Misteri Simbol Huruf 'AHMAD'




Kecepatan dibawa oleh cahaya. Cahayalah yang berperanan merubah ruang dan waktu, sebab diri cahaya adalah kecepatan itu sendiri. Cahaya jika melambat akan menciptakan ruang. Ruang tersebut berisi cahaya dengan kecepatan yang sama, itulah dimensi. Cahaya akan mampu mengatur dirinya, dia akan menyusun kecepatan-kecepatan dirinya agar mewujud menjadi realitas alam semesta. Cahaya inilah kecerdasan. Kecerdasan awal yang menciptakan dimensi ruang dan  waktu. Kembali disampaikan bahwa waktu sudah mengandung besara jarak, dan kecepatan. Dalam fisika dikenal adanya besaran MLT.

Cahaya akan melambat, pada tataran kecepatan tertentu akan berubah menjadi getaran dan juga partikel. Partikel ini kemudian akan menjadi gas, uap, cair, dan juga benda padat. Semua sudah terukur kecepatan dan kerapatannya. Cahaya akan terus melambat dan merapatkan diri menjadi partikel. Cahaya sendiri yang akan mengukur ruang yang akan dibentuknya. Setiap lapisan ruang atau dimensi ada lubang yang tak tembus. Ada lapisan seperti balon yang menahan agar ruang tersebut tidak lenyap. Lapisan tersebut merupakan  lubang tak tembus dari dalam keluar, namun cahaya akan mampu melewatinya. Cahaya dari asal mula akan terus ditembakkan untuk menjaga ikatan energi ini. Inilah cahaya diatas cahaya, cahaya bergerak dari asalnya, meliputi cahaya yang sudah menjadi bentukan didalam dimensinya. Cahaya dilapisi cahaya lagi. Cahaya yang sudah berbentuk partikel atau dzat, akan dilapisi cahaya lagi, dan lagi, dan lagi, seterusnya, sehingga menjaid sebush ujud alam semesta kita ini.

Cahaya yang membentuk dirinya menjadi alam semesta sudah mendapatkan urusan-urusan dari Tuhannya. Cahaya yang memebentuk dirinya menjadi bumi, juga sudah diberikan urusannya. Cahaya yang memebentuk diri menajdi langit juga sudah diberikan urusannya. Mereka adalah pabrik raksasa yang siap memproduksi apa saja. Langit dan bumi adalah sebuah pabrik otomatis yang akan selalu memproduksi produk sesuai dengan oerintah Tuhannya. Manusia mampu meniru sistem ini dalam pembuatan mobil dan lain-lainnya. Mansuia mempunyai aplikasi sfoware komputer yang bisa menggerakan mesin-mesin. Demikianlah alam semesta juga semisal dengan itu.

Cahaya yang sudah terukur kecepatannya ini menjadi partikel cahaya, yang kemudian sebagai bahan penciptaan malaikat. Begitu juga dalam penciptaan jin, cahaya yang sudah berubah menjadi materi api, dibuat sebagai bahan pembuatan jin ini. Cahaya menciptakan sesuatu dari dirinya sendiri secara berantai sebagaimana sebuah siklus, rantai makanan, dan lain sebagainya. Cahaya meliputi cahaya bentukan dirinya. Setiap bentukan akan memiliki jatidirinya masing-masing. Bumi adalah bumi itu sendiri menjadi bagian intergral dari alam semesta. Jatidiri alam semesta jati dir bumi dua hal yang berbeda, namun berasal dari cahaya yang sama, jika tidak ada alam semesta maka tidak ada bumi, jika tidak ada bumi, maka tidak dapat disebut alam semesta. Semua dalam keberaturan alam yang disebut ESA.

Bumi mendapat urusan untuk memproduksi tanaman, hewan, seluruh habitan dan makhluk yang melata diatasnya. Bumi tidak bekerja sendirian ada system yang membantu semua proses berlangsung, dimana di al qur an mereka menyebut keadaan diri mereka sebagai KAMI. Raga mansuia juga dibuat dan dibentuk oleh bumi bersama langit. Maka raga manusia dibawah kontrol bumi dan langit, yaitu mereka yang menyebut diri mereka sebagai KAMI. Karenanya raga manusia terus akan mengalami perbaikan secara terus menerus, diabawah kontrol KAMI. Maka para scientific bertahan dengan teori Evolusi mereka. Sebab pada kenyataannya raga mansuia semakin hari selalu mengikuti perkembangan peradaban dan kesadaran manusia. Raga mansuia akan sellau mengikuti ‘kesadaran-kesadaran’ yang diturunkan ke bumi.

Lantas apakah manusia itu ?. Pemahaman yang kami usung ini mencoba untuk menyikapi dari jendela yang lain. Maka dimohon kearifan sidang pembaca, untuk menerima pemahaman ini apa adanya.  Perhatikanlah, dalam diri manusia ada 3 elemen utama yang menjadikan sesorang layak disebut manusia. Yaitu kesadaran, kecerdasan, dan Spirit (energy). Ketiga entitas ini menjadi sebuah kunci yang membedakan mansuia dengan yang lainnya. Seluruh makhluk memiliki kecerdasan, semua makhluk memiliki spirit (energy), namun hanya manusia yang satu-satunya diberikan kesadaran yang luar biasa.   Kesadaran manusia tanpa batas, mampu meliputi apa saja.

Perhatikanlah perihal ilustrasi cahaya diawal. Cahaya akan menciptakan dirinya berulang ulang, menjadi cahaya, partikel, getaran, materi dan seterusnya, sehingga terbentuklah alam ini. Manusia dibuat dari saripati tanah. Artinya manusia dibuat dari cahaya yang paling ujung (terluar), yaitu tanah. Saripati ini dibuat seperti tembikar, yaitu suatu rangkaian DNA. Rangkaian DNA ini semisal chips, yaitu sebuah cetakan awal, atau sebuah wadah atau sebuah cupu (istilah ini kami gunakan, sebab ada keterkaitan dengan penjelasan berikutnya).  Dari perpaduan materi-materi tanah terciptalahmakhluk ruhani yang disebut manusia yang didalamnya juga memuat ‘kecerdasan’.

Wadah yang sudah tercipta ini kemudian akan ditiupkanlah ‘kesadaran’ (Ruh-KU). Maka terciptalah manusia pada dimensi ke 4 (alam akherat). Saripati tanah yang kemudian juga ditiupkan ‘kesadaran’ ini masih berada pada dimensi ‘ruhani’ sebagaimana makhluk jin, dan malaikat lainnya. Keadaannya masih berupa cahaya.  Penciptaan makhluk yang satu inilah yang menggegerkan alam semsta. Diciptakan dari cahaya yang terujung di alam materi, dan ditiupkan juga ‘cahaya awal’ didalamnya. Perpaduan yang awal dan yang akhir ada dalam diri manusia. Menjadi manusia ini memiliki ‘kesadaran’ yang tanpa dibatasi ruang dan waktu. Inilah yang membedakan dengan makhluk lain yang akan dibatasi ruang dan waktu.

Perhatikanlah, setelah saripati tanah terbentuk menjadi makhluk ruhani yang disebut manusia, kemudian ditiupkan ruh-NYa (kesadaran-Nya). Setelahnya maka manusia akan mampu hidup dibumi dan manusia juga akan mampu hidup diakherat. Perpaduan inilah yang menjadikan manusia itu sempurna. Kesempurnaan manusia ini akan menjadikan manusia setelahnya akan menjadi pemimpin atas alam semesta. Dia akan ditingkatkan derajatnya untuk memimpin dimensi-dimensi lainnya. Maka sayangnya kesempurnaan ini harus diuji, sebagaimana pengujian kualitas produk.  Oleh karena itu kemudian manusia diturunkan di bumi untuk menempati raga-raga yang sudah dipersiapkan oleh bumi dan langit. Perhatikanlah berita Al qur an ;

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. 95:4)
“Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),” (QS. 95:5)

Manusia sebagai makhluk ruhani sudah dibuat dalam bentuk sebaik-baiknya, kesempurnaan yang tidak dimiliki oleh makhluk manapun (QS. 95;4). Diciptakan dari cahaya yang akhir (teluar) dan ditiupkan juga cahaya yang awal. Kemudian masih ditambahkan lagi ditiupkan Ruh-Nya.  Disinilah paham Trinitas mendapat tempatnnya. Dengan ditiupkannya ruh-Nya (kesadaran-Nya) maka manusia memiliki kemampuan untuk meluaskan kesadarannya seluas-luasnya. Sehingga manusia memiliki kemampuan merogoh sukmo, manunggaling kawula gusti, dan lain sebagainya. Manusia memiliki kemampuan menciptakan sebagaimana apa yang diinginkannya. Manusia mampu menciptakan apa yang menjadi prasangka dirinya. Demikianlah sehingga manusia dianggap menjadi refleksi Tuhan sendiri.

Perhatikanlah rangkaian makna AHMAD,yang terdiri dari simbol huruf ; Alif, Haa, Mim, dan Dal.  (Silahkan buka kembali kajian simbol sebelumnya).  Simbol Alif adalah mengungkapkan jatidiri ‘Cahaya Awal’, cahaya ini meliputi ‘Kesadaran Alam Semesta’ yang disimbolkan dengan Haa. Haa akan senantiasa meliputi unsur-unsur alam semesta termasuk juga unsur pembentukan tubuh manusia. Dapatlah dikatakan bahwa yang menghidupkan raga manusia adalah sistem alam semesta itu sendiri, dibawah liputan Haa.  Sistem kehidupan raga manusia ditopang oleh  sistem yang berlaku pada alam semesta (Makrokosmos). Sekali lagi ingin disampaikan pemahaman bahwa ; Urusan penjagaan system ketubuhan manusia berada dalam urusan Haa.

Maka Ilmu pengetehuan menemukan tanda-tanda bahwa sebelum diturunkan ‘manusia’ dimuka bumi ini sudah ada raga-raga yang menyerupai bentuk tubuh manusia sekarang ini. Sebab sejak dari mula penciptaaan bumi dan langit, hakekatnya Haa sudah memproduksi raga-raga manusia sebagai wadahnya.  Tentu saja keadaan wadah (raga) belumlah ditiupkan  ‘Kesadaran Diri Manusia’, sebagaimana dimaksudkan oleh kitab suci. Setelah sempurna liputan Haa pada raga manusia, maka Cahaya Awal ini akan membawa ‘Kesadaran Diri Manusia’ yang disimbolkan dengan Mim. Dan Cahaya Awal (Awal) ini terus akan bergerak, melewati lubang-lubang yang tak tembus,  sehigga sampai kepada ‘Cahaya Akhir’ yang berupa materi. Cahaya Akhir inilah yang menciptakan dirinya menjadi ‘materi’. Materi yang tercipta oleh ‘Cahaya Akhir’ ini disimbolkan dengan Dal.  Dal inilah yang menjaga urusan Tuhan, menjadi energy pengikat sehingga keadaan alam semesta ini sebagaimana ke adaannya. Dal adalah simbol energi pengikat yang mengikat materi terluar sehingga alam semesta tidak lepas. Dal adalah sistem langit yang didirikan tanpa tiang. Rangkaian simbol AHMAD inilah yang dimaksudkan sebagai ‘Manusia’ dalam kitab-kitab suci.

Di dalam tubuh ruhani manusia ada 3 entitas utama, sehingga ada sebagian manusia yang meyakini pemahaman Trinitas Yaitu kesadaran, kecerdasan, dan energy (spirit).  Entitas kesadaran adalah entitas yang akan mempertahankan ruang, dia dalam bentuk energi ikat , energi sentrifugal. Energi yang menjaga ‘jatidiri’ suatu benda, dzat, atau makhluk tetap dalam keadaan sebagaimana dirinya. Kesadaran adalah ruang itu sendiri yang tercipta dari titik satu ke titik lainnya. Kesadaran juga mempertahankan keadaan tersebut. Susunan galaksi, tatasurya, dan susunan atom suatu dzat, tetap dalam keadaannya sebab dikarena adanya energi kesadaran yang meliputinya.  Kesadaran adalah energi, yang menciptakan ruang dan waktu itu sendiri.



