Langsung ke konten utama

Konspirasi Cinta Sang Hafizs, Yang Melupakan-Nya


Aku melupakan sesuatu. Pernahkah kukatakan cinta pada-Mu ?. Cintaku tersemat. Kadang diantara rumput yang meranggas. Kadang diantara tupai yang berkejaran. Kadang pula terbawa layang-layang. Warnanya putih, hijau, jingga dan biru. Makanya kemudian aku lupa yang manakah cintaku pada-MU ?.

Hafizs tertawa tergelak, secangkir madu di tenggak. Setelahnya diam dalam tegak yang lama.
“Untuk itukah engkau mencariku Tuan ?. Niatmu padaku untuk ber-guru. Sebab engkau tidak mengenali cintamu pada –NYA ?”
“Aku tak mampu mengenal-Nya.?. Wahai, Hafizs jadilah mursyid-ku ?. Pilihkanlah untukku warna cinta kesukaan-Nya.”
Sorban putih berbalut di kepala. Kainnya menjuntai jauh melambai.Sekeliling hanya hamparan. Di atapnya langit biru tak berbatas. Duduk dua manusia berhadapan.
“Kau dengar, Waha Hafizs disana banyak orang berkata. Belajar mengenal-Nya tanpa guru. Maka syetan  akan menjadi gurunya.
Cinta telah ku teguk dari singgasanaku yang fana. Semua warna telah aku pujakan kepada-Nya. Mengertilah, selalu saja  berganti-ganti rupa menampak di mataku.
Pernahkah ku nyatakan cintaku pada-Nya ?.
Rasanya (seperti) pernah kukatakan itu.
Dan DIA mungkin saja tak mengenali cintaku.
Telah kutitipkan pada apa saja. Kepada langit, kepada bulan dan matahari, kepada angin, dan air yang diberkati. Kudatangi para kyai dan orang sakti. Kutitipi banyak kepaa mereka. ”
Sang Hafizs semakin dalam memasuki dzikrinya.
Tahukah apa kata-Nya, “Mengapakah engkau tidak berani menyatakan sendiri langsung pada-NYA?.”
“Bukan begitu, masalahnya aku tak mengenal-Nya.”
 “Dialah Tuhanmu yang Maha Esa, Tiada beranak dan tiada di peranakan. Dan tiada sesuatupun yang menyamai-Nya.
Masih saja kau pertanyakan itu !.”
“Cintaku tersemat. Kadang diantara rumput yang meranggas. Kadang diantara tupai yang berkejaran. Kadang pula terbawa layang-layang. Warnanya putih, hijau, jingga dan biru. Terlalu banyak ku tebar dimana saja. Hingga aku tak mampu mengenali yang manakah Untuk-Nya.”

"Wahai Tuan, burung terbang tahu kemana jalan pulang. Sayangnya manusia tidak begitu. Keadaan mencintai selain-Nya disangkakan mencintai-Nya. Sesungguhnya, kemanakah Tuan menuju arah pulang ? !.”  

Dalam helaan nafasnya. Bumi terasa semakin sesak. Sang Hafizs diam dalam tafakurnya Membiarkan angin sendiri. Dalam pikiran sendiri-sendiri.


salam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali