Manakala Cinta-Nya Kupinjam
Duhai Hafizs, Tahukah engkau,
Jika aku dalam sepiku, “Aku seperti kerikil
(yang) dilempar kedasar palung
laut terdalam”
Dan jika aku dalam
rinduku, “Aku
seperti sehelai (jarum) daun cemara yang
terbawa angin muson khatulistiwa”
Serta jika aku dalam cintaku,
“Aku seperti sebuah pena. Beribu lembar kertas kutulisi,
dan lautanpun kujadikan tintanya “
Wahai Hafizs, aku
layang-layang tanpa tali
Kenalkah DIA,
cintaku, rinduku, sepiku ?
…
Kelopak mayangnya telah
terurai, bulir putik telanjang siap terbang,
andai saja kumbang tak mengepak-ngepak, entah dia hilang
terbawa kemana. Sebab angin bertiup amat kencangnya.
Lihatlah, ulat sutra
telah menempel pada daun murbei, menggulung benangnya, menjadi sebesar jari.
Dia (tengah) dalam menahan cinta-Nya.
…
Pernahkah engkau
mendekap seperti itu. Menjadikan sebuah penantian. Mengalunnya bersama dzikir.
Dan sendu-sendu malam. Mengkhabarkan ringkihnya tubuh yang tak berbalut tulang.
…
Katakanlah padaku wahai
Hafizs, inikah cintaku pada-NYA ?.
…
Bila kusucikan nama-Nya,
Dia sudah Maha Suci keadaan-NYA
Bila kutinggikan
nama-Nya, Dia sudah Maha Tinggi kehendak-NYA
Bila kubesarkan
nama-Nya, Dia sudah Maha Besar kekuasaan-NYA
Bila kukatakan cintaku
pada-Nya, Dialah semesta lautan cinta
Katakanlah Hafizs,
bagaimana aku harus mengatakan ini semua pada-NYA ?!.
…
Sang Hafizs, dalam
kedukaan mendalam. Rona merah matahari telah disalah arti. Dikibaskannya
jubahnya, melangkah kaki. Awan datang memanyungi. Pekat hitam matahari tak menampakkan diri.
“Perhatikanlah Tuan yang memuja hati. Gelap pekat keadaannya, mampukah Tuan melihat
pagi ?. Dengan apakah Tuan menerangi .
Jika cahaya-NYA tak Dia beri ?. Masihkah tuan mendeking meratapi hati ?.”
…
Masih beranikah Tuan
katakan cinta itu lagi ?. Seberapa besar
cinta akan Tuan beri. Bagian sebelah mana yang Tuan miliki ?.
Sementara hakekat Tuan
ada, (adalah) mutlak atas keberadaan
Cinta-NYA. Tuan meminjam cinta dari-Nya, untuk mencintai-NYA. Itulah keadaan
sebenarnya. Jika Tuan mau saya beri nasehat ini.”
…
“Semua milik-Nya. Semua rahsa, semua asma, semua
kuasa, semua cinta, dan seluruh alam semesta, beserta isinya. Sudah jelas
keadaanya bukan ?. Bagian manakah
yang Tuan miliki ? Mampukah Tuan
menjelaskan pada-NYA ?..
Mengertilah Tuan,
semisal Tuan meminjam barang dan kemudian barang itu akan Tuan kembalikan.
Patutkah Tuan mengatakan Tuan akan memberikan barang itu, kepada pemilik-nya
sendiri ?.
Demikian juga cinta,
patutkah Tuan berbangga akan memberikan cinta pada-Nya, padahal hakekatnya cinta tu adalah milik-Nya.”
…
Seperti semua diam. Air
menetes dari pori-pori dan rongga. Batu
tempat Hafizs duduk, sembab basah, dirinya menangis, hanyut dalam kesedihan
sang Tuan. Sambil mensyukuri (karena) dia hanyalah sebuah batu.
Bagaimana mengembalikan
itu semua pada-NYA. (Yaitu) Beban
mengakui cinta-cinta-Nya ?.
Melangut dalam
pertanyaan itu.
…
Duhai Hafizs,
kasihanilah, jelaskanlah. Aku tak mampu
menahan rahsa cintaku ini pada-Nya. Telah kuhabiskan seumur hidupku. Untuk
menyebutkan nama-Nya. Setiap saat lirih
ku dawamkan kerinduan ini. Tiada jua Dia
membalasnya.
…
Tahukah engkau, Wahai
Hafizs,
Jika aku dalam sepiku, “Aku seperti kerikil (yang)
dilempar kedasar palung laut terdalam
Dan jika aku dalam
rinduku, “Aku seperti sehelai (jarum) daun cemara yang terbawa angin muson khatulistiwa”
Serta jika aku dalam
cintaku, “Aku seperti sebuah pena. Beribu lembar kertas
kutulisi, dan lautan kujadikan tintanya”
Wahai Hafizs, aku
layang-layang tanpa tali
Kenalkah DIA,
cintaku, rinduku, sepiku ?.
…
Dan sendu-sendu malam.
Mengkhabarkan ringkihnya tubuh yang tak berbalut tulang.
…
“Tidak paham juga engkau Tuan !.
Tidak ada satupun
makhluk-Nya yang akan sanggup; jika
saatnya dipergulirkan rahsa cinta-NYA.
Meski itu hanya sebesar
biji sawi.
Satu bagian cinta-NYA,
telah mencukupi kasih sayang seluruh makhluk di alam semesta ini.
Dan 99 bagiannya di
tahan-Nya kelak di akherat nanti.
Seberapa banyak yang
akan engkau minta untuk duniamu, wahai
Tuan yang memuja hati ?”
…
Duh, bilakah aku bisa
mengerti ?.
Biarkanlah meski (harus) kupinjam cinta-NYA (demi) untuk mencintai-NYA
Bila memang harus begitu
!.
Maka katakan, dengan
sebab apa aku tidak mencintai makhluk-makhluk-NYA ?
Jika semua cinta aku
pinjam dari-NYA !.
…
“Demi angin
yang bertiup
Sungguh keadaannya
memang begitu, sebelum Nabi dan orang-orang yang DIA cintai, (dapat) engkau
cintai melebihi dirimu dan keluargamu sendiri.
Engkau tak akan mampu
mencintai-NYA !.
Maka lihatlah sudah
benakah keadaanmu , Tuan !.”
wolohualam
Menitik air mata membacanya, memahaminya.... me~rahsa~kan nya.....
BalasHapusAduhai~~~~~ Betapa kita selalu LUPA akan Cinta Kasih Sayang~Nya.
Semoga dan semoga... Dia selalu memelihara hati kita akan ~Nya, Amin.
Tuhan menciptakan bintang2 dilangit mempunyai tugas.begitu juga manusia di ciptakan untuk menjalankan tugas masing2 .tetapi hanya sedikit manusia yg mengerti akan tugasnya. dan menjalani tugasnya dengan iklas.
BalasHapusHafizs, musafir muda tampan dan bersahaja. Tersenyum dan bersyukur hati ini krn melihatnya dlm kesadaran. Inspirasi dan pemahaman yg memberikan warna tersendiri dlm blog ini. Salam utk Hafizs, semoga sering2 datang dan memberi kabar :)
BalasHapusSerupa bunga tanpa mahkota
BalasHapusSeperti air mineral tanpa O2
Ku telah jauh kembali susunan alam
Menggali artifakmu lebih mendalam
Karena satu untuk alasan walau itu buruk
Ku cinta semua walaupun kau tak berbentuk
Aku seperti plato dalam pemahaman
Dunia indrawi bukan bentuk keindahan
(Bondan feat2black)