasi, yang memahami persoalan dengan cara linear
saja; jika mereka kemudian terpengaruh
dan menjadi galau.
Salah seorang siswa SMA di kota
kecil mewartakan kejadian ini. Sejumlah teman-temannya, telah berganti akidah,
setelah berinteraksi intens dengan kelompok tersebut melalui facebook. Fakta yang mesti kita sikapi dengan kearifan
mendalam. Tamparan bagi Islam, bahwa
sebagian generasi mudanya telah berhasil di jungkir balikkan konsep dan
cara berpikir mereka, di jebak ke dalam
sebuah konsep berfikir linear. Melalui pemahaman 'sholawat' model 'silogisme'
mereka. Subhanalloh.
Maka marilah kita masuki
permasalahan dan kajian, benarkah : Jika konsep Sholawat di sandingkan dengan
konsep Juru Selamat. Sebagaimana per misal konsep Agama yang Egois melawan
konsep Agama Kasih. Konsep Egoisme melawan konsep Rela berkorban (pengorbanan).
Kemudian pertanyaan mengembang; Benarkah sholawat hanya bermanfaat kepada nabi
dan keturunannya saja. Apakah kita tidak mendapatkan manfaat langsung yang
dapat kita rasakan di badan jikalau kita ber sholawat..?. Agama Islam adalah
agama yang benar. Namun bagaimanakah kita mampu menunjukan dimanakah 'kebenaran
sholawat' itu..?. Dalam bingkai logika berfikir manusia. Dan mendudukannya
dalam keyakinan kita..?. Sehingga
munculah generasi muda Islam yang kritis, kuat dalam analogi dan logika
berfikirnya, serta kokoh dalam ke Imanan
mereka. Mampukah kita meng-kaji nya. Layaknya memang baiknya kita coba saja
dalam tulisan bersambung berikutnya.
Insyaallah.
Kompilasi Maha Daya
Pernahkah kita teringat masa
lalu, saat berfoto bersama di sekolah..?. Bagaimana rasanya saat kita
memandangi foto tersebut..?. Siapakah yang pertama kita perhatikan..?. Sebagian
besar kita akan langsung memperhatikan foto kita sendiri. Diamati terus tanpa
ada puas-puasnya. Mencari pembenaran jikalau foto kita terlihat gak pas. Dan
seterusnya, dan seterusnya. Manusia di ciptakan dalam kondisi seperti itu.
Manusia sering mengasihani diri sendiri. Merasa paling menderita. Manusia selalu ingin 'selamat' sendiri,
'menang' sendiri dalam segala hal. Tidak terkecuali masalah surga dan neraka.
Mereka 'kangkangi' surga sekehendak mereka sendiri. Itulah masalahnya. Manusia
terlahir dengan sifat 'egoisme'. Tidak terkecuali, termasuk saya di dalamnya.
Lebih baik memang saya akui saja itu. Ho .. oh .. sajalah. Lha .. saya juga
manusia.
Gugatan atas sholawat, jatuh
sering dengan arus informasi, yang melintas dimensi. Di sudut terjauh dari
negeri inipun mampu meng akses informasi yang di ingini. Memuaskan 'keliaran'
jiwa. Mempertanyakan segalanya lagi. Blaar..!. Tidak ada yang bisa ditutupi
lagi. Manusia ber ekspresi atas dirinya, sesuka suka jiwanya saja. Tak peduli
dia sedang berada dimana, apakah tengah di keramaian ataupun di sidang
Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat, yang terhormat. Tak malu sajalah. karena
Jiwa susah diajak diam. Selalu mencari pemuasan atas nafsunya. Meski 'porno' sekalipun,
masa bodoh saja. Waah..
Itulah memasuki dimensi, waktu terus bergulir, jaman demi jaman telah
melahirkan kesadaran-kesadaran kolektif baru. Bagai pecahnya sebuah bejana.
Pertanyaan-pertanyaan yang dahulu tabu, dianggap sebagai layak dan perlu. Wilayah-wilayah
yang dahulu dianggap pemikiran-pemikiran radikal. Kini dibangkitkan kembali.
Semua dipertanyakan. Dan mendapatkan tempatnya. Kemudian saling dibenturkan,
dalam pemahaman dalam pertemuan pemikiran; melahirkan konsep-konsep yang tidak
masuk diakal. Di jejaring sosial semua bebas di perdebatkan, dari angan liar
hingga sasaran mata lelaki dan 'porno aksi'. Demikian vulgarnya, jiwa menikmati
itu semua nya. Ketika jiwa masih dalam keasyikannya menikmati semua tontonan
yang disajikan. Maka tak heran jika jiwa
menjerit dan memberontak "mengapa saya harus ber sholawat..?".
Jadilah hasilnya sebagaimana ilustrasi di muka, mereka dengan asyiknya,
mengganti saja akidahnya. Tanpa merasa bersalah.
Berangkat dari pemikiran
tersebut, marilah kita masuki kajian ini. Mengusung dengan beberapa pendekatan
dan analogi dari hukum-hukum fisika dasar perihal Energi dan Listrik sebuah
pelajaran waktu SMA dahulu. Karena hukum-hukum inilah di pandang sudah di
terima oleh kesadaran kolektif manusia.
Kompilasi adalah keberaturan yang
luar biasa atas sebuah susunan yang
diatur dengan kesempurnaan. Kompilasi maha daya
yang dimaksud adalah susunan keberaturan 'daya' di dalam alam semesta.
Berubahnya daya dari satu daya ke daya lainnya lagi. Sebuah harmonisasi atas
energy yang tetap begitu adanya di dalam alam semesta ini dari dahulu hingga
kini. . Hukum keberaturan dan kekekalan energy. Seluruh materi di alam semesta
ternyata saling bertukar energy, merubah dirinya tanpa berkurangnya masa di alam ini.
Bila kita perhatikan hujan yang
turun dari langit; yang nampak pada mata kita adalah air yang dijatuhkan dari
langit. Proses yang terjadi di alam sesungguh luar biasa sekali. Kerjasama yang luar biasa dari suhu, tekanan udara, dan lain sebagainya;
menjadi sebuah fenomena yang sering kita namakan dengan IKLIM. Proses yang
terjadi adalah fenomena pertukaran dan pelepasan energy. Proses perubahan wujud
zat di alam semesta. Ilmu pengetahuan mengabarkan bahwa meski terjadi perubahan
materi namun tidak terjadi perubahan volume masa di bumi ini. Jika kayu di
bakar, dan dikumpulkan hasil pembakarannya, abu, gas, dan lain-lain , jumlahnya
akan tetap sama dengan masa awal kayu tersebut. (Lihat Hukum Kekekalan Energy
dan Hukum Kekekalan Masa).
Selanjutnya ilmu pengetahuan juga
mengabarkan bahwa terjadinya siklus energy tersebut dimungkinkan karena
setiap materi (atom) memiliki sutau ikatan yang mampu
menyerap atau melepas energy. Dengankata lain setiap atom memiliki âdayaâ masing-masing. Misalnya yang terjadi pada siklus air
tersebut. Air (H2O) ketika di panaskan akan menguap. Begitu juga uap air ketika
di dalam suhu yang dingin akan mengembun. Apakah ikatan H2O nya menjadi
lepas..?. Ternyata sangat sulit sekali untuk melepaskan ikatan
molekul tersebut. Ikatan ini demikian
luar biasanya. Ada 'medan magnet' yang demikian unik pada setiap atom
sehingga mereka mampu berikatan. Ikatan ini dalam gambaran yang lebih besar
dapat kita lihat sebagaimana ikatan tata surya kita. (Analogi 1).
Hukum Coulomb adalah hukum yang
menjelaskan hubungan antara gaya yang timbul antara dua titik muatan, yang
terpisahkan jarak tertentu, dengan nilai muatan dan jarak pisah keduanya.
Hukum ini menyatakan apabila
terdapat dua buah titik muatan maka akan timbul gaya di antara keduanya, yang
besarnya sebanding dengan perkalian nilai kedua muatan dan berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak antar keduanya. Interaksi antara benda-benda bermuatan
(tidak hanya titik muatan) terjadi melalui gaya tak-kontak yang bekerja
melampaui jarak separasi. Adapun hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa
arah gaya pada masing-masing muatan terletak selalu sepanjang garis yang
menghubungkan kedua muatan tersebut. Gaya yang timbul dapat membuat kedua titik
muatan saling tarik-menarik atau saling tolak-menolak, tergantung nilai dari
masing-masing muatan. Muatan sejenis (bertanda sama) akan saling tolak-menolak,
sedangkan muatan berbeda jenis akan saling tarik-menarik.
Marilah kita masuki pemahaman lainnya lagi; jika dua buah benda
yang masing-masing memiliki 'medan magnet' (muatan) berhadapan terus
menerus; naik turun relatif terhadap
waktu ternyata akan menyebabkan 'arus listrik' Dengan kata lain; Medan magnet
yang ditimbulkan oleh dua buah benda secara terus menerus berbanding waktu akan
mengakibatkan arus listrik; arus listik ini (I) kemudian kita kenal dengan 'induks magnet'. (Lihat Hukum Faraday-Henry, Amper-Maxwel).
(Analogi 2).
Sebuah Benda yang memiliki muatan
listrik (Q) jika berhadapan dengan benda lain
yang bermuatan listrik juga (Q) maka akan menimbulkan arus listrik (I),
yang terus melingkar di dalam selaras dengan hambatan luarnya (R) . Nah, jika kita analogikan dengan tubuh
manusia yang memiliki muatan listrik (Q); ketika kita hadapkan tubuh kita kepada sesuatu
(BERHALA) yang memiliki muatan listrik (Q)
pula; Maka akan timbul 'arus listrik'
(I) sebagai efek dari 'induksi magnet', (selanjutnya untuk memudahkan
saya sebut arus induksi saja); yang akan
terus melingkar di dalam tubuh manusia tersebut
(R ). Arus induksi ini (I) jika
di tingkatkan secara kuadratik di dalam tubuh manusia akan menimbulkan DAYA
manusia tersebut. Daya (P) itulah yang dapat di gunakan manusia untuk
melakukan usahanya (W). Dalam persamaan daya adalah P= V.I
dan dimana V = I.R . Maka kita dapatkan
persamaan usaha nya adalah W = Q.I.R.
atau W = P.t atau W = V.I.t. (Analogi 3).
Pemahaman inilah yang saya coba
saya hantarkan untuk menjelaskan; daya apakah yang bekerja pada tubuh kita. Dan bagaimana efeknya
masing-masing. Bagaimana kemudian, setelahnya kita mampu merasakan, mengenali
dan membedakan masing-masing efek dari 'daya' tersebut, dalam sistem ketubuhan
kita. bagaimana kemudian juga, relevansinya atas doa-doa dan sholawat yang
sering kita panjatkan, bisa mempengaruhi 'daya' yang bekerja di dalam sistem
ketubuhan kita. Baiknya kita lanjutkan di tulisan berikutnya..
Dilanjutkan tulisan 2
Dilanjutkan tulisan 2
Komentar
Posting Komentar