Kisah Spiritual, Hilang-Kembalinya Kerajaan Pajajaran


Kisah demi kisah dihantarkan. Satu kiisah kemudian  melapisi kisah lainnya. Kadang  menjadi sebuah kisah tersendiri, menjadi penggalan kisah yang tidak bertautan.   Tersisa nelangsa membelenggu sukma. Sementara disana disisi ruang batin, terasa  hampa rindukan pagi. Melamunkan nuansa, romansa alam dengan sinarnya yang menghangatkan. Berharap ada hantaran cahaya pencerah, yang dapat membuka hijab pemikiran. Ada sebuah kesadaran yang tertutup lapisan, seperti dimensi yang tak tembus pandang. Itu bagai benalu pemikiran yang terus menggelayuti otak kanan dan kiri. Penampakannya seperti menggumpali awan. Mengikat keseluruhan.

Dan kemudian, perlahan selanjutnya awan itu menggelap termanifestasi realitasnya, nyata  di atas langit sana,  menutupi area pemakaman wali.  Tempat jalannya prosesi. Sebagaimana berita yang disampaikan Pak Aryo, akan dinaungi mendung. Awan yang akan terus mencurahkan airnya,  menutupi laju kendaraan mereka, disepanjang perjalanannya hari itu.  Begitulah keadaan perjalanan spiritual,  sejak mulai dari kota Garut sampai kembali tiba di ke kota mati (Fatahilah), tempat awal keberangkatannya tadi. Langit seakan tengah berpesta menghamburkan isinya. Tidak ada sejengkal tanahpun yang tidak basah oleh air hujan. Seluruh jalan yang dilalui rata membasah, oleh air yang tercurah dari langit. Malam gelap keadaannya, dinginnya merasuki jiwa. Mobil yang ditumpangi seperti berkabut, membias dari balik pandangan matanya.

Mas Thole singgah sebentar disana, tempat dia menaruh kendaraannya. Selanjutnya melaju menyusuri jalan-jalan ibukota. Pandangan tajam ke depan. "Jam dua belas malam masih disini, di kota tua yang mati." Batinnya mengingatkannya Ya, disini dikota tua, dia mulai berada diatas motor, hendak kembali ke Bekasi. Menatap jauh kedepan,   langit yang dilalui.  Langit seperti tembus pandang, jauh keluar dimensinya. Langit seperti balas menatap kembali. Tersergah hawa dingin di hati, sedingin sabetan pedang. Angin menapar dari muka dan belakang. 

“Dimanakah sekarang ini..?. Benarkah dia telah kembali ke alam nyata ?.”  Kesadarannya mencoba mengenali, seperti dua dimensi sekarang ini, sudah tidak ada pembatasnya lagi. “Pintu dimensi Pajajaran sudah terbuka ?.” Ugh. “Semoga ini hanya sebuah ilusi”  Bisiknya meyakinkan dirinya. DKesadarannya selalu tersedot kesana, mengamati suasananya.  Memang sepanjang perjalanan rekan-rekannya telah mengabari perihal ini. Tentang pintu sebuah dimensi, yang terbuka, dan telah mengguncangkan seluruh kerajaan makhluk ghaib disana.

Serentetan ritual yang dilakukan Mas Thole dan kawan-kawan di petilasan Prabu Kian Santang, telah membuka mantra ghaib, bagi terbukanya pintu Pajajaran. Terbukanya pintu Pajajaran ini telah mempengaruhi siklus alam semesta. Sebab ghaib sekarang sudah terbuka keadaannya. Begitulah yang terbaca. Kerajaan Pajajaran telah mampu dilihat oleh mata batin sang kesatria. Jelas hal ini membuat gelisah kerajaan para siluman. Kerajaan siluman yang menjadi tempat pemujaan manusia (Gunung Kawi dsb) sekarang resah. Mereka terbang kemana saja, takut sekali akan murka para kesatria. Mereka semakin bersembunyi di tubuh manusia. Dan alam telah menandai mereka-mereka itu. Keadaan diri mereka takut sekali akan murka alam kepadanya yang telah mempersekutukan Allah,  begitu ketaranya ketakutan itu, tertangkap mata batin.

Kembali dirinya hanya mampu menyelusuri seluruh kisah. Kisah spiritual ini menjadi sebuah rentetan. Dimulai  pertemuannya dengan Ratu Sima (Ratu Boko). Kemudian pertemuannya dengan Prabu Siliwangi . Terus meluncur dengan cepat sekali. Kesadarannya seperti telah dijungkir balikan Simpul-simpul seperti disodorkan begitu saja oleh sang Maha Pengatur. Semua tak berjeda. Instrumen ketubuhannya seperti dibombardir oleh kesadaran-kesadaran lainnya. Itu terjadi disetiap subuh. Mereka semua satu demi satu hadir untuk dikenali oelah kesadaran Mas Thole.  Luluh lantak rasanya.  Kesadaran jiwa, kesadaran akal, kesadaran ruh, kesadaran raga, kesadaran rahsa. Semua menjadi sungsang tak tertata dalam dimensinya.  Mitos dan legenda sekarang ini menjadi sebuah kisah nyata yang harus dilaluinya. Ghaib disini ini harus diyakini sebagai realitas adanya. Siapakah yang tidak menjadi 'gila ?'.

Sungguh fase pembalikan yang membingungkan. Pencariannya selama berahun-tahun ini ke pelosok negri ternyata bermuara disini. Di tanah Pasundan ini. Bagaimanakah mengkhabarkannya ?.  Bahwa nusantara baru akan dikawal oleh anak keturunan Pajajaran, orang-orang tanah Pasundan yang akan menjadi pemimpin bangsa ini, dikemudian hari. Benarkah ini ?. Sekali lagi, Mas Thole mencoba mencerna seluruh pertanda yang dirasakannya di badan dan juga seluruh penampakan yang terus saja terpampang nyata di alam. Dari berita para leluhur yang silih berganti datang menyambangi, dari rekan-rekannya yang terus tak henti memberikan khabar waskita. Semua mengkerucut kepada kesimpulan yang sama. “He eh..biarlah ..!.  Jika memang kehendak alam begitu adanya, dirinya toh hanya pewarta. “ Begitulah Mas Thole mencoba memaknai keadaan.

Nusantara adalah realitas kedaannya. Yaitu bagaimana para leluhur bangsa ini telah meletakkan kesadarannya. Kesadaran bangsa ini yang dapat kita telusuri dari kisah-kisah perjalanan mereka. Dan ternyata semua bermuara di tanah Pasundan ini. Sungguh, selama ini dirinya keliru, selama bertahun-tahun dia mengarahkan pencariannya kepada anak keturunan Majapahit. Bagaimana dia bertemu dengan Ken Arok, Sultan Agung, Ratu Kencono Wungu, Ratu Pantai Selatan dan Utara (Nyi Loro Kidul dan Dewi Lanjar), Panembahan Senopati, dan banyak lagi lainnya. Namun semuanya tak membuahkan apa-apa. Ego diri mereka sedemikian besarnya. Mereka tetap dalam ke AKU an diri yang kuat sekali. Tetap menganggap diri mereka yang paling kuat dan berkuasa. Meski realitasnya mereka bukan siapa-siapa.

Sulit sekali mereka melepaskan atribut kekuasaan mereka itu. Meski mereka sudah dilahirkan berkali-kali di raga manusia biasa. Mereka tetap saja pongah dan jumawa. Mereka anak cucu Majapahit, dalam hijab diri yang begitu kuatnya membelenggu diri mereka sendiri. Keprihatinan inilah yang terus membuat Mas Thole, yang mana ~sehingga dia melaju diatas motornya seperti tak merasa, dia demikian sedihnya. Dia adalah bagian dari Majapahit, bahkan dia adalah orang masa lalu yang turut serta mendirikan Majapahit. Bagaimanakah tidak bersedih jika mendapati anak keturunan Majapahit begitu. Maka anganya melintas keseluruh peradaban yang pernah dilaluinya dalam beberapa menit. Nyaris jiwanya tidak berada dalam raganya. Blash..blash..dua dimensi terus dilaluinya. Sang waktu terus ditelusurinya. Sementara raganya masih diatas motornya. Ringkih badanya menahan laju angin.


Sejak keberangkatannya ke petilasan Prabu Kian Santang beberapa hari yang lalu. Dan diulangi hari kemarin itu (17/4). Tanda pergeseran dimensi seperti tengah terjadi. Apa yang dijanjikan sang Prabu Siliwangi yang akan membuka tirai ghaib Pajajaran rupanya betul-betul dilaksanakan beliau. Malam ini, lewat jam dua belas malam, dirinya melihat ke angkasa. “Semua benar adanya..” Kesadarannya seperti memeluk jiwanya. Takut disana akan terjadi apa-apa.  Pasukan kerajaan Pajajaran yang pernah dikhabarkan menghilang kini sudah berbaris berjajar rapi menunggu titah Prabunya. Mereka tersusun berlapis-lapis di persembuyiannya. Aroma dan suasana mistisnya benar-benar sangat terasa di raga Mas Thole. Menggiriskan sekali. Pasukan siap mati membela jalan Tuhannya,  kini telah dimobilisasi. Rupanya inilah yang menakutkan kerajaan siluman di sekitarnya.

Mestikah semua dikhabarkan ?. Siapakah yang akan meyakini keadaan ini ?. Sungguh sulit sekali. Dia tahu itu. Tidak mungkin manusia dalam kesadaran terkininya akan mempercayai hal ghaib ini. Maka Mas Thole kembali menyurati Ratu Sima dan juga sang Prabu, insyaallah mereka dapat meyakini keadaan ini. Mereka pastinya akan mampu menjadi saksi. Keadaan saling menyaksikan inilah yang menguatkan hati.  Sungguh bumi dan langit sudah tidak tahan lagi, melihat tingkah polah manusia. Ingin mereka melibas, hanya mereka terikat ketentuan Tuhannya. Inilah email yang sempat di kirimkan tadi ;

Dikirim: Kamis, 18 April 2013 14:46
Judul: Bls: Konsolidasi

Aswrwb,

Banyak sekali yang ingin diberitakan, namun entah dari mana memulainya. Khabar dimensi yang sudah terbuka, alam yang kemudian bergolak, banjir di Garut dan sekitarnya. Dan juga kemarin saat tawasul (akikah) berlangsung, semua rekan melihat tanda-tanda alam, awan yang berjajar (Pajajaran), semua rekan membaca tanda yang sama. Para siluman yang merajai manusia telah gempita di pusat kerajaannya. Tempat-tempat pemujaan sudah mulai resah. Alam sudah tidak sabar lagi ingin mengeluarkan isi perut mereka. Bumi, air, angin, semua sudah menahan diri semampunya. Jawa timur, jakarta, dan beberapa daerah lainnya, sudah menjadi kepastian. Agar manusia sadar kembali. Semua khabar itu harus diendapkan kembali, sebelum memulai langkah baru. 

Semoga upaya kita yang kecil ini menjadi ridho-Nya. Menjadi ‘buterfly effect’. Kepakan sayap-sayap kita yang ringkih akan menjadi tornado yang mampu melibas angkara murka di nusantara. Semoga Ya Allah.

Keyakinan kita dalam realitas akan menurunkan ridho-Nya, inilah keyakinan yang benar. Maka Insyaallah jika kita sudah berketetapan begitu, kita ikhtiar. Dan semoga saya dan juga kita semua  dikuatkan-Nya untuk mengemban amanah itu. Langkah menengok kebelakang, hanya akan menumbuhkan keragu-raguan, keraguan tersebut yang akan menjadi celah para syetan dan siluman dalam menggoyahkan hati kita. Waspadalah !, yakinlah dengan apapun ketetapan yang sudah kita ambil. Semua dari Allah dan akan kita kembalikan kepada Allah. 

Sudah saatnya team merapatkan barisan. Team sang Prabu harus konsolidasi terlebih dahulu. Keadaannya sekarang masih jalan sendiri-sendiri, harus ada waktu pertemuan yang dihadiri semuanya. Minimal yang ada di Jakarta. Jika kesulitan ke rumah, maka saya yang akan kesana ke depok.Karena nantinya  akan menjadi paralel dengan realitas. 

Kita akan segera memasuki perang kesadaran. Tiada celah disana untuk lari. Beriman atau kafir benar-benar sangat tipis sekali. Jika kita kafir setelah ber-iman, tunggulah, sungguh berat sekali hukuman-NYa.Semoga kita selalu dalam lindungan-Nya.Kita akan berperang di jalan-Nya.

Paku bumi harus segera di tanamkan, petunjuk yang diberikan, Jembatan Suramadu, Bekasi, Bukit Giri Bangun (Klaten-makam Ibu Tien), Dieng (Tuk asli Bimo LUkar), Tangkuban Prahu, Poros (Ditentukan Sang Prabu), Satu lagi masih dirahasiakan. Dan 2 paku pelengkap akan di tanam di Bali. Semua total 9 paku bumi.

Begitulah khabar singkat ini, sebab masih berupa rangkaian yang tak terbaca di otak ini.

Salam

Begitulah pesan email yang dikirimkan oleh Mas Thole. Dan tidak begitu lama emailnya mendapat respon dari Ratu Sima, yang kembali memastikan kebulatan tekadnya untuk itu. Subhanalloh. Senang rasanya. Lirih Mas Thole berdoa, agar jiwa-jiwa yang disucikan itu terus berada dalam rengkuhan kasih-sayang-Nya, agar mereka mendapatkan balasan yang setimpal atas perjuangan dan keyakinannya ini. Keyakinan yang terus diperjuangkan dalam diam. Sungguh pergerakan dalam keghaiban yang hanya bisa dipahami oleh hati yang telah bersih dari keinginan ‘pamer diri’. Mereka diam diatas gerak raga yang terus dipergulirkan mengemban amanah-Nya.

Mas Thole terus merangkai kejadian mengkhabarkan kejadian demi kejadian. Mencoba terus berdiskusi, yang menjadi sebuah kisah tersendiri. Kisah lainnya ssebelum semua ini terjadi. Rentetan bagaimana kejadian Mas Thole bertemu dengan sosok yang menjadi kunci, yang selama ini dicarinya. Sosok yang masih muda sekali secara realitasnya. Namun didalamnya sangat tua sekali. Sosok itu sudah pernah dating sebelumnya menyambangi Mas Thoe. Dia memperkenalkan dirinya bahwa dialah entitas yang mampu menggerakan gunung, laut, hujan, tanah, dan seluruh elemen alam berada dalam perintahnya. Dialah sang Avatar para malaikat penjaga, yang menjagai gunung-gunung, laut, tanah dan lain sebagainya. Dialah yang menjadi penghubung antar dimensi itu.

Inilah cuplikan email-email sebelum kejadiannya, mejadi sebuah rangkain berita menjadi pelengkap kisah spiritual ini. Perbincangan Mas Thole dengan Ratu Sima. Sbb ;

 Dikirim: Senin, 15 April 2013 18:18
Judul: Bls: Hasil pertemuan

Alhamdulillah

Sepertinya memang dia yang kita cari. Diawal pertemuan dia mengatakan demikian, pada jaman dahulu para petinggi kerajaan pasti akan meminta petunjuknya (meditasi). Alam sangat patuh padanya. Beberapa kejadian kadang tidak masuk akal. Sebelum gunung meletus, tsunami dsb. Air, gunung dsb, selalu memberitahukan kepadanya terlebih dahulu. Banyak yang tidak masuk akal, namun semua terbukti. Dia yang akan mengkomandokan alam nantinya. Namun perintah Allah pasti, daerah-daerah yang akan terkena sudah dapat kita petakan. Karenanya kita akan meluncur ke daerah yang terparah. Jawa Timur, Pesisir Pantai Utara (pangandaran), Jakarta, dan pusat-pusat pesugihan (pemuja syetan).

Kita hanya punya waktu beberapa bulan saja. Jika usaha kita berhasil, jika manusia-manusia di tempat tersebut kembali menyebut nama Allah. Semoga Allah akan menangguhkan hukuman bagi daerah tersebut. Di tandai dengan paku bumi sebagai isyaratnya.

Realitas maupun ghaib kita upayakan dengan terus bersandar kepada-Nya. Manusia hanya bisa berikhtiar sebagaiman Siti Hajar saat Ismail kehausan di padang pasir. Meski beliau tahu air akan sia-sia sebab semua padang pasir tampak dimata, namun beliau  bolak-balik hingga 7 kalitidak pernah menyerah, hingga raganya tak mampu menompangnya lagi. Demi sebuah harap dan sebuah keyakinan adanya air kehidupan. Raganya digerakkan sedemikian rupa, melawan kenisbian.

Kita sedang diuji rahsa empati kita kepada sesama, kita yang diberikan pengetahuan atas itu. Kita diuji rahsa empati kita atas nasib bangsa ini. Meski keadaan kita sebagaimana Siti Hajar yang kebingungan kesana kemari. Semoga akan turun  ridho-Nya atas diri kita makhluk yang lemah.Yang memang tidak memiliki pengetahuan apa-apa.Pada kisah-kisah para nabi ada kekuatan hati, yang tersembunyi di dlam dada pelakunya,  itulah rahasia hikmah Al qur an. 

Semoga kita mampu meneladani kisah-kisah itu.

Salam

 
Dikirim:
 Senin, 15 April 2013 14:14
Judul:
 Hasil pertemuan

Alhamdulillah,

Semua berjalan dengan lancar, adiknya yang bungsu ternyata pemegang kunci alam semisal avatar ; The Legend of Ang. Pada intinya alam sudah murka semua melihat ulah manusianya, tinggal menunggu komando kesiapan kita saja. Berapa orang nantinya yang mampu diselamatkan. Yaitu hati dan jiwa yang bersih yang bisa kita selamatkan. Jawa Timur pusat pemujaan akan disapu banjir besar bisa saja tenggelam, bumi akan bergeser, maka paku bumi harus segera ditanamkan, minimal mampu mengurangi dampaknya.Begitu yang disampaikan, memang harus diakikahkan dahulu katanya, sebab menandai lahirnya sebuah entitas baru. Nusantara baru, adalah seorang bayi.

Dari sisi ghaibnya, semua sudah siap. Tadi malam saja yang datang ribuan mengepung Bekasi. Mereka semua tinggal diperintahkan saja. 

Team saat ini baru dibuka hijabnya, masih perlu pendalaman tauhidnya. Maka mereka dalam fase penyeselarasan. Kita memang hanya membutuhkan team-team inti, yang benar-benar memahami dan sehati. Dari team inilah kita akan mengatur strategy. Kita membutuhkan 7 orang yang siap untuk itu. Saat sekarang ini baru 3 orang termasuk Ratu Sima. Masing-masing orang adalah sesepuh, yang juga memiliki group lagi. Firasat saya sang Ratu juga perlu merapat dengan Kangmas. Mudah2an bisa meyakinkan Kangmas. Bahwa lakon kita di dunia adalah bergerak, kita mengikuti gerak sang dalang dengan ikhlas dan ridho. Bukan diam semata tanpa melakukan apa-apa.Meskipun berdoa, nanti akan lain rahsanya.

semoga.

salam
 

Demikian rentetan email yang bisa dicuplikan, tentunya ada beberapa bagian yang sengaja dihilangkan, guna menghindari fitnah lainnya. Begitulah kisah ini akan terus dihantarkan kepada sidang pembaca. Kisah yang  melapisi kisah lainnya.  Dimana yang tersisa nelangsa membelenggu sukma. Sisi ruang batin hampa rindukan pagi. Melamunkan nuansa, romansa alam dengan sinarnya yang menghangatkan. Berharap hantaran cahaya pencerah, dapat membuka hijab pemikiran. Sebuah kesadaran yang tertutup lapisan, seperti dimensi yang tak tembus pandang.

Dan ufuk sana dimana matahari berada diujung kaki, kerajaan Pajajaran telah kembali, dalam nuansa masa lalu yang hanya bisa dipahami oleh ornag-orang yang sanggup membersihkan hati. Sebab mereka dari dimensi masa lalu yang menembus waktu meluncur ke dimensi terkini. Mereka memang sengaja disamarkan oleh sang Prabu Siliwangi guna untuk keperluan masa sekarang ini. Mereka menjadi pasukan-pasukan Allah untuk memerangi para siluman yang telah menipu manusia. Maka sesungguhnya janji Allah adalah pasti,

 "Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai."(QS. Al-A’raaf: 179)


Bilakah kita termasuk manusia itu ?. Maka semua terpulang pada hati. Sudahkah sampai kepada kita khabar bagaimana para kaum terdahulu ?. Sungguh al qur an sudah menyampaikan berita-berita itu. Manusia dan jin hanya menganggap bahwa al qur an itu semisal dongengan saja. Mereka semua memiliki hati namun mereka semua terhijab realita. Semoga kita tidak termasuk kedalam golongan orang-orang yang lalai sebagaimana yang disinyalir oleh ayat tersebut. Semoga kita semua mampu melihat tanda-tanda alam yang sudah dinampakan akhir-akhir ini. Itulah tanda-tanda (ayat-ayat) Allah. Semoga. Amin

wolohualam




Komentar

  1. pemilihan kata-katanya sangat menarik..Aku sangat menyukainya.

    BalasHapus
  2. saya ucapkan salam pada penulisnya,terima kasih

    BalasHapus
  3. Salam Sejahtera dan Rahayu saya samapikan. fr: adriyanto

    BalasHapus
  4. artikel yang sangat menambah wawasan saya, terima kasih sob sudah berbagi..

    BalasHapus
  5. Subhanallah .. itu saja yang dapat aku sampaikan sebagai rasa tereimakasih telah menemukan artikel menarik ini

    BalasHapus
  6. Semoga Mas Thole dan kawan2 selalu berada dlm lindungan Allah S.W.T. Semoga apa yg dicita2kan utk nusantara segera tercapai. Aamin.

    BalasHapus
  7. Terima kasih atas kisah spritual yang disungguhkan, saya sangat senang dan meyakininya apa yang dikisahkan dalam rubrik ini. semoga Allah mengampuni atas segala dosa2 yang kita lakukan, amin. Insya Allah saat nanti Indonesia Pasti Jaya dan menjadi Negara Super Power.

    BalasHapus
  8. Saya ingin berkenalan dan bertemu dengan Mas Thole.Adakah yg bisa mempertemukan saya dengan Mas Thole.Ini alamat email saya: akhmadsyarifudin294@yahoo.com, akhmadsyarifudin294@hotmail.com. Terima kasih atas bantuannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. silahkan ke pondokcinde.org mas, ada kontak yg bisa digunakan utk menghubungi Mas Thole. Salam

      Hapus
  9. Dongeng yg indah...

    BalasHapus
  10. apa yang ada rasakan ternyata mempunyai kesamaan dengan apa yang kami rasakan... jika saudara berkenan email saya, roviyansyah@gmail.com saya asli dari Kota Garut, menetap di Ciamis 1KM dari situs karangkamulyan ciung wanara dan bekerja di sekitar daerah pasar kranggan bekasi...

    BalasHapus
  11. rahayu... rahayu... rahayu

    BalasHapus
  12. subhanallah ,,,,

    BalasHapus
  13. subhanaloh...pada penulis kisah ini begitu rumit yg mungkin org awam sulit mncerna dengan akal sehaatnya..namundisini saya menyatakan keyakinan dan kebenaran semuanya,,karena saya merasakan dan pernah mengalami secara pribadi namun saya belum bisa mengungkapkan lewat umum disini.namun pesan saya semua dan garis besarnya adalah simbol2 dari diri kita yg harus saudara baca...inti dari semua adalah kesucian dan ketulusan hati..dimana nanti akan terbuka sebuah hijab yg akan mnjawab semuanya.

    BalasHapus
  14. salam Kenal ti JAYA SANJAYA, PUTRA PAJAJARAN.

    BalasHapus
  15. kudu bisa silih asah silih asih silih asuh, ciri kula bakal aya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali