Kisah Spiritual, Jaman Dimana Tiada Pertolongan (Kalabendu)
Kemenangan para kesatria
di ufuk timur dan barat,
di ufuk timur dan barat,
KAMI telah siaga, gunung-gunung
, lautan, angin, dan seluruh sistem
Bergerak serentak agar aliran
kesadaran menuju nusantara,
Saksikan bahwa sepinya gunung-gunung,
akan bersegera mengeluarkan isinya,
akan bersegera mengeluarkan isinya,
Laut dan badai menghantam,
menghantarkan gelombang tsunami,
menghantarkan gelombang tsunami,
Manusia berterbangan bagai
laron-laron,
Marilah 'bersiap' kita masuki jaman,
dimana tiada jalan pertolongan,
dimana tiada jalan pertolongan,
selain Allah…
dan..
“Apabila telah datang
pertolongan Allah dan kemenangan,
dan kamu lihat manusia masuk
agama Allah dengan berbondong-bondong,
maka bertasbihlah dengan memuji
Rabbmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima
taubat. “(QS. 110:1-3)
_______________________________________________________________________________
Biarlah aku buang di tengah lautan
Kerinduan yang bergelora
memecahkan kepala
Semoga terhempas gelombang dan
berhenti mengejarku
“Dan hari ini ingin kuucap selamat jalan, kepada kebodohan, kepada debu
jalanan, kepada langit yang terbentang, kepada malam tanpa siang, kepada
kemunafikan, kepada rahsa yang menyakitkan, kepada mimpi-mimpi yang selalu saja
membayang. Sebab hari ini aku, ingin istirah dan menambatkan biduk, menurunkan
layar yang telah lama terbentang. Namun aku ingin engkau tahu bahwa selalu saja
angin membawa berita. Tentang fatamorgana, tentang realita, tentang semesta,
tetang mayapada, tentang masa, tentang hati yang selalu terluka. Tentang hari
ini yaitu ‘sebuah pertanda’. Masih ada tanda tanya, yang terus saja menggayuti,
apakah esok akan jadi milikku..?”
Pemuda itu duduk menghadap Mas
Thole, menundukkan kepalanya tidak berani menatap wajah Mas Thole. Matanya terlihat liar kesana kemari. Entah keresahan apa yang
menyusup kedalam batinnya. Mas Thole merasakan hawa yang tak bisa, maka
seketika energi kesadarannya bergerak melindungi hati, kemudian bergerak ke
dada, pundak, punggung dan menjalar keseluruh tubuhnya. Energi itu bergerak
cepat sekali melindungi, sepertinya Mas Thole tengah dipakaikan baju besi Iron
Man. Rtt.rrt...klek..klek. Baju 'besi' energi terpasang sudah badan Mas Thole, serasa
menebal, pundak terangkat, dan dada membusung. “Hmm..Banyak Wide menangkap sesuatu yang tak wajar rupanya”.
Begitulah batin Mas Thole, maka dibiarkan saja energi tersebut meliputi
tubuhnya.
Pemuda tersebut terlihat sangat
terpaksa mengangkat wajahnya, sedikit diangkat dagunya, memandang Mas Thole,
seperti mencuri pandang. Setelah itu dia
menunduk kembali, kemudian terdengar pemuda
tersebut berkata lirih, “Pak apakah yang
dituliskan di blog tentang sosok yang meminta darah perawan, saat itu bapak
sedang menulis tentang diri saya. Sebab sudah 2 minggu ini, seperti ada sesuatu
dalam diri saya, yang terus meminta darah perawan, dan tanpa sadar diri saya
melakukan itu dalam kesadaran saya. Kenapa yang bapak tulis, bisa persis sekali
seperti yang saya alami”. Pemuda itu berkata lirih, terbata dan sepertinya
sangat takut sekali mengatakan hal itu kepada Mas Thole. Mas Thole terlihat
menghela nafas, menatap tajam kepada pemuda tersebut, yang semakin dalam menundukkan
kepalanya dalam-dalam.
Patih Nambi yang kebetulan sedang
bertamu saat itu, terlihat seperti tengah menahan gejolak dadanya. Sejak
kedatangan pemuda tersebut memang Patih Nambi
terlihat tidak tenang, seperti ada yang mengganggunya. Terlihat Patih
Nambi bangkit dari tempat duduknya, terbatuk sebentar, dirasakannya ada sesuatu
hawa yang mendesak keluar. Hawa dari sosok
yang berada di dalam pemuda tersebut telah menghantam dadanya, maka
tanpa dapat ditahan Patih Nambi berlari keluar, dan diluar sana Patih Nambi
mutah berkali-kali. Mas Thole berusaha melihat dari ekor matanya, mata batinya
mengatakan bahwa Patih Nambi tidak apa-apa. Maka kembali dialihkan pandangannya
kepada pemuda tersebut. Mas Thole jadi teringat, waktu sebelum pemuda tersebut
datang, saat sedang berbincang dengan Patih Nambi, belum sampai satu jam
pembicaraan, Mas Thole diserang kantuk yang sangat hebat. Padahal siang minggu
(22/9) ini begitu panasnya. “Kantuk yang
sangat aneh”. Batin Mas Thole. Berkali Mas Thole berusaha mengusir rasa
kantuknya.
Mas Thole memang baru saja mandi
siang itu, “apakah karena habis mandi
sehingga kantuk meneyrangnya” . Hawa kantuk yang dikenalnya, bisa datang
dari sosok ghaib yang berusaha mengambil alih kesadaran. Namun tidak mungkin
jika dari Patih Nambi. Maka Mas Thole berusaha lagi mengusir rasa kantuknya
itu, dimasukinyalah rahsa kantuknya. Maka sejenak Mas Thole berada di dalam
rahsa kantuknya sendiri. Mencoba mengamati sebab apakah rahsa kantuk tersebut
terjadi. Dari dlaam Mas Thole mencoba keluar perlahan meliputi rahsa kantuk itu
sendiri. Terasa kepala sudah mulai agak nyaman, namun mendadak saja Mas Thole
seperti terserang flu, ada hawa yang ingin keluar dari badannya. Hawa-hawa
setan, Mas Thole mengenali itu. Dan tidak begitu lama kemudian datanglah pemuda
tadi, bersama kedua temannya. Begitu masuk nampak sorot mata yang tak biasa,
Mas Thole kenal sekali tatapan mata seperti itu. "Hmm..rupanya merekalah yang menyebabkan rasa kantuk tadi, begitu hebat". Batin Mas Thole. Namun Mas Thole berusaha biasa
saja, entah makhluk apa saja yang berada disana, belum lagi dibelakang pemuda
tadi, makhluk-makhluk antah barantah, ribuan jumlahnya berbaris rapi diluar
sana. “Ugh..siang hari bolong, mau apakah
semua kesini”. Itulah tadi Mas Thole membatin sebelum pemuda itu bertanya.
Mas Thole kembali fokus kepada pemuda yang di depannya, dia sengaja tak menjawab
pertanyaan pemuda tersebut. Terlihat dia mengambil sikap meditasi, dia diam hening sejenak. Perlahan kesadarannya menembus alam
ghaib, membersihkan makhluk-makhluk yang sudah mulai memasuki rumahnya.
Dipanggilnya pasukannya dari Merapi, Lawu, Pajajaran, dan Sriwijaya, juga
beberapa dari lainnya. Kemudian mata batinnya menerobos memasuki kesadaran
pemuda tersebut, terus memasuki hingga dia dapat beretemu dengan sosok yang
menghuni raga pemuda itu. Dengan menggunakan energi kesadarannya, dilemahkanlah
sosok tersebut. Ada sosok yang terlalu jahat sudah dia lemparkan kembali ke
dimensi asal makhluk tersebut. Kira-kira seperminuman teh hal itu dilakukan Mas
Thole. Kemudian dia membuka mata dan berkata kepada pemuda tersebut, “Katanya mau menantang Sabdo Palon, sekarang
suruh keluar makhluk yang ada pada ragamu, lawanlah jika dia mampu”. Kalimat
yang entah darimana datngnya, yang jelas bukan Mas Thole yang ingin mengatakan
hal itu. Pemuda tersebut seperti diam sejenak, dan kemudian berkata lirih, “Dia minta ampun-minta ampun, tidak berani
melawan”. Sebab dia melihat ribuan pasukan Sabdo palon sudah mengepung
dirinya. Sebelumnya memang dia
semangat sekali ingin menghancurkan Sabdo Palon, jika tidak nyawa pemuda itu
akan dihabisi.
Mas Thole kemudian menghela
nafas, kelihatan sekali nada getun dalam suaranya, “Kamu hanyalah perantara, untuk menunjukan kehadiran Kalagemet bahwa memang
benar-benar ada, sebagai penanda masuknya jaman ‘goro-goro’, dan kamu
memang menghisap darah perawan, tapi itu
hanya sementara, kamu hanya dijadikan alatnya saja, sementara energi dari darah
perawan itu mengalir kepada Kalagemet, dan kamu sekarang kesini untuk menjadi
bukti bahwa apa yang ditulis Mas Thole adalah benar adanya”. Selesai
berkata begitu, Mas Thole meminta patih nambi untuk menuntaskan membersihkan
raga pemuda tersebut dan meerka berdua masuk ke dalam kamar. Mas Thole pergi
mengambil air wudhu, untuk sholat dhuhur.
Ada rahsa perih dan sakit di dada
Mas Thole mengatakan hal ini, sungguh dia tak pernah mengerti, dia hanya
menulis dan menulis saja, sebagaimana daya dorong yang memerintahkan dirinya
untuk menuliskannya, dia tidak pernah mau, jika apa-apa yang ditulisnya,
benar-benar terjadi. Maka harus bagaimanakah dirinya, senang, bangga, prihatin,
atau seperti apakah ?. Ingin rahsanya dia ucap selamat jalan kepada kebodohan
dirinya yang mau saja menuliskan kisah-kisah seperti ini. Apakah yang
didapatkannya ?. Kebanggaankah ?. Materikah ?. Tidak..tidak semua itu. Hanya
sakit di raga, sakit di jiwa, sakit di rahsa, dan pelbagai sakit lainnya, yang
tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, sepertinya rahsa mau mati mungkin
rahsa itu yang paling mendekati apa-apa
yang dialaminya itu. Lantas kalau begitu motif apakah yang mendorongnya
sehingga dia tetap menuliskan lagi, dan lagi..?. Mas Thole berkaca-kaca,
menyoal ini. Diluar sana ada banyak sekali Mas Thole lainnya yang mengalami
kejadian yang sama. Tidakkah kita selayaknya saling mengkhabarkan ?.
Hitam kini
mulai angkuh,
Kesadaran
kini mulai rapuh,
Hasrat kini
mulai runtuh,
Hitam gelap, energi yang terus membombardir alam,
banyak yang menyasar ke rumah Mas Thle dan mungkin juga kanan kirinya. Energi yang
menyerupai arwah penasaran, dan semalam entah berapa ribu datang
menyambangi, dalam alam kesadaran, wajah mereka yang menyeramkan,
dingin, dan telengas, nampak jelas sekali di mata, entah mengapa mereka bisa
masuk ke dalam rumah yang sudah dibentengi. Mas Thole mengetahui keadaannya namun sengaja
membiarkan saja tidak terpancing oleh mereka. Dia ingin hening, tidak ingin bersiteru dengan golongan mereka. Secara perlahan mereka meninggalkan rumah Mas Thole. Bagaimana Mas Tjole memiliki keinginan melawan
mereka, beberapa hari ini dia merasa tidak memiliki keinginan, bahkan untuk
sekedar membangkitkan tenaga saja, rahsanya enggan sekali. Mengapa Mas Thole
begitu ?.
Kejadiannya semenjak tetangga sebelah rumahnya persis terkena energi negatif, sosok hitam besar sekali mkerasuki tubuh anak ini, dan hingga sampai saat sekarang ini Mas Thole tidak mampu mengembalikan kesadarannya. Kalau begitu, bagaimanakah dirinya akan mampu melawan sosok lainnya, jika satu dua sosok saja dia tak mampu berbuat apa-apa. He eh. Patih Nambi juga sudah berusaha membantu, bahkan nyaris dia terkena serangan ghaibnya. Jika Mas Thole tidak segera membantu. Energi yang belum pernah dikenali. Leluhur anak tetangga tersebut dari Toraja, dan Mas Thole tidak mengenal leluhur-leluhur mereka. Maka Mas Thole hanya menyarankan agar anak tersebut di bawa ke Rumah Sakit Jiwa, dan Istri Mas Thole sudah menghantarkan anak tersebut ke dokter jiwa. Hati siapa yang tidak sakit, mendapati ini hanya fenomena gunung es saja.
Kejadiannya semenjak tetangga sebelah rumahnya persis terkena energi negatif, sosok hitam besar sekali mkerasuki tubuh anak ini, dan hingga sampai saat sekarang ini Mas Thole tidak mampu mengembalikan kesadarannya. Kalau begitu, bagaimanakah dirinya akan mampu melawan sosok lainnya, jika satu dua sosok saja dia tak mampu berbuat apa-apa. He eh. Patih Nambi juga sudah berusaha membantu, bahkan nyaris dia terkena serangan ghaibnya. Jika Mas Thole tidak segera membantu. Energi yang belum pernah dikenali. Leluhur anak tetangga tersebut dari Toraja, dan Mas Thole tidak mengenal leluhur-leluhur mereka. Maka Mas Thole hanya menyarankan agar anak tersebut di bawa ke Rumah Sakit Jiwa, dan Istri Mas Thole sudah menghantarkan anak tersebut ke dokter jiwa. Hati siapa yang tidak sakit, mendapati ini hanya fenomena gunung es saja.
Alam yang tidak sebagaimana biasanya, situasi yang sangat
rumit sekali, gejolak alam tidak mampu lagi diprediksi, tanda-tanda alam
menjadi semakin rancu dan susah di pahami. Hal yang sama dikatakan juga oleh
Patih Nambi, sekarang ini alam seperti tertutup, tidak memberikan isyarat
apa-apa, jika kita memaksa menembusnya untuk mengetahui keadaan, maka hanya
kebingungan saja saat berada disana. Keadaannya kita seperti di alam perbatasan
dua dunia, tiada keinginan, tiada kehendak, adanya kemalasan, sekedar rahsa ingin saja tidak dipunya. Patih Nambi juga mengatakan hal yang sama. Energinya
sekarang lemah sekali, entah sebab apa dia juga tidak mengerti. Badan terasa selalu
sakit semua, pegal-pegal. Entah sampai kapan semua ini terjadi.
Entah kenapa, semalam Ki Ageng juga menghubungi Mas
Thole, menceritakan keadaan yang sama, namun dia terkena serangan itu saat
setelah membaca kisah di blog yang terakihr, Kisah Menjejak Jejak Para
Bidadari. Hampir seharian dia diserang energi yang membuatnya apatis, tidak
memiliki keinginan, kehendak, apalagi semangat untuk hidup. Semangatnya nyaris
terbang, untunglah anaknya membantunya, dengan memberikan stimulasi, sehingga
Ki Ageng, memiliki semangat dan keinginan lagi. “Apakah menjadi kesatria itu mudah ?”. Berat, sungguh berat, dan sangat
berat sekali. Sebab menjadi kesatria, berarti dia harus mampu meniadakan
dirinya, maka jika dia melempar,
sesungguhnya Allah yang melempar, jika dia membunuh sesungguhnya Allah yang
membunuh. (Hadist Qudsi). Siapakah yang mampu seperti itu !. Dia
berkata-kata tidak dengan nafsunya. Dia menjadi tiada dalam nama-Nya. Sanggupkah kita meniadakan ego kita ?.
Sanggupkah kita mengatas namakan nama-Nya ?. Sungguh, kita akan selalu
meng-atas namakan diri kita, dalam setiap kebaikan yang kita lakukan dan
menisbatkan kepada takdir saat mana keburukan menimpa. Karena kelemahan kita
itulah, kita harus belajar kesana, dalam kebodohan diri.
Memasuki jaman kalabendu, masihkah kita bertanya,
masihkah ada pertolongan selain-Nya. Hanya ada Allah. Tetapilah keadaan ini,
jangan kita keliru lagi, sebagaimana saudara-saudara kita terdahulu, saat mana
atlantis di tenggelamkan.
Mungkin aku telah keliru mencoba
melupakan Nya
Kalah dengan semua suara-suara yang
menghujat
Walau jauh di dasar hati masih aku simpan
senyum Nya
Bagaimanakah? Harus bagaimana?
Biarlah aku diam di tengah gelombang
Aku tunggu tetesan embun, kuhirup sampai
tuntas
Bayang melompat-lompat, bermain dalam
fikiran,
bermain dalam impian (by Ebiet G Ade)
Namun aku berusaha dan tetap berusaha
dalam keyakinan, berada dalam ruang ampunan-Nya.
wolohualam
Kidung alam saudaraQ...
BalasHapusQ juga merasakan hal yg demikian...
Kemarin ,,,minggu mlm senin setelah sholat magrib...Q berdzikir dadaQ terasa panas & sesak,,,membwatQ terbatuk2 & mual2 ...
BadanQ jd lemas...
Seperti ada pasukan pengintai mengelilingi rumahQ...
pertanda apakh ini yg tdk lazim bagiQ...
Slm kasih & sejahtera Kidung alam saudaraQ...
Saudaraku sang sabranglor ...
BalasHapusTelah diulang dan dijelaskan dalam tulisan demi tulisan disini..
Sedemikian jelas dan gamblang..
Tentulah mampu kau fahami maknanya..
Masuki rasa sebelum ini menjadi kalimat
Masuki ruh yg bicara dalam tulisan ini
Semua ada dalam dirimu
Rasakan hatimu
Masuki hatimu
Masuki dalam keheningan..
Masuki kesenyapan abadi
Masuki rasa abadi
Sebelum menjadi rasa..
Sebelum menjadi persepsi...
Maka akan terasa beda sang aku dan lainnya
Maka akan terasa bila ada yg menyusup dlm diri..
Maka terasa bila ada virus..
Rasakan...
Dan kau sendiri tahu..karena ini sebelum menjadi kata...
Bila resah masuki resahmu
Bila malas masuki malasmu
Bila kantuk masuki kantukmu
Masuki rasamu
Fahami sebelum membentuk rasa
Salam sejahtera..
Yg ada
Kidung Alam saudaraQ
BalasHapusterimakasih
maafknlh ats kebodohan & ketdk tahuanq
slm kasih/sejahtera... Wassalam
Pesan Kidung Alam adalah pesan yang sama yang selalu disampaikan para utusan utusan Allah di muka bumi ini...sebuah pesan yang kekal abadi...menjadi harta tersembunyi setiap manusia yang selalu dikabarkan untuk dimasuki....di sana adalah ruang yang meliputi semuanya....layar semesta yang yang terkembang menjadi tempat cahaya permainan kehidupan di dunia....temukan layarnya....maka semua permainan cahaya warna warni dunia akan menjadi indah apapun bentuk warna dan suaranya...
BalasHapusBersungguh-sungguhlah...maka Kami akan menunjukkan jalan jalan Kami....istiqomah...berjuang....sehingga menemukan rasa di atas rasa....
Subhanallah...salam hormat dan kasih sayang saya terhadapmu Kidung Alam, Sabranglor, Mas Thole, dan seluruh Ksatria lain yang berjihad di jalan Allah.
Semoga rahmat, berkah, dari Allah selalu menyertai kalian dan keluarga kalian. Amiiiin.....
Doakan saya juga...
Wallohualam
amin allahumma amin...
BalasHapusYaa robbal alamin...
Terimaksh doanya Anonim saudaraQ...
Smga kau juga senantiasa dilimphkan taufik,..rahmat,ridho serta hidayahnya...amin allahumma amin...yaa robbal alamin...
Slm kasih&sejahtera saudaraQ Anonim...
Wassalam
allahu akbar allahu akbar allahu akbar, serentakkah angin lautan serta gunung? Serentak sebumi apa sejagat?
BalasHapus