Kisah Spiritual, Berjalannya Uga Wangsit Silihwangi
Cinta ada dalam satu dimensi..
Cinta adalah energy sebagaimana YIN-YANG
Maka jika kita sudah berada dalam dimensi Cinta,
maka energy itu pasti akan mencari pasangannya..
…
Jauh
sudah kelokan yang tertinggal. Nafas menjadi terengah menetapi. Bagaimana
menyampaikan ini semua kepada sidang pembaca. Jika bumi dan langit sudah murka
keadaannya. Bukankah hanya miris dan duka nestapa. Gejolak makhluk dari alam
tak kasat mata. Mereka terus saja berusaha mendekati kesadaran manusia. Membuat
semakin banyak manusia kehilangan harkat dan martabat diri, lupa dari mana
sesungguhnya mereka berasal.
Bahkan
manusia tidak pernah tahu betapa diri mereka teramat sempurna. Rasa menghiba,
derita, duka lara dan nista, membawa mereka seperti berjalan di balik awan
kelabu. Mengapa manusia merasa tersiksa terlahir di dunia. Mereka melangkah
dengan perasaan. Hanya menanggung beban derita. Bencana demi bencana, air
tercurah. Lihatlah, dimana mereka melangkah maut selalu mengintai. Tanah longsor,
angin putting beliung, kebakaran, kecelakaan, penyakit menular, dan juga
lainnya. Banyak orang yang tiba-tiba saja mati tanpa sebab. Duh, Jagad Nata.
Pada lorong sesaknya jiwa manusia. Ketakutan,
rasa was-was, rasa tidak dihargai, mudah tersulut emosi, semua menjadi bagian
keseharian hidup di nusantara ini. Begitulah sekarang ini kita memasuki jaman ‘goro-goro’.
Biarkan alam ini menangis, tiada guna lagi kita menyesali. Biarkan alam ini
menyelesaikan urusannya. Sebab begini selalu kejadiannya. Bilamana ayat-ayat
Allah tidak pernah dihiraukan lagi. Terimalah keadaan ini semua sebagai pembelajaran. Demi
penyempurnaan jiwa manusia untuk generasi mendatang.
Bumi
ingin memutahkan isinya, bumi ingin merestorasi dirinya. Mengganti atom-atom
tanah yang digunakan manusia dengan atom tanah yang baru. Atom tanah yang masih
murni dari dasar bumi. Karenanya bumi akan mengeluarkan magmanya. Panas cair
membakar. Namun sesungguhnya nanti kebaikkan adanya. Tanah akan subur kembali. Atom-atom
tanah yang sudah mati akan di ganti. Atom-atom tanah yang digunakan manusia
meski diperbarharui sebab sudah terkontaminasi radiasi kesombongan, kebencian,
kesirikan, dan lain sebagainya. Atom-atom itu telah mati !.
Mas
Thole telah mendengar khabar langit itu jauh sebelumnya. Berita itu juga sudah
disampaikan kepada semua kesatria, agar semua waspada. Tiada pertolongan selain
Allah. Langit akan dipenuhi debu-debu vulkanik, gelap sekali keadaannya. Dari arah lautan dentuman besar
akan memaksa air lautan berbuih. Getarannya akan mampu memaksa hewan-hewan mati
ketakutan. Di saat itulah ujian akan
datang pada jiwa-jiwa kita semua. Akan kemanakah lagi kita mencari pertolongan?
…
Maka Cinta pasti akan 'menuntut' berpasangan,
Cinta akan selalu menuntut untuk dimiliki..
jika tidak maka siksa adanya..
kita hanya bisa diatas rahsa Cinta itu sendiri..
jika ingin terbebas dari rahsa..
artinya kita tidak di dalam 'liputan' Cinta..
…
Sudah
seminggu ini Mas Tholoe mencoba meredam seluruh rahsa, mencoba menetralisir
energy yang terus membombardir dirinya. Ya, dia adalah sasaran strategis bagi
para makhluk alam ghaib, yang memiliki niatan untuk menguasai jiwa-jiwa
manusia. Tidak saja Mas Thole semua kesatria saat sekarang menjadi incaran
mereka. Jaman ‘goro-goro’ adalah jaman dimana mereka (baca; candala) semua melakukan serangan
secara serentak. Mumpung manusia dalam keadaan lemah disebabkan hantaman
realitas alam dan bencana.
Maka
perhatikanlah tidak saja Sang Prabu yang sempoyongan, Patih Nambi, Dyah
Pitaloka, dan banyak lagi lainnya. Salah satunya bahkan berkali-kali harus
mutah darah sebab pertarungan ghaib ini. Tak luput Mas Thole juga terpapar hingga selama seminggu
tak mampu menggerakan badannya. Ratu Shima keadaannya lebih baik, sebab jauh dari imbas energy karena berada jauh dari
nusantara. Dan entah mengapa hari lalu
(30/1) datang membantu Mas Thole, dengan men transfer energynya. Kemudian dalam kesadaran
Mas Thole merasakan ada 5-7 bidadari serasa menari dalam kesadarannya, dan membuka
simpul-simpul energy yang menutupi system ketubuhannya. Al hasil Mas Thole saat
sekarang sudah mampu menggunakan energynya kembali.
…
Kita hanya bisa mengembalikan 'kesadaran; kepada-Nya..
agar rahsa ingin memiliki tidak menyiksa..
tiadalah cinta tanpa ingin memiliki..
begitulah alam dimensi rahsa..
…
Bagaimana
menceritakan keadaan ini secara runut, semua seperti puzle-puzle yang
berserakan. Duh Dewa Jagad Bathara Agung, Sang Hyang Widhi Wase, Tuhan Yang
Maha Tinggi. Rasa perih, dan pedih, mencengkram, menetep di dada kiri atas.
Perih merasuki, melihat bagaimana nasib bangsa ini. Pedih mengapakah anak-anak
manusia harus menjalani lakon ini. Mengapakah dirinya yang harus menjadi saksi. Ya Allah. Bagaimana lagi jika air mata ini sudah tak cukup ?
“Lalu sayup-sayup dari ujung laut utara
terdengar gemuruh, burung menetaskan telur (gunung meletus-pen). Riuh seluruh bumi! Sementara di
sini? Ramai oleh perang, saling menindas antar sesama. Penyakit bermunculan di
sana-sini. Lalu keturunan kita mengamuk. Mengamuk tanpa aturan. Banyak yang
mati tanpa dosa, jelas-jelas musuh dijadikan teman, yang jelas-jelas teman
dijadikan musuh. Mendadak banyak pemimpin dengan caranya sendiri. Yang bingung
semakin bingung. Banyak anak kecil sudah menjadi bapa. Yang mengamuk tambah
berkuasa, mengamuk tanpa pandang bulu. Yang Putih dihancurkan, yang Hitam
diusir. Kepulauan ini semakin kacau, sebab banyak yang mengamuk, tidak beda
dengan tawon, hanya karena dirusak sarangnya. seluruh nusa dihancurkan dan
dikejar. Tetapi…ada yang menghentikan, yang menghentikan adalah orang sebrang.”
(Terjemah bebas Serat Prabu Siliwangi-pen)
…
Telah
datang masa dimana uga wangsit Prabu Silihwangi bicara, maka bersamaan dengan
itu. Raga terkini Sang Prabu pun akan mengalami tempaan tak main-main. Dari arah
manapun dia menghadap akan ada hujatan. Baik dari keluarga, istri, sanak family,
dari mulai urusan kantor, sampai pun urusan teman, apapun itu akan menjadi urusan
yang sulit keadaannya, serasa tidak ada esok lagi. Semua akan menjepit,
memanggangnya, sampai merasakan tiada satu pun yang sanggup menolong
dirinya kecuali Allah. Setelahnya ~ Maka dirinya akan mampu menyandarkan seluruh hidup
matinya hanya kepada Allah. Begitulah rangkaian penyempurnaan jiwa.
Keadaan
kesatria lainnya pun demikian, realitas mereka menjadi porak poranda. Akan ada
yang di PHK, akan ada yang di hina, akan ada yang merasa terluka, semua akan
diuji dengan permainan kehidupan di dunia. Hanya mereka yang memiliki keyakinan
dan iman yang benar yang akan mampu keluar sebagai pemenang di jaman ini. Sungguh jaman ini tidak main-main
keadaannya. Sepertinya tidak ada apa-apa, namun sesungguhnya ada apa-apanya. Jika kita menggunakan kemampuan
indra lainnya, kita akan dapati keadaan sesungguhnya. Kita akan melihat
setan dari golongan jin dan manusia berjalan-jalan seperti manusia biasa layaknya.. Mereka sekarang berbisnis, bertjualan, bercengkrama sebagaimana keadaan manusia biasa. Sungguh sulit sekali kita membedakannya. Hanya dengan pertolongan Allah saja kita akan dapat lepas dari tipus muslihat mereka ini. Para kesatria akan mengenali musuh-musuh mereka ini dari pancaran getaran energy hati. Maka sudah sepatutnyalah tetap dipingit. Sebab mereka semua sedang mencari dan memburu para kesatria dimanapun berada. Bahkan di dimensi manapun akan dikejarnya.
...
...
Maka penting sekali untuk kita selalu bersama alam ini..
alam yang selalu memberi..
namun alam pun akan menntut agar manusia juga membalasnya..
alampun ingin memiliki..
…
Sudah
semenjak seminggu yang lalu Mas Thole mengirimkan khabar kepada Ratu Shima,
bahwa harus ada yang dilakukan menyoal keadaan ini. Paling tidak kita berupaya
untuk meminimalkan jumlah korban ataupun meminimalkan luas cakupan bencana yang
mungkin nanti bakal terjadi. Sebagaimana upaya yang sudah dilakukan oleh Mas
Thole dan kawan-kawan semenjak setahun yang lalu dnegan menancapkan ‘Paku Bumi’
di 11 titik wilayah tanah air ini. Untuk meminilaisir dampak bencana di tahun ‘goro-goro’
ini. Dan Ratu Shima menyambut niat ini dengan baik.
Mas
Thole berniat untuk bertemu Ratu Kidul dan Sabdo Palon di candi Cheto, mengulang
kembali pertemuan dahulu saat prosesi Anarawati. Ada sesuatu yang tidak tuntas dahulu
dan semua harus dituntaskan lagi sekarang. Sebuah ikhtiar dalam keyakinan diri,
Sabdo Palon adalah penguasa gunung-gunung sementara Ratu Kidul adalah penguasa
lautan, maka wajar saja jikalau Mas Thole akan mendiskusikan hal ini kepada mereka
semua. Tentang musibah apa yang bakalan terjadi nanti, dan juga bagaimana caranya menanggulangi dampaknya. Setidaknya mengurangi daerah dan wilayah cakupan bencana. Pertemuan ini akan dilakukan di sebuah bukit yang sudah dimanterai Prabu Brawijaya V.
Dia tahu dimanakah tempat itu, dan dirinya sudah meniatkan untuk berangkat
kesana, disamping ada maksud lainnya juga, ada pesan dari Anarawati untuk kembali
meluruskan sejarah. Kesalahan masa lalu bukan mutlak kesalahan dirinya, ada
Sangkuriang saat dahulu yang menjadi penyaksi kala dirinya meminta Prabu
Brawijaya V masuk Islam. Sangkuriang lah yang meyakinkan dirinya saat itu. Dalam
pesan-pesannya Anarawati juga ingin ikut Mas Thole dalam perjalanan
spiritualnya kali ini. Salah sau rekan dari Surabaya juga sudah memastikan diri
untuk bertemu disana. Hanya saja Mas Thole masih belum memastikan diri.
Petunjuknya kemarin adalah di malam Jumat tanggal 31/1 ini. Namun nampaknya
Ratu Kidul dan sabdo Palon masih ada keperluan lain. Sehingga Mas Thole diminta
menunggu khabar dari mereka.
…
Kemampuan kita mengembalikan kesadaran inilah
yang akan menentukan, agar kita tidak selalu diamuk
rahsa
ketika kita tidur, cinta tidak menjadi siksa..
maka residu rahsa inilah sesungguhnya yang masih
mengendap di para bidadari lainnya
dan juga para kesatria pada umumnya..
dalam siksa residu rahsa,
…
Tidak
ada yang dikhawatirkan Mas Thole, hanya saja kesedihan alam, murka Ibu Pertiwi
yang menggiriskan hati. Sering dirinya mendengar Ibu Pertiwi menangis kala
dirinya harus menyengsarakan manusia. Namun ini semua adalah kehendak-Nya. Mereka
semua hanya menjalankan titah sang Maha Kuasa. Jikalau sudah saatnya mereka
juga hanyalah seorang hamba yang harus melayani sang raja. Bagaiaman lagi.
Mansuialah khalifah mereka. Manusialah yang seharusnya memimpin mereka semua
menghadap sang Raja, untuk memohon ampunan-Nya. Sesungguhnya manusia tahu
siapakah Tuhan mereka, siapakah Raja mereka. Sayang hanya sedikit yang sadar,
jikalau manusia hanyalah hamba-Nya jua.
Untuk itulah Mas Thole telah memastikan diri untuk berangkat ke candi Cheto di Kab. Karang Anyar.
Semoga dengan kehadirannya disana menjadi saksi atas perhelatan akbar yang
sedang dilakukan sang alam, dapat sedikit mengurangi daerah yang terdampak.
Entahlah benar dan tidaknya. Mas Thole tidakpernah memungsingkan itu. Apa yang
dilakukannya hanyalah berdasarkan keyakinan dan ilham yang datang menyusupi
hatinya. Dirinya tidak mempersoalkan benar dan tidaknya atas laku yang harus
dilakukan. Dia hanya datang untuk menjadi saksi saja. Untuk menyakini
bahwasanya ada kekuatan di luar alam semesta ini yang memiliki daya untuk
melakukan semua di bumi.
Mas
Thole sudah dalam keyakinan diri, kehadirannya di bumi ini adalah untuk mempersiapkan
kesadaran kolektif berikutnya bagi lahirnya nusantara baru. Dia harus mampu memberikan
keyakinan itu kepada para kesatria. Bahwa apa yang dilakukan ini tidaklah
sia-sia. Dan Mas Thole hanyalah saksi saja. Menjadi penyaksi para kesatria piningit
yang akan lahir satu demi satu di bumi nusantara ini. Kejadian demi kejadian
sudah mengkisahkan sendiri. Semua akan menjadi kisah tersendiri, manakala ini
semua terbukti. Semoga ya..Allah.
...
Adakah cinta yang tidak ingin memiliki ?
Adakah tidak ingin memiliki meski dalam kenangan
dan jiwa?
meski tidak dalam realitas raga sekarang?
rahsa ingin 'memiliki' tetap ada, meski hanya sebuah 'sapa'
itulah yang membuat amuk rahsa..
itulah yang membuat amuk rahsa..
…
Maka alam akan selalu meminta jawaban atas cintanya
Jika tidak, maka lihatlah bagaimana ‘murkanya’
…
...
Wolohualam
Komentar
Posting Komentar