Demi Penyempurnaan Jiwa
“Diamlah aku butuhkan
kesunyian” Berkata Hafizs
…
Angin bertiup kencang. Hawa tak berkesudahan. Bumi tak mampu
menahan bebannya lagi. “Mengapakah Allah
menghukumi manusia yang dia ciptakan sendiri ?” Tornado, Tsunami, badai Haiyan, mutahnya beban
bumi, pecah gunung menandai itu.
“Tiadakah Allah Maha Pengasih dan Penyayang ?”
“Tiadakah Allah Maha Pengasih dan Penyayang ?”
…
“Diamlah aku butuhkan
kesunyian”
Berkata Hafizs sekali lagi, seperti menghardik. Majelisnya
diantara seluruh makhluk langit dan bumi
“Semua sudah ada bagiannya” Berkata Kami
dengan lantang
Ditariklah ubun-ubun
manusia dan angin menghempaskan kembali tanpa rahsa iba, “Siapakah diantara mereka kuasa ataukah Kami yang kuasa ?!?”
…
Semua diam, dalam fikiran, jagad raya bertasbih tanpa jeda.
Tak peduli hiruk pikuk di mayapada.
Nampak manusia legam berjelaga, bertanya keadilan.
“Jika begini keadaannya, mengapakah Allah
tidak menciptakan manusia yang hanya di suka?”
Pekikan lautan terdengar dari arah sana, amarah tak biasa,
apakah pantas manusia mempertanyakan itu?
Berbalik ke belakang salah satu manusia menantang langit dan lautan (Kami), “Tanyakan kepada Tuhanmu, mengapakah DIA mesti menciptakan manusia ? Duka, nestapa, lara, dan siksa?”
Lengang, rongga udara kosong, suasana menanti ..
…
Hafizs diam terpekur, keningnya berkerut, dagunya di tarik
agak ke dalam, tangan halusnya mengelus disana. Lamat di dengarnya ada suara
hati yang tersayat, “Esensi manusia
adalah manifestasi Tuhan, adakah Tuhan tengah menyiksa dirinya sendiri ?”
…
Hmm…
Di biarkan manusia dalam angannya, dalam prasangkanya
begitu. Hafizs duduk bersimpuh, dia tak diam, lintasan kembara memanjang, di
kuaknya mula penciptaan, di tengah perdebatan malaikat dan Iblis menyoal manusia. “Manusia akan selalu menumpahkan darah !”
Kenapakah tak ada yang mau memperhatikan
dirinya sendiri ? Tidak adakah hak alam mereduksi ?
…
“Alam dalam penyempurnaan jiwa manusia, maka tidakkah kamu tadinya mati
lalu dihidupkan, kemudian di matikan dan dihidupkan lagi. Sungguh manusia
memang melampaui batas”
Hafizs beranjak, majelisnya diam dalam bahasa, alam tetap
dalam urusannya. Gunung, angin, lautan, menuju titik harmonisasi. Air tumpah ruah dimana-mana, magma lava menjadi
cairan membakar, bumi menganga, angin tak kunjung diam..
“Semua hanya
menyoal sang khalifah dia adalah manusia-dalam penyempurnaan jiwa”
Enggan Kami berkata perihal urusannya ini.
...
Tidak mengertikah manusia,
bagaimana cara Tuhan tengah menyempurnakan jiwa-jiwa mereka?
Diujilah diri mereka dengan ketakutan, kehilangan nyawa dan harta ?
"maka tidak tahukah bahwa kamu tadinya mati lalu dihidupkan,
kemudian di matikan dan dihidupkan lagi.."
...
Berbalik hafizs mengibas jubahnya, berlalu dari mimbar,
membiarkan mejelis bubar,
Angan-angan tetap meliar
Seluruh makhluk berterbangan, menuju batas-batas langit terluar
...
"Wahai manusia, sungguh kalian tidak akan mampu menembus langit dan bumi tanpa kekuatan !"
...
"Kemanakah lagi akan sembunyi?"
Hafizs membatin miris
...
Tidak mengertikah manusia,
bagaimana cara Tuhan tengah menyempurnakan jiwa-jiwa mereka?
Diujilah diri mereka dengan ketakutan, kehilangan nyawa dan harta ?
"maka tidak tahukah bahwa kamu tadinya mati lalu dihidupkan,
kemudian di matikan dan dihidupkan lagi.."
...
Berbalik hafizs mengibas jubahnya, berlalu dari mimbar,
membiarkan mejelis bubar,
Angan-angan tetap meliar
Seluruh makhluk berterbangan, menuju batas-batas langit terluar
...
"Wahai manusia, sungguh kalian tidak akan mampu menembus langit dan bumi tanpa kekuatan !"
...
"Kemanakah lagi akan sembunyi?"
Hafizs membatin miris
...
sesungguhnya siapa ka sang hafizs itu??apakah dia seorang pelaku sama seperti mas thole dan kawan kawan????
BalasHapusuntuk mencapai penyempurnaan jiwa,apa yang harus dilakukan? prawitasari saja tidak cukup,apakah ada yang lain?
BalasHapus