Kisah Spiritual, Dewi Kesetiaan




Lama terpendam, tentang sebuah pertanyaan. Apakah laku yang  dijalani menjadi kebosanan. Di tanyakan hujan, tidak pernah ada jawaban, dan dia hanya diam membisu. Apakah sulitnya buat berucap menjelaskan semua yang terjadi. Dosa apa yang telah dilakukan di masa lalu. Salah  apa yang telah dilakukan saat itu, sehingga kini dia terus  begitu. Apa sulitnya buat berucap, jadikan diri  semakin berharap. Lupa apa yang telah dilakukan, diri merasa  tak melakukan. “Aku terdiam, aku menghilang dalam lamunan.”  Habiskan malam namun tak ada alasan, mengapa hidup sekeras itu. "Jauh di lubuk hati masih terukir sebuah nama."

Malam semakin larut dalam kesendirian. Ada apakah dengan Pambayun, malam ini (1/1) aroma yang ditebarkannya mengundang semua lelaki. Mas Thole diam seraya menghela nafas panjang, membiarkan angannya bermain. Jauh di dasar hati, tak mampu menahan laju angin, atas kenangan yang berlalu. Merobek hati. Meski raga ini tak lagi seperti dahulu, namun didalam hati masih ada kenangan itu. Entah sampai kapan, ditahankan rahsa cinta ini. Jauh dilubuk hati, masih terukir masa lalu. Jauh di dasar jiwa, residu itu tak mungkin sirna. Dan  berharap semua ini, bukanlah kekeliruan seperti yang dia kira. “Seumur hidupku akan menjadi doa untukmu. Andai saja waktu bisa terulang kembali, akan kuserahkan hidup disisimu. Namun ku tahu itu tak mungkin terjadi, rahsa ini menyiksa. Sungguh-sungguh menyiksa. Meski tak seindah cinta yang semestinya, dan tak sesempurna cinta, namun cintanya sungguh ini adalah cinta”.

Raden Panji mengambil alih keadaran Mas Thole, malam dalam kesendirian, memaksanya menuliskan ini. “Kapankah ku menemukanmu, saat raga ingin berlabuh. Ku berharap engkaulah jawaban segala risau hati. Dan biarkan diriku, mencintai apa yang semestinya kucinta. Jika nanti dalam kelahiran berikut, kusanding dirimu, janganlah pernah letih mencinta.” Malam dalam genggaman, risaunya tak mampu menahan waktu. “Milikilah aku dengan segala kelemahanku.” Bisiknya pada harumnya kembang setaman. “Bidadari tengah melabuhkan cinta..” Bisik Mas Thole tak kuasa menahan lagi. Maka biarlah sebagian nafas ini menjadi Raden Panji. Mencoba mengkaisi biduk yang telah lama ditambatkan.

+++

Pertemuannya kemarin ini dengan Sri Kirana, permaisuri Kameswara dari Kerajaan Kediri, membuka kisah lama. Dan anehnya malam sekarang ini muncul berkelebatan sebegitu saja. Bincang via WA dengan Pambayun sedari siang. Menyoal kisah putri dan pangeran. Menjadi pemicunya. Berawal dari  permintaan Pambayun melalui pamannya  diterima alam, dan akan segera dijalankan. Mulai dari saat itu, sensasi aneh sudah terasa di raga Mas Thole. Menjelang malam, terasa ada sesuatu yang berubah dalam dimensi kesadaran. Alam bidadari berguncang. Aroma kembang kasmaran dan senandung buaian melenakan, mengundang para kumbang untuk berterbangan. Aroma bukit berbunga, wewangian sejagad, tak pelak lagi membawa Raden Panji ke masa lalunya, dimana dirinya kenal dengan suasana itu. Suasana dimana para bidadari sedang menenebarkan pesona. Blegh..blegh..."Argh...begini lagi, di hempaskan rahsa tak menentu." Keluh Mas Thole.

Semula kisah pertemuan dengan Sri Kirana tersebut tak ingin disandingkan. Banyak kisah lainnya yang belum sempat dihantarkan yang lebih dahsyat lagi. Entah sudah berapa kali dirinya berupaya untuk menuliskan perjalanan spiritual menuju 7 bukit keramat bersama Sang Prabu, Pambayun, Dtyah Pitaloka dan rekan lainnya. Namun entah mengapa sulit sekali merangkai kata. Justru kisah ini yang harus dihantarkan. Di malam yang hampir larut ini. Enggan sebenarnya menuliskan yang ini lagi. Kisah cinta sudah terlalu banyak bertebaran disini. Semua orang masa lalu mengalami keadaan ini. Buat apa dituliskan lagi !.  Lantas kenapa tangan ini tetap tak mampu menahan, dan ingin tetap mengkhabarkan kejadiannya. Apakah akan bermakna ?.  Huh...!.

Harap kuasa dan cinta, telah membelenggu seumur hidupnya. Mengapakah dirinya dipertemukan kembali dengan calon Ibu Mertuanya ini ?. Halus tutur katanya sebagaimana dahulu. Kesetiaan dan cinta keapada suami, kepada keluarga begitu kuat terpancar pada auranya. Sri Kirana adalah lambang sosok istri yang sangat ideal bagi para suami. Sebagaimana yang tertangkap di raga terkini, terlihat memang sangat kuat rahsa sayang, cinta, dan kesetiaan. membuat iri saja lelaki yang seberuntung itu.  Kesetiaan dan cinta, begitu kasih, begitu sayang, begitu perhatian. Sri Kirana adalah titisan Dewi Ratih, seorang Dewi kasih sayang dan kesetiaan. Lantah bagaimanakah Raden Panji mampu menaruh dendam kepada sosok yang halus dan agung ini. Seluruh hidupnya di berikan 'totalitas' kepada suaminya.  Sebuah pengabdian kesetiaan dan cinta seorang istri. Hiks…

Kesetiaan Sri Kirana sangat kontras dengan anaknya. Galuh Candra Kirana yang justru begitu tega atas nama cinta, menghancurkan Jenggala. Begitulah pemahaman Raden Panji. Mengapakah Galuh Candra Kirana begitu tega mengkhianatinya ?. Rupanya dibalik kisah itu ada kisah lainnya lagi. Kisah inilah yang harus dihantarkan. Galuh Candra Kirana tidak kuasa menolak keinginan ibunya Sri Kirana. Atas permintaan ibunya itulah dia mengkhianati Raden Panji. Inilah sejarah yang harus diluruskan agar alam kembali tenang, tidak menyimpan kedustaaan masa lalu. Mengapakah sebagai titisan seorang Dewi Ratih, Sri Kirana tega berbuat begitu ?. Memerintahkan anaknya untuk menghancurkan Jenggala. 

Ternyata dibalik perbuatannya itu Sri Kirana memiliki alasannya sendiri. Dia tidak tega melihat keadan suaminya yang bersedih. Keadaan yang sama di kehidupan sekarang ini. Sebab kecintaan kepada seorang suami dia melakukan itu. Dirinya tidak tega menyaksikan suaminya selalu murung dan bersedih hati. Ketakutan Kameswara atas perkembangan Jenggala, ketakutan kekuasaannya mungkin dapat direbut Jenggala, yang menyebabkan kesedihannya. Semua seperti berantai memebntuk sebab akibat. lantas siapakah yang salah jika keadaannya begitu ?. Sayangnya, alam selalu menindai niat yang salah, niaty yang tidak bersesuaian dengan hukum alam. Manusia harus saling mengkasihi kepada sesamanya. Penyerangan kepada saudaranya, harus dilandasi keimanan kepada Nya, bukan atas nafsunya. Ketakutan akan hilangnya kekuasaan, nafsu ingin berkuasa, menjadi sebab manusia akan saling menghancurkan. Karena inilah Sri KIrana reinkarnasi lagi. Dia harus meluruskan lagi, dia harus melakukan penerimaan, menyempurnakan pemahamannya.   

Rangkaian ini, menjadi semakin jelas, Raden Panji seharusnya sudah tenang dengan pemahaman ini. Tidak ada yang salah atas nasib yang menimpa dirinya. Semua adalah atas skenario Nya, untuk mematangkan jiwa kita, mendewasakan kesadaran kita. Semua itu dilakukan demi untuk perkembangan akal budhi manusia itu sendiri. Sesungguhnya tidak ada malam yang benar-benar gelap. Atau siang yang benar-benar terang. Maka syukurilah setiap keadaan yang menghampiri kita. Senang dan sedih akan datang bergiliran, inilah realitas alam semesta, maka mengapakah kita meski p-ersoalakan itu ?. 

+++

Seluruh hati telah didatangi, seluruh cinta telah dia pilih. Kenapa dirinya tidak pernah berhenti mencari ?.  Kenapa bermuara disini, di abad ini. “Tidak ada kata letih mencinta, tidak ada kata lelah”  Dan keyakinan itu masih terus membekap sanubari. Maka manakala Mas Thole berusaha membuka hijab wanita itu, dia sungguh tak bisa. Ada benteng ghaib yang membuat dia tidak mampu melihat kesana. Ada perasaan aneh luar biasa, ada apakah dengan wanita ini. Saat pertama kali bertemu dia merasa ada aura Dewi. Begitu nampak kesetiaan disana. Yah, wanita itu adalah istri dari seorang tokoh yang dikisah sebelumnya ini merupakan reinkarnasi dari Mpu Bharada. Sungguh sangat serasi pasangan ini. Karakter Mpu Baradha yang pemarah, suka main kutuk seenaknya, dan di raga terkininya bertemu dengan reinkarnasi dari Dewi Ratih.  Dalam realitasnya karakter raga terkini sama persis dengan masa lalunya. Mudah sekali marah dan emosional manakala merasa terganggu kerjanya.

Keesokan harinya (20/12) setelah gagal melihat siapa masa lalu wanita itu, Mas Thole sakit entah kenapa, mungkin saja terpapar energi wanita itu, dia sakit selama 3 hari. Dan selama itu dia tidak keluar rumah. Energi Sri Kirana berbenturan dengan Mas Thole. Dalam renungan selama 3 hari itulah didapatkan rangkaian siapakah sesungguhnya wanita tersebut. Wanita yang dalam kelahiran terdahulu nyaris akan menjadi mertuanya. Bagaimana tidak berbenturan energy karenanya. Nyaris Mas Thole lumpuh karenanya. Pasangan Sri Kirana dan Mpu Baradha menguak misteri kedatangan pendeta Panca Tirta. Pendeta-pendeta yang luar biasa di masa itu. Mereka tokoh yang sangat disegani kali itu. Jika satu sudah muncul berarti ke empat lainnya seharusnya pun sudah akan muncul pula.Selam 3 hari itulah perenungan,pemahaman berguliran di kesadaran Mas Thole. Siapakah tokoh ke 4 lainnya. Kemunculan pendeta Panca Tirta akan menandai turunya agama ‘Budhi’. Di tangan merekalah disain penyebaran itu. He eh…

Dalam tafakur yang dalam, perlahan Mas Thole menyatukan puzzle-puzle dan kemudian mendapatkan tanda-tanda, kebenaran keyakinan dirinya. “Ya, kelima pendeta yag dikenal sebagai Panca Tirtha, memang sudah lahir “ Bisiknya dengan yakin. Satu orang berada di luar negri dan 4 orang berada di Indonesia.  Mas Thole tinggal menyatukan kelima pendeta ini. Maka salah satu tugasnya bisa dikatakan selesai. Hmm..masalahnya satu pendeta lagi telah ditutup kesadarannya, pendeta yang tertinggi ilmunya, dalam keadaan ‘tidak normal’. Bagaimanakah Mas Thole membangkitkannya. Keadaan pendeta tersebut memang disamarkan dari musuh-musuhnya. Maka dirinya berada di tubuh seorang yang ‘sakit’, sehingga diabaikan. Namun keyakinan Mas Thole tidak akan lama. Jika kelima pendeta tersebut disatukan, maka disitulah bencana besar-besaran akan dimulai. “Serba salah memang..” Bisiknya sendiri.

Dan itulah kilasan dari sepenggal kisah yang akan dibuang.  Nyaris akan ditinggalkan, jika tidak karena Pambayun sedang menabur kembang, tidaklah Raden Panji membuka kisah lama ini. Ingin sejenak berhenti, disamping, bersama mimpi-mimpi saja.  Tapi kenapa selalu saja tidak bisa. Apakah karena begitu kuatnya kisah cinta mereka melekat dalam kesadaran kolektif ?. Entahlah itu.. Lama terpendam, tentang sebuah pertanyaan. Apakah laku yang  dijalani menjadi kebosanan. Di tanyakan hujan, tidak pernah ada jawaban, dan dia hanya diam membisu. Apakah sulitnya buat berucap menjelaskan semua yang terjadi. Dosa apa yang telah dilakukan di masa lalu. Salah  apa yang telah dilakukan saat itu, sehingga kini dia terus  begitu. Apa sulitnya buat berucap, jadikan dia semakin berharap. Lupa apa yang telah dilakukan, dia merasa  tak melakukan. “Aku terdiam, aku menghilang dalam lamunan..!”
Entahlah itu…Mas Thole sendiri ‘home alone’ menuangkan mimpi-mimpinya lagi.


Wolohualam

Komentar

  1. Beribu tahun memahami arti cinta, tetap sama tiada beda. tetap kosong dan hampa. sunyi dan sepi dalam nelangsa. menuai kesedihan dan kepedihan. hanya cinta kepada_Nya yg membawa ketenangan. semua tetap sama, akan terpuruk dalam nelangsa jiwa yang dalam, jika tidak kembali kepada_Nya. tiada beda, semua tertatih-tatih dalam meniti realitas kehidupan. moga kita mampu menarik diri dalam putaran cinta yg menenggelamkan.
    Aamiin.. Salam

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali