Kisah Spiritual, Khabar Sang Utusan
Gemetar, geletarnya jiwa. Sesaat sosok orang tua sepuh
meliputi kesadaran. Usai sholat malam dirokaat terakhir. Kehadirannya penuh santun. Masuk meliputi
kesadaran, meliputi keadaan diri, memindai raga, sebentar melakukan scanning
disana. Kelu-nya masih terasa saat mana sosok itu memperkenalkan dirinya. Mempertegas
kehadirannya, kesiapan dan kesiagaan dirinya, mengawal perhelatan akbar di bumi
nusantara ini.
Mas Dikonthole bertafakur sendiri. Mengurai kembali,
benang merah yang terjalin terpintal. Kehadiran sosok sepuh apakah ada keterkaitan
dengan Ratu Boko ?. Sosok yang nanti
akan membantunya menelisik satu demi satu simpul kejadian ?. Semua masih
menjadi misteri. Menjadi sebuah praduga saja. Hanya desiran sebuah keyakinan
saja adanya. Ya, keyakinan bahwa kehadiran sosok sepuh tersebut ada keterkaitan
dengan janji Ratu Boko yang bersiap untuk menghadiri pertemuan.
Sosok yang sangat tua, arif dan bijaksana. Sosok yang
sudah ada jauh sebelum berdirinya kerajaan-kerajaan di pulau Jawa ini. Sosok
yang sudah menjauhi duniawi. Sosok yang entah mengapa merasa terpanggil atas
nasib nusantara ini. Dia mengkhabarkan
bahwa dirinya ada yang memanggilnya. Maka dia jauh datang dari peraduannya, dia
tidak mampu menolak takdir yang memaksanya datang. Sosok
yang energy-nya sangat lembut sekali, tak berasa tak terasa, sangat halus. Syukurlah
kesadaran diri Mas Dikonthole mampu
mengenali sosok ini. Inilah rupanya yang menjadi sebab mengapa Mas Dikonthole sehabis isya tidak mampu
menahan kantuknya. Dia tidur diawal malam dan bangun pada malamnya. Melaksanakan
sholat yang lama. Rupanya ada kehadiran yang menunggunya. Karenanya itu, dia
harus mempersiapkan raganya.
Kejadian yang ada dalam kesadaran. Seperti mimpi yang menjadi
kenyataan. Seperti realitas yang terjadi hanya di saat mimpi. Maka manakah yang
benar ?. Jika saja tidak ada email di pagi ini, mungkin kejadian tadi malam
masih menyisakan misteri saja. Email dari Ratu Boko dari Jepang. Ya, kejadian
yang merangkai keadaanya. Keadaan yang kemudian memintal kejadian yang menjadi
jelas bagi Mas Dikonthole.
Sebuah berita melalui email, yang menjelaskan bagaimana
upaya Ratu Boko dari Jepang berusaha membantu, untuk suksesnya pertemuan, agar dirinya terwakili pula secara fisik. Maka
dia berusaha menghubungi seseorang di Indramayu yang diharapkan akan dapat
mewakilinya. Maka segala sarana dipersiapkan baik dari kendaraan bahkan juga dari finansialnya. Apa mau dikata seluruh
langkahnya seperti terjebak. Ada saja kejadian aneh, yang memaksa dirinya harus
pasrah pada keadaan. Baik kunci mobil yang tertinggal, signal Hp yang tidak
bisa terkoneksi, dan lainnya, keadaan begitu hingga menjelang malam. Dan ketika
signal bisa terhubung, segala sesuatu siap, dia berangkat ke ATM namun pun nyatanya ATM sudah tutup. Semua keadaan memaksanya seperti itu. Keadaan
apa boleh buat !. Sungguh seperti kejadian biasa saja, sangat biasa yang
rasanya juga kita sering alami sehari-hari.
Namun dalam dimensi kesadaran, tidak ada sesuatu yang kebetulan.
Semua merangkai menjadi puzle yang kemudian saling menjelaskan. Mengapa
kejadiannya menjadi begitu ?. Begitulah yang kadang menjadi pertanyaan
semuanya. Padahal jika mengurai kenyataan, Mas
Dikonthole dalam perjalanan spiritual tidak terlalu memusingkan finansial,
sebab dalam realitasnya, alam selalu menyediakan bagi dirinya. Jika memang dia
dibutuhkan hadir disana bersama raganya. Maka ada saja yang membiayai
perjalanannya dengan cara yang luar biasa. Kadang mendapatkan kontrak dari
pemerintah sesuai wilayah yang dituju, kadang ikut teman membantu pekerjaan,
dan banyak sekali kejadian aneh lainnya. Semua seperti nampak biasa, kebetulan
yang menjadi tertata. Tinggal tugas Mas
Dikonthole hanya mempersiapkan diri saja, menunggu saat dimana raganya akan
dipaksa untuk bergerak. Itulah keyakinannya.
Semisal dengan itulah upaya perjuangan Ratu Boko, sama saja kejadiannya. Adalah kejadian yang sama yang dialami
oleh orang-orang masa lalu, dalam perjuangannya selama ini. Akan selalu begitu.
Dimana kita dengan fisik kita berusaha sekuat tenaga. Namun pada akhirnya akan
dipaksa menyerah dan pasrah pada keadaan. Selalu seperti itu. Namun memang
begitulah hakekat nikmat manusia, ketika upaya kita sudah maksimal. Ketika
kemudian harapan tidak sesuai dengankeinginan maka semuanya harus dikembalikan
kepada Allah. Saat pengembalian danpengakuan bahwa diri kita adalah lemah,
itulah saat-saat ternikmat.
Kemudian kita tinggal berniat dengan khusuk, tinggal memasrahkan
keadaan kepada alam, kepada Allah saja. maka semua sudah (akan) dipersiapkan-Nya. Entah bagaimana caranya, selalu akan terjadi, kejadian
yang selaras dengan akal dan logika kita, tidak ada sesuatu keghaiban yang
terjadi. Tidak ada keajaiban, semua seperti realitas sehari-hari. Seakan-akan semua
terjadi tanpa upaya kita saja. Ada tangan-tangan yang mengatur semua kejadian.
Kita tinggal berserah atas kemauan dan kehendak alam itu sendiri. Akhirnya
keghaiban adalah realitas yang sering kita temui sehari hari.
Sungguh kita selalu berencana, namun sebaik-baik rencana adalah rencana-Nya. Maka
menjadi tidak aneh, bagi Mas Dikonthole
jika untuk pertemuan yang luar biasa nanti, sosok sepuh tetua nusantara ini yang kemudian datang, menjadi wakil Ratu Boko. Begitulah sang Ratu, tanpa
beliau sadari kemampuan spiritualnya telah mampu mendatangkan sesepuh negri
ini. Biarlah alam nanti yang akan menceritakannya sendiri bagian ini. Sebab
jika diceritakan oleh manusia, hanya akan menjadi persepsi saja. Akan menjadi
debat saja. Akan dianggap sebagai klaim, yang belum tentu kebenarannya.
Kebenaran biarlah menjadi tanggung jawab alam untuk menyampaikan kepada yang
bersangkutan.
Hari ini khabar diterima, Ratu Kalinyamat dari Purwokerto telah sampai tadi malam. Minak Jinggo (Bhre Wirabumi) dari Dieng
tadi pagi telah juga tiba bersama dengan sang Ustad. Ki Ageng Tirtayasa juga sudah menunggu, 2 hari yang lalu dia sudah
tiba di Indonesia. Panembahan Senopati
tinggal meluncur dari Depok siang nanti. Begitu juga lainnya sudah memepersispkan
diri. Mas Dikonthole, setelah
menyelesaikan kisah ini, yang coba dituliskan, akan segera meluncur ke tempat
pertemuan. Semua sepertinya dimudahkan.
Maka khabar sekilas ini, dihantarkan sebagai pembuka
kisah lainnya lagi. Sebuah mata rantai yang entah kemana akan ditemukan lagi
mata rantai berikutnya. Tidak ada yang tahu. Semua diam menunggu, bersama alam
yang juga menunggu, bagaimana skenario Allah sesungguhnya atas bumi nusantara
ini. Nusantara yang sudah tidak suci lagi, akibat polah manusianya yang sudah
tak terkendali lagi. Hanya manusia-manusia
yang sadar, yang kemudian berbuat untuk memperbaiki alam, tanpa mereka harus
bersuara, tanpa mereka harus diketahui, mereka manusia yang diam, berbakti
kepada negri dalam kediaman mereka. Sebagaimana pengorbanan 7 (tujuh) pertapa
sakti yang menjaga paku bumi. Sebagaimana para kesatria yang siap mengorbankan
diri, demi lahirnya nusantara baru. Demi lahirnya peradaban manusia baru, manusia
yang ber-budhi. Manusia yang selalu mengedepankan olah budhi, ber-pekerti, ber
akhlak, itulah inti ajaran agama Budhi.
Sebagaimana kesiapan orang-orang masa lalu, yang siap
menjaga raga-raga manusia yang telah disucikan. Raga manusia yang sudah
dibersihkan dari kekotoran dunia. Menjaga raga manusia yang saat ini banyak
dihuni olah bangsa candala, para hantu gentayangan. Mereka pulalah yang akan
memerangi para siluman yang merajalela pada raga manusia. Mereka menyusun
barisan, bersama alam, bersama orang-orang yang sadar. Bersama orang yang
mensucikan dirinya. Bersama orang yang mengerti budhi pekerti. Bersama merekalah
para kesatria akan berperang, demi lahirnya nusantara baru. Dalam diam, dalam
tafakur, dalam pengambdian kepada-Nya.
Tak genap mengeja langkah. Semburahnya pendam nurani.
Kelunya saja masih terasa. Biarkan gundahnya merasuki. Mata memandang tak
melihat. Hati berdetam tak berasa. Berhenti uraikan mimpi. Gelap keadaannya.
Susah menjabarkannya. Simbol tak bermakan. Tiada referensinya. Hanya kelam
terasa. Maka diamlah disini. Rasakan
sendiri kehadiran-Nya. DIA meliputi
segala sesuatu. Maka rasakanlah saja. Dalam patrap yang lama. Memohon ampunan-Nya.
Wolohualam bisawab
Saya sangat senang dengan dibukanya kembali blog pondok cindelaras, karena banyak yang bisa saya pelajari dari kisah2 spritual maupun kajian2 tentang agama yang disajikan dalam blog ini, terima kasih, semoga ALLAH senantiasa memberikan yang terbaik bagi NEGERI TERCINTA ini. Dan semoga kita senantiasa diberi Hidayah dan kekuatan iman dalam menerima semua proses yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. amien
BalasHapus