Selama menjalankan misi Tuhan di muka bumi makhluk ruhani manusia harus mampu mempertahankan kesadaran yang sudah diberikan Tuhannya, yaitu kesempurnaan cahaya awal. Namun cahaya awal akan berbenturan dengan cahaya terluar yang juga memiliki 'jatidiri' inilah problematikannya. Kesadaran sebagai cahaya awal harus tetap dipertahankan agar dia tetap menjadi makhluk akherat (ruhani). Kemampuan mempertahakankan kesadaran inilah bagi Allah yang paling penting. Makhluk ruhani tersebut harus tetap mampu menyadari siapakah dirinya dan siapakah yang menciptakannya.  Karenanya sebelum memasuki portal dunia, mereka dipastikan kembali penyaksiannya itu. Makhluk ruhani (manusia) diminta berjanji terlebih dahulu. “….“Bukankah Aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar pada hari kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keEsaan Tuhan)”. (QS. Al A’raaf, 7 : 172).

Makhluk ruhani (manusia) berada dalam tubuh yang terbuat dari tanah, yang sudah membawa potensi-potensi dualitas, bagaimanakah keadaan dirinya ?. Yah, keadannyanya, mereka semua tertutup oleh hijab-hijab, yang berupa energi-energi kesadaran, energi yang melindungi lapisan-lapisan kesadaran. Lapisan dalam tubuh manusia banyak sekali jumlahnya, seperti lapisan kulit bawang. Maka jika terkelupas satu kulit, kita akan menemui kulit lainnnya, dan seterusnya, hingga sampailah kita di sebuah wadah atau cupu atau Kristal merah, yaitu hati manusia. Makhluk ruhani adalah energi, dia diciptakan dari kasih sayang Allah, maka dia hanya akan bisa hidup dari energi ini. Maka mau tidak mau makhluk ruhani harus mampu mengakses energi ini. Sayangnya entitas spirit yang menunjukan arah (kompas) sering tidak berfungsi. Arah energi yang dibutuhkan bukanlah kepada energi kasih sayang Allah yang terpusat di arashi. Namun malah justriu energi-energi alam lainnya yang masih mengandung dualitas. Maka sering makhluk ruhani ini lemah, dan terus melemah.

Perlu dipahami, meskipun diciptakan dari saripati tanah, namun saripati ini tetap berwujud cahaya, walau dia adalah cahaya terluar. Maka makhluk ruhani (manusia) ini adalah juga cahaya, karenanya dia tinggal di surga. Apalagi setelah ditiupkan Ruh-Ku maka kepasitas kesadarannya semakin luar biasa sekali, tak ada satupun makhluk yang sanggup melebih kapasitas kesadarannya. Karenanya sesungguhnya kepada dirinya tidak berlaku ruang dan waktu bumi. Kepada makhluk ruhani (manusia) ini berlaku ruang dan waktu akherat.   Artinya kematiannya berdasarkan ruang dan waktu akherat. Jika umurnya adalah 100 hari waktu akherat maka, dia berada dibumi akan bisa 5 juta tahun waktu dan ruang waktu bumi. Ingat waktu di akherat dengan waktu bumi perbandingannya adalah 1 : 50.000.

Namun persoalannya adalah, kembali kepada pokok bahasan surah At Tien diatas, makhluk ruhani (manusia) diturunkan kepada tempat serendah-rendahnya, yaitu raga manusia sekarang ini. Jelas keadaan ini akan menjadi siksaan yang terus menerus. Makhluk ruhani (manusia) ini akan terus mengalami tubulensi saat dibenturkan dengan dualitas kutub-kutub di alam materi. Ini adalah siksaaan, yang sama halnya dengan kematian. Maka dari itu, mereka berupaya semaksimal mungkin untuk segera menyelesaikan misinya di bumi secepatnya. Dengan energy kasih sayang-Nya, dia akankembali ke surga. Dia harus mampu lepas landas, melampaoui energi ikat kesadaran materi, dan juga kesadaran-kesadaran rendah lainnya. Maka disinilah pentingnya kita memahami simbol AHMAD. Simbol ini telah mengungkap hakekat siapa ‘jatidiri’ manusia itu sendiri.

Wolohualam


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali