Kisah Spiritual, Khabar Sang Utusan


Tak genap mengeja langkah. Semburahnya pendam nurani. Kelunya saja masih terasa. Biarkan gundahnya merasuki. Mata memandang tak melihat. Hati berdetam tak berasa. Berhenti uraikan mimpi. Gelap keadaannya. Susah menjabarkannya. Simbol tak bermakna. Tiada referensinya. Hanya kelam terasa.    Maka diamlah disini. Rasakan sendiri kehadiran-Nya. DIA  meliputi segala sesuatu. Maka rasakanlah saja. Dalam patrap yang lama.  

Gemetar, geletarnya jiwa. Sesaat sosok orang tua sepuh meliputi kesadaran. Usai sholat malam dirokaat terakhir.   Kehadirannya penuh santun. Masuk meliputi kesadaran, meliputi keadaan diri, memindai raga, sebentar melakukan scanning disana. Kelu-nya masih terasa saat mana sosok itu memperkenalkan dirinya. Mempertegas kehadirannya, kesiapan dan kesiagaan dirinya, mengawal perhelatan akbar di bumi nusantara ini.

Mas Dikonthole bertafakur sendiri. Mengurai kembali, benang merah yang terjalin terpintal. Kehadiran sosok sepuh apakah ada keterkaitan dengan Ratu Boko ?. Sosok yang nanti akan membantunya menelisik satu demi satu simpul kejadian ?. Semua masih menjadi misteri. Menjadi sebuah praduga saja. Hanya desiran sebuah keyakinan saja adanya. Ya, keyakinan bahwa kehadiran sosok sepuh tersebut ada keterkaitan dengan janji Ratu Boko yang bersiap untuk menghadiri pertemuan.

Sosok yang sangat tua, arif dan bijaksana. Sosok yang sudah ada jauh sebelum berdirinya kerajaan-kerajaan di pulau Jawa ini. Sosok yang sudah menjauhi duniawi. Sosok yang entah mengapa merasa terpanggil atas nasib  nusantara ini. Dia mengkhabarkan bahwa dirinya ada yang memanggilnya. Maka dia jauh datang dari peraduannya, dia tidak mampu menolak takdir yang memaksanya datang.   Sosok yang energy-nya sangat lembut sekali, tak berasa tak terasa, sangat halus. Syukurlah kesadaran diri Mas Dikonthole mampu mengenali sosok ini. Inilah rupanya yang menjadi sebab mengapa Mas Dikonthole sehabis isya tidak mampu menahan kantuknya. Dia tidur diawal malam dan bangun pada malamnya. Melaksanakan sholat yang lama. Rupanya ada kehadiran yang menunggunya. Karenanya itu, dia harus mempersiapkan raganya.

Kejadian yang ada dalam kesadaran. Seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Seperti realitas yang terjadi hanya di saat mimpi. Maka manakah yang benar ?. Jika saja tidak ada email di pagi ini, mungkin kejadian tadi malam masih menyisakan misteri saja. Email dari Ratu Boko dari Jepang. Ya, kejadian yang merangkai keadaanya. Keadaan yang kemudian memintal kejadian yang menjadi jelas bagi Mas Dikonthole.

Sebuah berita melalui email, yang menjelaskan bagaimana upaya Ratu Boko dari Jepang berusaha membantu, untuk suksesnya pertemuan,  agar dirinya terwakili pula secara fisik. Maka dia berusaha menghubungi seseorang di Indramayu yang diharapkan akan dapat mewakilinya. Maka segala sarana dipersiapkan baik dari kendaraan bahkan juga  dari finansialnya. Apa mau dikata seluruh langkahnya seperti terjebak. Ada saja kejadian aneh, yang memaksa dirinya harus pasrah pada keadaan. Baik kunci mobil yang tertinggal, signal Hp yang tidak bisa terkoneksi, dan lainnya, keadaan begitu hingga menjelang malam. Dan ketika signal bisa terhubung, segala sesuatu siap, dia berangkat ke  ATM namun  pun nyatanya ATM sudah tutup.  Semua keadaan memaksanya seperti itu. Keadaan apa boleh buat !. Sungguh seperti kejadian biasa saja, sangat biasa yang rasanya juga kita sering alami sehari-hari.

Namun dalam dimensi kesadaran, tidak ada sesuatu yang kebetulan. Semua merangkai menjadi puzle yang kemudian saling menjelaskan. Mengapa kejadiannya menjadi begitu ?. Begitulah yang kadang menjadi pertanyaan semuanya. Padahal jika mengurai kenyataan, Mas Dikonthole dalam perjalanan spiritual tidak terlalu memusingkan finansial, sebab dalam realitasnya, alam selalu menyediakan bagi dirinya. Jika memang dia dibutuhkan hadir disana bersama raganya. Maka ada saja yang membiayai perjalanannya dengan cara yang luar biasa. Kadang mendapatkan kontrak dari pemerintah sesuai wilayah yang dituju, kadang ikut teman membantu pekerjaan, dan banyak sekali kejadian aneh lainnya. Semua seperti nampak biasa, kebetulan yang menjadi tertata. Tinggal tugas Mas Dikonthole hanya mempersiapkan diri saja, menunggu saat dimana raganya akan dipaksa untuk bergerak. Itulah keyakinannya.

Semisal dengan itulah  upaya perjuangan Ratu Boko, sama saja kejadiannya. Adalah kejadian yang sama yang dialami oleh orang-orang masa lalu, dalam perjuangannya selama ini. Akan selalu begitu. Dimana kita dengan fisik kita berusaha sekuat tenaga. Namun pada akhirnya akan dipaksa menyerah dan pasrah pada keadaan. Selalu seperti itu. Namun memang begitulah hakekat nikmat manusia, ketika upaya kita sudah maksimal. Ketika kemudian harapan tidak sesuai dengankeinginan maka semuanya harus dikembalikan kepada Allah. Saat pengembalian danpengakuan bahwa diri kita adalah lemah, itulah saat-saat ternikmat.

Kemudian kita tinggal berniat dengan khusuk, tinggal memasrahkan keadaan kepada alam, kepada Allah saja. maka semua sudah (akan)  dipersiapkan-Nya.  Entah bagaimana caranya, selalu akan terjadi, kejadian yang selaras dengan akal dan logika kita, tidak ada sesuatu keghaiban yang terjadi. Tidak ada keajaiban, semua seperti realitas sehari-hari. Seakan-akan semua terjadi tanpa upaya kita saja. Ada tangan-tangan yang mengatur semua kejadian. Kita tinggal berserah atas kemauan dan kehendak alam itu sendiri. Akhirnya keghaiban adalah realitas yang sering kita temui sehari hari.

Sungguh kita selalu berencana, namun  sebaik-baik rencana adalah rencana-Nya. Maka menjadi tidak aneh, bagi Mas Dikonthole jika untuk pertemuan yang luar biasa nanti, sosok sepuh tetua nusantara ini  yang kemudian datang, menjadi wakil Ratu Boko. Begitulah sang Ratu, tanpa beliau sadari kemampuan spiritualnya telah mampu mendatangkan sesepuh negri ini. Biarlah alam nanti yang akan menceritakannya sendiri bagian ini. Sebab jika diceritakan oleh manusia, hanya akan menjadi persepsi saja. Akan menjadi debat saja. Akan dianggap sebagai klaim, yang belum tentu kebenarannya. Kebenaran biarlah menjadi tanggung jawab alam untuk menyampaikan kepada yang bersangkutan.

Hari ini khabar diterima, Ratu Kalinyamat dari Purwokerto telah sampai tadi malam. Minak Jinggo (Bhre Wirabumi) dari Dieng tadi pagi telah juga tiba bersama dengan sang Ustad. Ki Ageng Tirtayasa juga sudah menunggu, 2 hari yang lalu dia sudah tiba di Indonesia. Panembahan Senopati tinggal meluncur dari Depok siang nanti. Begitu juga lainnya sudah memepersispkan diri. Mas Dikonthole, setelah menyelesaikan kisah ini, yang coba dituliskan, akan segera meluncur ke tempat pertemuan. Semua sepertinya dimudahkan.

Maka khabar sekilas ini, dihantarkan sebagai pembuka kisah lainnya lagi. Sebuah mata rantai yang entah kemana akan ditemukan lagi mata rantai berikutnya. Tidak ada yang tahu. Semua diam menunggu, bersama alam yang juga menunggu, bagaimana skenario Allah sesungguhnya atas bumi nusantara ini. Nusantara yang sudah tidak suci lagi, akibat polah manusianya yang sudah tak terkendali lagi.  Hanya manusia-manusia yang sadar, yang kemudian berbuat untuk memperbaiki alam, tanpa mereka harus bersuara, tanpa mereka harus diketahui, mereka manusia yang diam, berbakti kepada negri dalam kediaman mereka. Sebagaimana pengorbanan 7 (tujuh) pertapa sakti yang menjaga paku bumi. Sebagaimana para kesatria yang siap mengorbankan diri, demi lahirnya nusantara baru. Demi lahirnya peradaban manusia baru, manusia yang ber-budhi. Manusia yang selalu mengedepankan olah budhi, ber-pekerti, ber akhlak, itulah inti ajaran agama Budhi.

Sebagaimana kesiapan orang-orang masa lalu, yang siap menjaga raga-raga manusia yang telah disucikan. Raga manusia yang sudah dibersihkan dari kekotoran dunia. Menjaga raga manusia yang saat ini banyak dihuni olah bangsa candala, para hantu gentayangan. Mereka pulalah yang akan memerangi para siluman yang merajalela pada raga manusia. Mereka menyusun barisan, bersama alam, bersama orang-orang yang sadar. Bersama orang yang mensucikan dirinya. Bersama orang yang mengerti budhi pekerti. Bersama merekalah para kesatria akan berperang, demi lahirnya nusantara baru. Dalam diam, dalam tafakur, dalam pengambdian kepada-Nya.

Tak genap mengeja langkah. Semburahnya pendam nurani. Kelunya saja masih terasa. Biarkan gundahnya merasuki. Mata memandang tak melihat. Hati berdetam tak berasa. Berhenti uraikan mimpi. Gelap keadaannya. Susah menjabarkannya. Simbol tak bermakan. Tiada referensinya. Hanya kelam terasa.    Maka diamlah disini. Rasakan sendiri kehadiran-Nya. DIA  meliputi segala sesuatu. Maka rasakanlah saja. Dalam patrap yang lama.  Memohon ampunan-Nya.

Wolohualam bisawab

Komentar

  1. Saya sangat senang dengan dibukanya kembali blog pondok cindelaras, karena banyak yang bisa saya pelajari dari kisah2 spritual maupun kajian2 tentang agama yang disajikan dalam blog ini, terima kasih, semoga ALLAH senantiasa memberikan yang terbaik bagi NEGERI TERCINTA ini. Dan semoga kita senantiasa diberi Hidayah dan kekuatan iman dalam menerima semua proses yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. amien

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali