Kisah Spiritual, Jalan Api Menuju Neraka


Dalam gelap pikirannya, Mas Thole berusaha mengkisahkan bagian ini. Bagian yang tidak ada apa-apa, namun jsutru akan merubah menjadi apa-apa. Jika saja dirinya salah dalam memaknai, maka sisi spiritualnya akan hilang, sebagaimana debu yang terbang dibawa angin. Hilanglah jiwa Mas Thole berganti dengan jiwa lainnya. Garis batas yang tak terlihat telah ditembus oleh Mas Thole. Dua sisi perbatasan surga dan neraka. Materialis dan spiritualis. Kafir dan beriman. Kaki Mas Thole sudah berada di tengah-tengah. Kanan berada di ruang zona beriman dan kaki kiri telah berada di zona  kafir. Sementara kesadarannya kosong saja. Tanpa ada referensi sama sekali. Hilang rasa empati, ego diri begitu kuat, masa bodoh, dan hawa-hawa setan sepertinya berusaha menariknya ke zona mereka. Dia berusaha melawan dengan  menidurkan dirinya. Berusaha menyibukkan dirinya dengan melakukan posting diskusinya dengan Ki Ageng. Sayang justru semakin menambah suasana tidak nyaman. Email Ratu Sima mengingatkan keadaan itu. Maka selekasnya posting tersebut diminta dihapus saja.

Betapa sulitnya keadaan dirinya, kosong tanpa rahsa, tanpa adanya rahsa empati yang biasanya meliputi hatinya. Sisi batin yang merindukan pagi juga tidak ada. Mengapa bisa demikian ini keadaannya. Mengapakah dengan dirinya. Pelajaran rahsa, pelajaran yang tidak semestinya begini. Dia sudah mengarungi perjalanannya yang intensif selama 13 tahun ini. Berjalan keseluruh pelosok negri, dibuangnya seluruh keinginan diri, mencoba menetapi diri ini. Menjadi manusia yang memiliki jatidiri. Sayangnya sungguh sangat mudah sekali, dirinya menjadi kafir. Tinggal melangkahkan kaki, yah semudah itu. Lantas apakah yang dicari tidak akan sia-sia ?. Ki Ageng mencoba menemaninya di pagi ini. Dia telpon mengingatkan bahayanya keadaan dirinya itu. Sebab sebagaimana aliran air atau aliran listrik, jika tersumbat di Mas Thole maka kesatria lainnya juga akan mengalami turbulensi yang sama. Kita semua satu kesadaran, sehingga jika berkepanjangan akan mengakibatkan yang lain akan terseret-seret. Demikian Ki Ageng mengingatkan. Ada sedikit pencerahan disana. Karenanya Mas Thole memaksakan diri mengkisahkan ini. Ada rasa bersalah kepada Ratu Shima, Mas Thole bisa merasakan kemarahannya. Semoga saja nanti dia mengerti, sebab itu bukan dirinya. Sebab itu semua adalah bagian dari pembelajaran, agar kita mengenali keadaan jiwa kita sendiri.

Satu hal sekarang Mas Thole paham dan mengerti karakter Iblis dalam dirinya. Manusia selalu memusuhi Iblis dan membenci karakternya. Tetapi manusia lupa bahawasanya Iblis adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sifat mansuia itu sendiri. Mas Thole menyadari itu, betapa mudahnya dirinya melangkahkan kaki mengikuti Iblis/ Ya, semudah dirinya membalik telapak tangannya. Namun sebaliknya betapa beratnya manakala dirinya ingin tetap dalam keyakinannya yang satu. Keyakinan kepada Tuhannya. Sungguh aneh sekali. Dengan keadaannya ini Mas Thole juga jadi mengerti mengapakah al qur an banyak menyebutkan ahli kitab, orang –orang berilmu, dan para penguasa yang kaya dan jaya. Mas Thole sekarang paham sebab mengapanya. Ketika manusia memiliki ilmu pengetahuan, misalnya ahli hukum. Maka ada rasa 'tahu 'yang hebat menguasai dirinya. Rahsa 'tahu' itulah yang kemudian mengaburkan kesadarannya. Rahsa thu itu,  mampu melihat celah-celah kelemahan ilmu hukum. Maka dengan sadar dirinya mempermainkan hukum ada rahsa bangga manakala dirinya mampu mempermainkan hukum seenaknya. Disinilah manusia berada pada zona sifat Iblis itu sendiri.

Begitu juga manakala seorang ahli kitab, ahli agama, ahli syariat, hakekat, atau makrifat. Sama saja keadaan diri mereka. Manakala rahsa tahu sudah meliputi diri mereka, manakala mereka tahu semua ilmu bahkan hal-hal yang menyusun kaidah-kaidahnya. Saatnya dirinya akan tergoda untuk mempermainkan ilmu itu sendiri. Bisa membodohi orang lain dengan ilmu yang dimilikinya akan menjadi suatu kebanggaan. Hati mereka tidak sama dengan apa yang diucapkannya. Ilmu bagi mereka hanya untuk memuaskan nafsu dan ego mereka sendiri. dan Mas Thole sudah merasakan bagaimana keadaannya itu.  Sekarang Mas Thole mengerti siapakah Iblis itu. Iblis ternyata tidak seperti yang kita sangkakan kepada dirinya. Iblis tidak bersembunyi di lobang-lobang gelap, dia tidak berwujud sebagaimana penggambaran mansuia. Iblis adalah makhluk intelektual kelas tinggi. Iblis memiliki kecerdasan, Iblis memiliki kesadaran yang luar biasa. Namun dengan kemampuannya ini Iblis memiliki sifat senang mempermainkan kebodohan orang lain. Hmm..nyatanya menjadi Iblis juga tidak mudah. Harus memiliki banyak ilmu terlebih dahulu. Tanpa ini kita akan sulit masuk ke dalam rombongan Iblis. Jamaah Iblis adalah golongan orang-orang yang memiliki intelektual tinggi. Kepada kaum berilmu, ahli kitab, dan penguasa,inilah sasaran pengikut  Iblis. Orang yangdisegani dan memeiliki pengikut, jika sudah masuk golongan Iblis, dengan sendirinya pengikut-pengikut dibawahnya akan juga ikut. Mudah saja logikanya.

Dengan mengenali dan belajar bagaimana Iblis, sedikit banyak kita akan mengerti bagaimana mekanismenya Iblis menyusup ke dalam diri kita. Nyatanya dia hanya akan menyusup kepada orang-orang berilmu. Sementara setan akan menghasut kebanyakan manusia biasa. Bahkan tidak jarang kita hanya dimasuki sekelas wewe gombel dan hantu jejadian saja. Iblis berada di puncak piramida kekuasaan manusia. Berada di puncak ilmu pengetahuan manusia dan juga kesadaran manusia. Iblis berada dibalik bayang-bayang mansuia itu sendiri. Dia bersembunyi sebagaimana bayangan kita sendiri. Dia akan masuk manakala cahaya matahari tepat diatas kepala kita. Antara titik inilah Iblis akan menjelma menjadi diri manusia itu sendiri. Ketika kesadaran kita berada tepat diantar matahari dan bumi dalam koordinat jam 12. Itulah perumpamaannya.

Disaat itulah kita akan sulit membedakan manakah diri kita dan manakah Iblis dalam jiwa kita. Sebab kita sudha tidak memeiliki bayang-bayang lagi. Selangkah lagi kita akan menghilangkan bayang-bayang kita untuk selamanya. Manusia tanpa bayang-bayang adalah Iblis itu sendiri. Inilah pemahan Mas Thole, yang harus ditebusnya dnegan sangat mahal sekali. Empati dan rahsa spiritualnya hampir habis tersedot bayang-bayang yang akan masuk ke dalam dirinya sendiri. Tidak ada referensi dan sensasi rahsa yang dia punya. Kakinya sudah ditengah-tengah dianatar surga dan neraka.

Pambayun sejak kemarin malam mencoba melakukan kontak dengan Mas Thole, entah mengapa dalam hati Mas Thole tidak ingin menanggapinya. Keadaan Mas Thole tengah berada di jalan api menuju neraka. Apa peduli dirinya dengan semua yang sudah dijalaninya. Mas Thole hanya manusia biasa. Dia pun begitu tertatih-tatih menerima pengajaran-Nya. Semua kesatria da;lam posisi yang sama. Mengalami pengajaran dari Tuhannya. Dan semua berat keadaannya. Maka oleh karena itu, walau Mas Thole lebih dahulu memasukinya, tidak berarti Mas Thole tidak mengalami itu. Itu semua anggapan yang salah atas dirinya. Tidak ada satupun makhluk yang luput dari pengajaran-Nya. Dan semua manusia akan senantiasa berat dalam menerima pengajaran dari-Nya. Sebab pengajaran dari Allah akan selalu menelanjangi diri kita. Allah tahu siapakah hakekat diri kita.

Kita senantiasa merasa sudah dalam makom ini itu. Kita sudah melakukan klaim bahwa kita sudah khusuk, sabar,tenang, dsb  bla..bla. Tunggulah Allah akan menunjukkan siapakahsejatinya  kita itu. Melalui pengajaran Allah kita kemudian tahu, ternyata kita masih mudah tersinggung, masih mudah marah, hanya karena satu dua tulisan, kita kemudian murka. Bahkan melontarkan kata-kata pedas lainnya. Itulah hakekatnya keadan diri kita. Maka jika tidak karena beloas kasihan Allah kita tidak akan mungkin mampu lulus dari pengajaran-Nya. Karenanya kita terus diminta untuk selalu rendah hati, selalu menggnatungkan  drinyahanya kepada-Nya.

Inilah keadaan diri Mas Thole, Allah sedang mengajari dirinya. Pengajaran yang menjadi bukti bahwa dirinya bukan apa-apa, bukan siapa-siapa. Spiritualnya selama 13 tahun ini tidak berarti apa-apa manakala diuji dengan hal yang sepele ini. Kesadaran adalah milik Allah akan kembali kepada Allah, manakala kita mengangkanginya, tunggulah efek paradoksal akan bekerja kepada diri kita. Kita dimohon ikhlas, kita diminta senantiasa berserah. Apapun yang datang kepada kita, baik itu lewat tulisan, lewat perkataan dan lewat apa saja, istri suami dan juga lainnya. Jadikan sebagai pembelajaran, untuk mengetahui keadaan jiwa kita ini. Adakah kemarahan tersembunyi, adakah kebencian tersembunyi, adakah rahsa bangga berlebih, dan lain sebagainya. Mas Thole tersadar kesalahannya, belum saatnya diirnya membuka portal antar dimensi. Bleum waktunya di buka smeua informasi alam semesta yang kemduian akan dia gunakan untuk maksud keperluan duniawinya. Dia harusnya menunggu, alam memeberiokan intruksi kepadanya.

Kini dirinya didera rahsa sensitive yang akut, rahsa marah, rahsa ego, semua rahsa yang menyiksa dirinya. Kesalahan yang dirahsanya sangat tipis nyatanya membawa efek luar biasa. Sungguh pengajaran yang berat beberapa hari ini. Hilang empati dirinya, sebagaimana kehilangan jatidiri manusianya. Sungguh betapa berat keadaanya kali ini. Dan anehnya rahsa itu seperti tersapout kulit yang tipis, kosong saja. Namun akan bagai ombak ganasnya manakala ada stimulant. Jiwa akan bergejolak, inginnya jiwa merespon dengan segala dayanya, membalas agar semua tahu bahwa dirinya tidak bisa dianggap remeh. Ugh..begitu tipiskah selaput kafir dan beriman. Mas Thole mengeluh. Perjalanan spiritualnya akankah berakhir disini. Betapa berat diirinya mengingat kembali, perjalanan spiritual Ayahnya, perjalanan yang juga dilakukannya sendiri. Memaknai dualitas, memaknai Yin dan Yang. Perputaran energy yang akan melibas kesadaran diri kita. Mas Thole kembali dalam penyadaran, dia sesungguhnya hanya mengkahbarkan apa yang dialaminya. Dia tidak memiliki kemampuan apa-apa, bahkan menolong dirinya pun dia tidak bisa. Berharap yang lain dapat memaklumi keadaannya. Maka tetapkanlah diri kita masing-masing hanya memohon pertolongan kepada-Nya. Sesungguhnya semua makhluk hanya memohon kekuatan kepada-Nya, biarpun jin, manusia atau bahkan Iblis itu sendiri.

Kesadaran Mas Thole seperti sejenak berada di dimensi akherat, dirinya seperti sedang diperebutkan antara Iblis dan malaikat. Jiwanya hendak diambil oleh Iblis.   “Dia (iblis) berkata: “Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? ..dst ”. (QS. 17:62)

Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, (QS. 38:82)

Kemudian KAMI berbisik lembut; “Dan tidak adalah kekuasaan iblis terhadap mereka, melainkan hanyalah agar Kami dapat membedakan siapa yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat dari siapa yang ragu-ragu tentang itu. Dan Tuhanmu Maha Memelihara segala sesuatu.” (QS. 34:21)

Kesadaran Mas Thole seperti tersiram air dingin seketika. Tidaklah ada kekuasan Iblis kepada kita, kecuali kita sendiri yang dengan sadar mengingnkannya, sebab ada rahsa nikmat disana. Perasan senang melihat kebodohan orang lain, sensasi yang aneh saja. Inilah kenikmatan bagi para pengikut Iblis. Iblis adalah sitem seleksi yang dibuat untuk rekruitmen mansuia-mansuia terpilih yang akan ditugaskan di alam semesta. Manusia ruhani harus teruji kemampuan dan keyakinan dirinya. Kondisi yang sama sebenarnya juga sempat dialami Ki Ageng, berikut WA yang akan disajikan melengkapi kisah spiritual ini. Untuk menjadi pembading kisahnya saja. Bagaimana keadaan diri manusia manakala tengah berada di jalan api menuju neraka.
====

Kemarin kondisinya sama dan dibantu  yaitu menghubungkan akal dan hati. Jiwa dan akal itu seperti dalam tabung cahaya tak tembus. Tabirnya itu adalah range negatif dan berupa cahaya juga. Semacam model atom dengan proton positif dan lingkaran energy negatif elektron. Perputaran elektron inilah energy negatif yg melindungi positif agar berada pada tempatnya dan ikatannya. Perputaran elektron ini seumpama permukaan bola dan berlapis-lapis tergantung lingkaran energynya. Perputaran elektron ini juga jangan dibayangkan sama persis seperti permukaan bola. Bisa seperti permukaan balon yg berubah-ubah bentuknya. Gerak elektron bebas inilah energy alam. Inilah gerak pasangan jiwa. Inilah perputaran negatif. Inilah cahaya. Elektron bergerak dg kecepatan cahaya. Maka justru yg bergerak di alam cahaya (negatif?). Namun justru adanya negatif inilah yg membuat gerak energy positif. Bersyukur sekarang ada banyak negatif energy di alam. Maka kita seharusnya mudah menggerakkan atau membangkitkan energy dari potensi energy.

Saya tdk tahu sedang nulis apa nih?.  Bingung saja... nulis apa yg terlintas... dlm paradoks.  Seumpama air mengalir dr tempat tinggi karena adanya tempat yg rendah. Bersyukur ada tempat rendah. Seperti dr panas ke dingin. Dsb... potensi energy.  Potensi energy... potensi energy...potensi energy... energy kesadaran. Ada dalam kesadaran diri. Begitu banyak yg negatif di luar maka meskipun kesadaran belum terlalu positif namun energynya bisa sudah sangat luar biasa. Karena tak banyak yg yakin maka kekuatan yg yakin itu luar biasa.  Begitu banyak yg tdk sadar maka yg sadar itu sudah lbh dr cukup.  Satukan dlm gerak yinyang positif negatif. Hakekat positif dan negatif sama sama. Tergantung arah kesadaran. Tujuan kesadaran. Energy tetap energy.  Hakekatnya sama saja. Adanya positif krn ada negatif. Tergantung posisinya. Energy itu ada bagi yg mengamati. Tetapi tdk ada bg yg lain. Informasi itu tersebar dan tersedia luas bg yg mau mengakses tetapi bg yg tidak?.  Energy itu tidak ada bila kita merasa tidak ada. Tetapi ada bila kita yakin ada. Bisa besar bila kita yakin besar dan kecil bila merasa itu kecil. Semua itu adalah potensi. Kemungkinan ada. Ketika yakin ada. Kesatuan akal dan hati untuk meyakini ada.

Maaf tulis apa adanya. Energynya antara ada dan tidak ada. Antara positif dan negatif. Antara nyata dan tidak nyata. Antara saya yg nulis dan bukan saya yg nulis. Diantaranya terbolak-balik. Jadi maknai saja sendiri dan jangan tanya saya dahulu sekarang. Karena sy sendiri ngga ngerti. Antara sangat ingin menulis dan tidak ingin. Antara mengerti dan tidak.  Antara positif dan negatif. Seperti koin mata uang.. atau seperti Yin-Yang. Energy kesedihan adalah sama dg energy kegembiraan hanya salah posisi jiwa sang pengamat. Energy kebencian adalah sama dengan energy cinta hanya salah posisi jiwa sang pengamat. Energy negatif adalah energy positif bila pengamat berada di lebih negatif. Masuki alam kesadaran sebelum memiliki persepsi negatif positif. Semua hanya informasi. Semua hanya data. Semua adalah kumpulan program. Kumpulan scenario kehendak. Sebuah rencana
.
Memasuki alam kehendak tidak bisa dengan kehendak. Karena nantinya yg ada hanyalah kehendak diri. Tapi tanpa kehendak tidak bisa memasuki alam kehendak. Maka masuk ke dimensi cahaya. Cahaya adalah pembawa energy seumpama cahaya matahari membawa energy panas. Mampu membakar. Tetapi juga mampu menghidupkan tanaman.  Cahaya membawa energy tetapi tdk terpengaruh energy. Tak terbakar oleh panasnya. Mengapa?.   Krn cahaya berada di dimensi beda. Dia adalah gelombang tapi juga materi. Dia juga energy. Entah apa tapi nyata.

Tadi malam diberi pengajaran dlm mimpi. Tentang apa yg saya tuliskan ini. Dalam jawa ini disebut... sastra jendra hayuningrat pangruwating diyu. Dalam Islam disebut tadzkiyatun nafs. Di jawa istilah ini masih sakral suci dan mistis serta luar biasa. Sayang di Islam sudah kosong tak bermakna apapun.  Di jawa sudah hampir tidak ada yg bisa. Di Islam sebaliknya semua orang merasa bisa. Sy jelaskan perlahan. Di jawa berharga spt berlian langka sehingga tdk ada yg bisa mendapatkannya. Di Islam menjadi kerikil yg tdk dilihat dan dianggap biasa saja. Semua bisa mengambilnya. ia bisa menjadi berlian dan bisa pula spt kerikil. Dia adalah kerikil dan berlian tergantung yg memegangnya. Bisa menjadi kerikil dan bisa menjadi berlian. Leluhur jawa menempatkan istilah ini dlm simbol pewayangan.

Yaitu Seorang yg arif dan luar biasa namanya Begawan wisrawa yg diberi serat sastra jendra ini. Dan dia harus mengajarkan ke manusia. Dan yg pertama diajatkan adalah Dewi Sukesi. Dan akibatnya lahirlah anak pertama yaitu Dasamuka. Si sepuluh wajah angkara. Angkara murka atau keserakahan. Dalam islam nafs lawmamah atau cari istilah nafs ini. Setelah meruwat maka mulailah melahirkan jenis manusia baru yaitu malas tidur terus tetapi hanya nafsu kenikmatan tubuh yaitu makan.  Diteruskan meruwat lagi akan melahirkan anak yg gemar berburu ilmu dan kesaktian.  Dan kesemua itu masih berbentuk raksasa. Belum menjadi manusia..Terakhir barulah setelah meruwat jiwanya melahirkan manusia sempurna nafsun mutmainah. Yg sempurna dan mampu berhijrah saat ada kebenaran datang. Yaitu dari sang utusan. Sang pembeda. Kedatangan sang pembeda inilah yg ditunggu. Yg membedakan setiap nafs ini.

Keempat anak inilah hasil pengolahan jiwa dan inilah setelah mampu dibedakan. Inilah yg terlihat setelah memasuki tadzkiyatun nafs atau setelah meruwat diri dalam sastra jendra. Dan ketiga sifat jiwa ini tdk berbentuk manusia sempurna. Tetapi berbentuk raksasa.  Keempat anak inilah hasil olah spiritual kita. Dan selalu ada dlm diri kita dan kita yg membedakan.  Lambang atau simbol tadi malam. Kekuatan itu kekuatan kesadaran. Tapi harus mampu mendobrak dinding yg nyata. Dinding materi seperti beton. Dan ketika dinding itu rubuh. Ada semacam pedang atau keris. Namun pedang atau keris yg loyo atau lemas. Dan hanya bisa berfungsi dg kekuatan kesadaran.

Contoh nyatanya adalah kekuatan alat kemaluan (maaf). Fitrahnya loyo lemas. Namun dg kekuatan nafs dia bisa tegang dan menjalankan fungsi yg sebenarnya. Dan sebagai imbalan ada kenikmatan yg diberikan versamanya. Itulah lambangnya.  Kekuatan alat itu antara ada dan tidak ada. Antara sadar dan tidak sadar. Antara dikehendaki dan tidak. Antara dikejar dan tidak. Antara milik dan bukan. Ada pembatas yg nyata. Ketika sudah dipergunakan sbgmn fungsinya maka kekerasannya menghilang. Dimana posisinya?. Kesadaran adalah sang aku yg menjadi unsur dari KAMI. Itulah sang pembeda. Tanpa sang pembeda tak ada makna. Ketika berada dalam sang pembeda maka apa akibatnya. Karena akulah sang pembeda itu sendiri. Semua terbolak balik dan rancu.

Ketika berada dan menjadi cahaya adakah cahaya itu. Seumpama ikan berada di air dan mencari seperti apa air itu. Hanya ketika dia keluar dari air dia melihat air.  Hanya dengan mempertahankan hijab dan bolak balik diantara tabir hijab mampu melihat alam nyata. Tanpa hijab tak ada lagi dualitas.  Maka kita harus berada dlm dimensi cahaya dan biarkan ada hijab manusia untuk tetap berada dalam alam nyata. Sehingga mampu melihat cahaya dari luar yg membedakan. Dalam diri ada sumber cahaya dan ada penerima cahaya. Dan bisa nembedakan warna -warni cahaya. Dengannya semua akan nampak dan nyata. Demikian sebagian yg diajarkan melalui simbol dan lambang dlm mimpi.  Pesannya adalah proses bgmn alat nafs kita mampu tegang dan berfungsi. Bgmn prosesnya. Bgmn tujuannya. Dan seterusnya. Nanti akan difahamkan sendiri. Ini baru tingkat yg Dasamuka. Lalu coba dg metode yg sama untuk Kumbokarno. Dst...sampai ke wibisono.  Ingat kekuatan untuk itu tadinya tdk ada. Loyo. Lemas. Dan mendadak. Kaku tegang. Dan luar biasa. Demikian lambangnya. Itulah permisalan energy kesadaran.

Sdh dahulu. Energynya terlalu besar. Tdk sanggup. Slow down dulu. Nanti disambung kl sdh bisa.  Energynya ada dan mendadak hilang. On dan off. Sngt besar dan mendadak lenyap. Membuat gelagapan. Dikaitkan juga dg yg kita diskusikan kemarin yinyang. Dalam hitam ada putih. Dalam putih ada hitam. Dalam nafsu berahi ada tujuan kelangsungan hidup umat manusia misalnya. Demikian perlambang bg yg berfikir. “
====


Saat dituliskan ini, suara halilintar diatas rumah Mas Thole bersahutan. Akankah alam sedang membuka jalan baginya, 'Jalan Api Menuju Neraka'. Ataukah alam sedang peduli dengan keadaan dirinya ?. Alam kemudian meredup, suasana mendung menggayuti. Nuansa mistis terasa. Atau mungkinkah sudah mulai terbuka hijab pemikiran Mas Thole. Walohualam. Biralah esok yang menjawabnya. Dirinya hanya bisa berdoa, semoga ditunjukan jalan yang lurus. Amin

Komentar

  1. Kidung alamOktober 15, 2013

    Cahaya Merah: Sang Pembeda



    ketika kita akan “tergelincir” atau bergeser dari sumber, karena ada cahaya yang dikenal oleh sang pembeda,
    yaitu cahaya merah yang memberi warning, sebuah warna yang sangat mudah dikenali oleh SANG PEMBEDA.
    Cahaya ini seperti sinar api, misalnya api kesombongan, api kemarahan, kecemasan, kegelisahan, keresahan, keraguan, dll.

    Dalam Al Quran Allah bersumpah: "Demi cahaya merah di waktu senja".

    Mengapa dengan sumpah ini, ada apa dengan cahaya merah di waktu senja?.
    Saat apakah senja itu?, Semua orang pasti tahu, yaitu saat terbenamnya matahari, saat posisi kita ditinggalkan sumber cahaya atau tepatnya
    saat posisi kita meninggalkan sumber cahaya, yaitu matahari. Bagaimana kondisi yang menyolok saat senja.
    Yaitu cahaya merah!. Cahaya yang khas saat menjelang terbenamnya matahari. Awalnya cahaya ini sangat luas mengisi seluruh angkasa.
    Lalu mengecil sedikit demi sedikit tak terasa mengerucut dan mengecil di arah barat. Sampai akhirnya hilang di "ufuk barat".
    Cahaya merah ini sangat kuat, jelas, panas dengan intensitas sangat tinggi, menyengat. Jelas sekali.

    Ketika sumber cahaya tergelincir (matahari) hampir terbenam,
    Maka ada cahaya merah, yang merupakan warning.
    Tanda bahwa sumber cahaya ini akan segera terbenam. Hilang.
    Sebetulnya bukan sumber cahaya yang hilang, tetapi sang bumi yang meninggalkan
    sumber cahaya ini tetap memancarkan cahayanya setiap saat
    namun sang bumi sendiri yang tidak menghadapkan dirinya ke sumber cahaya.

    inilah sebuah pertanda bagi jiwa. yaitu jiwa yang telah meninggalkan sumber cahaya
    jiwa yang sedang tergelincir dan tenggelam, menghadapkan dirinya ke arah sumber cahaya yang lain
    meninggalkan sumber cahaya yang sejati, maka akan ada api yang menyebar di seluruh dada
    menguasai secara perlahan, kecemasan, kegelisahan, keresahan dan banyak ciri yang lain
    Sang Pembeda mampu mendeteksi dengan seketika saat jiwa meninggalkan arah yang benar
    saat jiwa tidak lagi menghadapkan kesadaran kepada Tuhan
    saat jiwa menghadapkan kesadaran kepada hawa nafsunya
    maka sumber cahaya Tuhan akan terbenam di "ufuk barat" jiwa kita.
    Jiwa yang sadar akan segera kembali menuju sumber cahaya yang benar
    Agar matahari selalu bersinar. Tentu saja membalikkan arah, menghadapkan kesadaran ke arah yang sebaliknya

    lalu menunggu dan mengamati agar matahari terbit, ketika ada cahaya keputihan di awal terbitnya matahari muncul
    maka teruskan dan teguhkan untuk menghadapkan ke arah yang benar ini
    maka perlahan-lahan dan sedikit demi sedikit matahari akan bersinar menerangi jiwa
    mendadak saja jiwa terang benderang, seolah semuanya menjadi jelas
    jiwa terbebas dari kesempitan, terbebas dari tekanan, terbebas dari kegelisahan dan semua rasa yang menyiksa
    jiwa dibebaskan dari penjara.
    Rasa yang dialami saat terbitnya "cahaya matahari" jiwa justru terasa sebagai sebuah kebalikan saat senja.
    Sebuah rasa yang sejuk seperti tetesan salju, yang berasal dari lokasi yang sangat jauh dan dalam sekali
    jauh di dalam jiwa yang meluas dan melebar, akhirnya semakin luas dan meluas menguasai "angkasa" jiwa
    bahkan menembus ruang dan waktu, sampai melampaui raga, menembus seluruh angkasa luas
    sebuah rasa tenang, teduh, nyaman, lega, damai, sejuk dan dingin yang melenakan dan menghanyutkan


    Jadi proses terbitnya sinar matahari pagi, justru sebaliknya dari saat senja. Ketika senja cahaya merah dari kondisi yang sangat luas lalu mengecil dan menghilang di satu titik
    maka saat terbitnya, seolah berasal dari satu titik lalu melebar dan meluas dan meluas sehingga akhirnya menerangi seluruh angkasa jiwa.
    .

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali