Kisah Spiritual, Jalan Api Menuju Neraka
Dalam gelap pikirannya,
Mas Thole berusaha mengkisahkan bagian ini. Bagian yang tidak ada apa-apa,
namun jsutru akan merubah menjadi apa-apa. Jika saja dirinya salah dalam
memaknai, maka sisi spiritualnya akan hilang, sebagaimana debu yang terbang dibawa
angin. Hilanglah jiwa Mas Thole berganti dengan jiwa lainnya. Garis batas yang
tak terlihat telah ditembus oleh Mas Thole. Dua sisi perbatasan surga dan
neraka. Materialis dan spiritualis. Kafir dan beriman. Kaki Mas Thole sudah
berada di tengah-tengah. Kanan berada di ruang zona beriman dan kaki kiri telah
berada di zona kafir. Sementara
kesadarannya kosong saja. Tanpa ada referensi sama sekali. Hilang rasa empati,
ego diri begitu kuat, masa bodoh, dan hawa-hawa setan sepertinya berusaha
menariknya ke zona mereka. Dia berusaha melawan dengan menidurkan dirinya. Berusaha menyibukkan
dirinya dengan melakukan posting diskusinya dengan Ki Ageng. Sayang justru
semakin menambah suasana tidak nyaman. Email Ratu Sima mengingatkan keadaan
itu. Maka selekasnya posting tersebut diminta dihapus saja.
Betapa sulitnya keadaan dirinya,
kosong tanpa rahsa, tanpa adanya rahsa empati yang biasanya meliputi hatinya. Sisi
batin yang merindukan pagi juga tidak ada. Mengapa bisa demikian ini keadaannya.
Mengapakah dengan dirinya. Pelajaran rahsa, pelajaran yang tidak semestinya
begini. Dia sudah mengarungi perjalanannya yang intensif selama 13 tahun ini.
Berjalan keseluruh pelosok negri, dibuangnya seluruh keinginan diri, mencoba
menetapi diri ini. Menjadi manusia yang memiliki jatidiri. Sayangnya sungguh
sangat mudah sekali, dirinya menjadi kafir. Tinggal melangkahkan kaki, yah
semudah itu. Lantas apakah yang dicari tidak akan sia-sia ?. Ki Ageng mencoba
menemaninya di pagi ini. Dia telpon mengingatkan bahayanya keadaan dirinya itu.
Sebab sebagaimana aliran air atau aliran listrik, jika tersumbat di Mas Thole
maka kesatria lainnya juga akan mengalami turbulensi yang sama. Kita semua satu
kesadaran, sehingga jika berkepanjangan akan mengakibatkan yang lain akan
terseret-seret. Demikian Ki Ageng mengingatkan. Ada sedikit pencerahan disana.
Karenanya Mas Thole memaksakan diri mengkisahkan ini. Ada rasa bersalah kepada
Ratu Shima, Mas Thole bisa merasakan kemarahannya. Semoga saja nanti dia
mengerti, sebab itu bukan dirinya. Sebab itu semua adalah bagian dari
pembelajaran, agar kita mengenali keadaan jiwa kita sendiri.
Satu hal sekarang Mas Thole paham
dan mengerti karakter Iblis dalam dirinya. Manusia selalu memusuhi Iblis dan
membenci karakternya. Tetapi manusia lupa bahawasanya Iblis adalah bagian yang
tidak terpisahkan dari sifat mansuia itu sendiri. Mas Thole menyadari itu,
betapa mudahnya dirinya melangkahkan kaki mengikuti Iblis/ Ya, semudah dirinya
membalik telapak tangannya. Namun sebaliknya betapa beratnya manakala dirinya ingin tetap
dalam keyakinannya yang satu. Keyakinan kepada Tuhannya. Sungguh aneh sekali. Dengan keadaannya ini
Mas Thole juga jadi mengerti mengapakah al qur an banyak menyebutkan ahli
kitab, orang –orang berilmu, dan para penguasa yang kaya dan jaya. Mas Thole
sekarang paham sebab mengapanya. Ketika manusia memiliki ilmu pengetahuan, misalnya
ahli hukum. Maka ada rasa 'tahu 'yang hebat menguasai dirinya. Rahsa 'tahu' itulah
yang kemudian mengaburkan kesadarannya. Rahsa thu itu, mampu melihat celah-celah kelemahan
ilmu hukum. Maka dengan sadar dirinya mempermainkan hukum ada rahsa bangga
manakala dirinya mampu mempermainkan hukum seenaknya. Disinilah manusia berada
pada zona sifat Iblis itu sendiri.
Begitu juga manakala seorang ahli
kitab, ahli agama, ahli syariat, hakekat, atau makrifat. Sama saja keadaan diri
mereka. Manakala rahsa tahu sudah meliputi diri mereka, manakala mereka tahu
semua ilmu bahkan hal-hal yang menyusun kaidah-kaidahnya. Saatnya dirinya akan
tergoda untuk mempermainkan ilmu itu sendiri. Bisa membodohi orang lain dengan
ilmu yang dimilikinya akan menjadi suatu kebanggaan. Hati mereka tidak sama dengan
apa yang diucapkannya. Ilmu bagi mereka hanya untuk memuaskan nafsu dan ego
mereka sendiri. dan Mas Thole sudah merasakan bagaimana keadaannya itu. Sekarang Mas Thole mengerti siapakah Iblis
itu. Iblis ternyata tidak seperti yang kita sangkakan kepada dirinya. Iblis
tidak bersembunyi di lobang-lobang gelap, dia tidak berwujud sebagaimana penggambaran mansuia. Iblis
adalah makhluk intelektual kelas tinggi. Iblis memiliki kecerdasan, Iblis
memiliki kesadaran yang luar biasa. Namun dengan kemampuannya ini Iblis memiliki
sifat senang mempermainkan kebodohan orang lain. Hmm..nyatanya menjadi Iblis juga tidak mudah. Harus memiliki
banyak ilmu terlebih dahulu. Tanpa ini kita akan sulit masuk ke dalam rombongan Iblis. Jamaah
Iblis adalah golongan orang-orang yang memiliki intelektual tinggi. Kepada kaum
berilmu, ahli kitab, dan penguasa,inilah sasaran pengikut Iblis. Orang yangdisegani dan memeiliki pengikut, jika sudah masuk golongan Iblis, dengan sendirinya pengikut-pengikut dibawahnya akan juga ikut. Mudah saja logikanya.
Dengan mengenali dan belajar
bagaimana Iblis, sedikit banyak kita akan mengerti bagaimana mekanismenya Iblis
menyusup ke dalam diri kita. Nyatanya dia hanya akan menyusup kepada
orang-orang berilmu. Sementara setan akan menghasut kebanyakan manusia biasa.
Bahkan tidak jarang kita hanya dimasuki sekelas wewe gombel dan hantu jejadian saja. Iblis berada di puncak piramida kekuasaan manusia. Berada di puncak ilmu
pengetahuan manusia dan juga kesadaran manusia. Iblis berada dibalik bayang-bayang
mansuia itu sendiri. Dia bersembunyi sebagaimana bayangan kita sendiri. Dia akan
masuk manakala cahaya matahari tepat diatas kepala kita. Antara titik inilah
Iblis akan menjelma menjadi diri manusia itu sendiri. Ketika kesadaran kita berada tepat
diantar matahari dan bumi dalam koordinat jam 12. Itulah perumpamaannya.
Disaat itulah kita akan sulit membedakan manakah diri kita dan manakah Iblis dalam jiwa kita. Sebab kita sudha tidak memeiliki bayang-bayang lagi. Selangkah lagi kita akan menghilangkan bayang-bayang kita untuk selamanya. Manusia tanpa bayang-bayang adalah Iblis itu sendiri. Inilah pemahan Mas Thole, yang harus ditebusnya dnegan sangat mahal sekali. Empati dan rahsa spiritualnya hampir habis tersedot bayang-bayang yang akan masuk ke dalam dirinya sendiri. Tidak ada referensi dan sensasi rahsa yang dia punya. Kakinya sudah ditengah-tengah dianatar surga dan neraka.
Disaat itulah kita akan sulit membedakan manakah diri kita dan manakah Iblis dalam jiwa kita. Sebab kita sudha tidak memeiliki bayang-bayang lagi. Selangkah lagi kita akan menghilangkan bayang-bayang kita untuk selamanya. Manusia tanpa bayang-bayang adalah Iblis itu sendiri. Inilah pemahan Mas Thole, yang harus ditebusnya dnegan sangat mahal sekali. Empati dan rahsa spiritualnya hampir habis tersedot bayang-bayang yang akan masuk ke dalam dirinya sendiri. Tidak ada referensi dan sensasi rahsa yang dia punya. Kakinya sudah ditengah-tengah dianatar surga dan neraka.
Pambayun sejak kemarin malam mencoba melakukan kontak dengan Mas
Thole, entah mengapa dalam hati Mas Thole tidak ingin menanggapinya. Keadaan
Mas Thole tengah berada di jalan api menuju neraka. Apa peduli dirinya dengan
semua yang sudah dijalaninya. Mas Thole hanya manusia biasa. Dia pun
begitu tertatih-tatih menerima pengajaran-Nya. Semua kesatria da;lam posisi
yang sama. Mengalami pengajaran dari Tuhannya. Dan semua berat keadaannya. Maka oleh karena itu, walau Mas Thole lebih dahulu memasukinya, tidak berarti Mas Thole tidak mengalami itu. Itu semua anggapan yang salah atas
dirinya. Tidak ada satupun makhluk yang luput dari pengajaran-Nya. Dan semua
manusia akan senantiasa berat dalam menerima pengajaran dari-Nya. Sebab
pengajaran dari Allah akan selalu menelanjangi diri kita. Allah tahu siapakah
hakekat diri kita.
Kita senantiasa merasa sudah dalam makom ini itu. Kita sudah melakukan klaim bahwa kita sudah khusuk, sabar,tenang, dsb bla..bla. Tunggulah Allah akan menunjukkan siapakahsejatinya kita itu. Melalui pengajaran Allah kita kemudian tahu, ternyata kita masih mudah tersinggung, masih mudah marah, hanya karena satu dua tulisan, kita kemudian murka. Bahkan melontarkan kata-kata pedas lainnya. Itulah hakekatnya keadan diri kita. Maka jika tidak karena beloas kasihan Allah kita tidak akan mungkin mampu lulus dari pengajaran-Nya. Karenanya kita terus diminta untuk selalu rendah hati, selalu menggnatungkan drinyahanya kepada-Nya.
Kita senantiasa merasa sudah dalam makom ini itu. Kita sudah melakukan klaim bahwa kita sudah khusuk, sabar,tenang, dsb bla..bla. Tunggulah Allah akan menunjukkan siapakahsejatinya kita itu. Melalui pengajaran Allah kita kemudian tahu, ternyata kita masih mudah tersinggung, masih mudah marah, hanya karena satu dua tulisan, kita kemudian murka. Bahkan melontarkan kata-kata pedas lainnya. Itulah hakekatnya keadan diri kita. Maka jika tidak karena beloas kasihan Allah kita tidak akan mungkin mampu lulus dari pengajaran-Nya. Karenanya kita terus diminta untuk selalu rendah hati, selalu menggnatungkan drinyahanya kepada-Nya.
Inilah keadaan diri Mas Thole,
Allah sedang mengajari dirinya. Pengajaran yang menjadi bukti bahwa dirinya
bukan apa-apa, bukan siapa-siapa. Spiritualnya selama 13 tahun ini tidak
berarti apa-apa manakala diuji dengan hal yang sepele ini. Kesadaran adalah
milik Allah akan kembali kepada Allah, manakala kita mengangkanginya, tunggulah
efek paradoksal akan bekerja kepada diri kita. Kita dimohon ikhlas, kita diminta
senantiasa berserah. Apapun yang datang kepada kita, baik itu lewat tulisan,
lewat perkataan dan lewat apa saja, istri suami dan juga lainnya. Jadikan
sebagai pembelajaran, untuk mengetahui keadaan jiwa kita ini. Adakah kemarahan
tersembunyi, adakah kebencian tersembunyi, adakah rahsa bangga berlebih, dan
lain sebagainya. Mas Thole tersadar kesalahannya, belum saatnya diirnya membuka
portal antar dimensi. Bleum waktunya di buka smeua informasi alam semesta yang kemduian
akan dia gunakan untuk maksud keperluan duniawinya. Dia harusnya menunggu, alam
memeberiokan intruksi kepadanya.
Kini dirinya didera rahsa sensitive
yang akut, rahsa marah, rahsa ego, semua rahsa yang menyiksa dirinya. Kesalahan
yang dirahsanya sangat tipis nyatanya membawa efek luar biasa. Sungguh pengajaran
yang berat beberapa hari ini. Hilang empati dirinya, sebagaimana kehilangan
jatidiri manusianya. Sungguh betapa berat keadaanya kali ini. Dan anehnya rahsa
itu seperti tersapout kulit yang tipis, kosong saja. Namun akan bagai ombak
ganasnya manakala ada stimulant. Jiwa akan bergejolak, inginnya jiwa merespon
dengan segala dayanya, membalas agar semua tahu bahwa dirinya tidak bisa
dianggap remeh. Ugh..begitu tipiskah selaput kafir dan beriman. Mas Thole
mengeluh. Perjalanan spiritualnya akankah berakhir disini. Betapa berat
diirinya mengingat kembali, perjalanan spiritual Ayahnya, perjalanan yang juga
dilakukannya sendiri. Memaknai dualitas, memaknai Yin dan Yang. Perputaran
energy yang akan melibas kesadaran diri kita. Mas Thole kembali dalam
penyadaran, dia sesungguhnya hanya mengkahbarkan apa yang dialaminya. Dia tidak
memiliki kemampuan apa-apa, bahkan menolong dirinya pun dia tidak bisa.
Berharap yang lain dapat memaklumi keadaannya. Maka tetapkanlah diri kita
masing-masing hanya memohon pertolongan kepada-Nya. Sesungguhnya semua makhluk hanya
memohon kekuatan kepada-Nya, biarpun jin, manusia atau bahkan Iblis itu sendiri.
Kesadaran Mas Thole seperti
sejenak berada di dimensi akherat, dirinya seperti sedang diperebutkan antara
Iblis dan malaikat. Jiwanya hendak diambil oleh Iblis. “Dia (iblis) berkata: “Terangkanlah kepadaku
inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? ..dst ”. (QS. 17:62)
Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka
semuanya, (QS. 38:82)
Kemudian KAMI berbisik lembut; “Dan tidak adalah kekuasaan iblis terhadap
mereka, melainkan hanyalah agar Kami dapat membedakan siapa yang beriman kepada
adanya kehidupan akhirat dari siapa yang ragu-ragu tentang itu. Dan Tuhanmu
Maha Memelihara segala sesuatu.” (QS. 34:21)
Kesadaran Mas Thole seperti
tersiram air dingin seketika. Tidaklah ada kekuasan Iblis kepada kita, kecuali
kita sendiri yang dengan sadar mengingnkannya, sebab ada rahsa nikmat disana.
Perasan senang melihat kebodohan orang lain, sensasi yang aneh saja. Inilah
kenikmatan bagi para pengikut Iblis. Iblis adalah sitem seleksi yang dibuat
untuk rekruitmen mansuia-mansuia terpilih yang akan ditugaskan di alam semesta.
Manusia ruhani harus teruji kemampuan dan keyakinan dirinya. Kondisi yang sama
sebenarnya juga sempat dialami Ki Ageng, berikut WA yang akan disajikan
melengkapi kisah spiritual ini. Untuk menjadi pembading kisahnya saja. Bagaimana
keadaan diri manusia manakala tengah berada di jalan api menuju neraka.
====
“Kemarin kondisinya sama dan dibantu yaitu menghubungkan akal dan hati. Jiwa dan akal itu
seperti dalam tabung cahaya tak tembus. Tabirnya itu adalah range negatif dan
berupa cahaya juga. Semacam model atom dengan proton positif dan lingkaran
energy negatif elektron. Perputaran elektron inilah energy negatif yg
melindungi positif agar berada pada tempatnya dan ikatannya. Perputaran
elektron ini seumpama permukaan bola dan berlapis-lapis tergantung lingkaran
energynya. Perputaran elektron ini juga jangan dibayangkan sama persis seperti
permukaan bola. Bisa seperti permukaan balon yg berubah-ubah bentuknya. Gerak
elektron bebas inilah energy alam. Inilah gerak pasangan jiwa. Inilah
perputaran negatif. Inilah cahaya. Elektron bergerak dg kecepatan cahaya. Maka
justru yg bergerak di alam cahaya (negatif?). Namun justru adanya negatif
inilah yg membuat gerak energy positif. Bersyukur sekarang ada banyak negatif
energy di alam. Maka kita seharusnya mudah menggerakkan atau membangkitkan
energy dari potensi energy.
Saya tdk tahu sedang nulis apa nih?. Bingung saja... nulis apa yg terlintas... dlm
paradoks. Seumpama air mengalir dr
tempat tinggi karena adanya tempat yg rendah. Bersyukur ada tempat rendah. Seperti
dr panas ke dingin. Dsb... potensi energy.
Potensi energy... potensi energy...potensi energy... energy kesadaran. Ada
dalam kesadaran diri. Begitu banyak yg negatif di luar maka meskipun kesadaran
belum terlalu positif namun energynya bisa sudah sangat luar biasa. Karena tak
banyak yg yakin maka kekuatan yg yakin itu luar biasa. Begitu banyak yg tdk sadar maka yg sadar itu
sudah lbh dr cukup. Satukan dlm gerak
yinyang positif negatif. Hakekat positif dan negatif sama sama. Tergantung arah
kesadaran. Tujuan kesadaran. Energy tetap energy. Hakekatnya sama saja. Adanya positif krn ada
negatif. Tergantung posisinya. Energy itu ada bagi yg mengamati. Tetapi tdk ada
bg yg lain. Informasi itu tersebar dan tersedia luas bg yg mau mengakses tetapi
bg yg tidak?. Energy itu tidak ada bila
kita merasa tidak ada. Tetapi ada bila kita yakin ada. Bisa besar bila kita
yakin besar dan kecil bila merasa itu kecil. Semua itu adalah potensi.
Kemungkinan ada. Ketika yakin ada. Kesatuan akal dan hati untuk meyakini ada.
Maaf tulis apa adanya. Energynya antara ada dan tidak ada. Antara
positif dan negatif. Antara nyata dan tidak nyata. Antara saya yg nulis dan
bukan saya yg nulis. Diantaranya terbolak-balik. Jadi maknai saja sendiri dan
jangan tanya saya dahulu sekarang. Karena sy sendiri ngga ngerti. Antara sangat
ingin menulis dan tidak ingin. Antara mengerti dan tidak. Antara positif dan negatif. Seperti koin mata
uang.. atau seperti Yin-Yang. Energy kesedihan adalah sama dg energy
kegembiraan hanya salah posisi jiwa sang pengamat. Energy kebencian adalah sama
dengan energy cinta hanya salah posisi jiwa sang pengamat. Energy negatif
adalah energy positif bila pengamat berada di lebih negatif. Masuki alam
kesadaran sebelum memiliki persepsi negatif positif. Semua hanya informasi.
Semua hanya data. Semua adalah kumpulan program. Kumpulan scenario kehendak.
Sebuah rencana
.
Memasuki alam kehendak tidak bisa dengan kehendak. Karena nantinya yg
ada hanyalah kehendak diri. Tapi tanpa kehendak tidak bisa memasuki alam
kehendak. Maka masuk ke dimensi cahaya. Cahaya adalah pembawa energy seumpama
cahaya matahari membawa energy panas. Mampu membakar. Tetapi juga mampu
menghidupkan tanaman. Cahaya membawa
energy tetapi tdk terpengaruh energy. Tak terbakar oleh panasnya. Mengapa?. Krn
cahaya berada di dimensi beda. Dia adalah gelombang tapi juga materi. Dia juga
energy. Entah apa tapi nyata.
Tadi malam diberi pengajaran dlm mimpi. Tentang apa yg saya tuliskan
ini. Dalam jawa ini disebut... sastra jendra hayuningrat pangruwating diyu.
Dalam Islam disebut tadzkiyatun nafs. Di jawa istilah ini masih sakral suci dan
mistis serta luar biasa. Sayang di Islam sudah kosong tak bermakna apapun. Di jawa sudah hampir tidak ada yg bisa. Di
Islam sebaliknya semua orang merasa bisa. Sy jelaskan perlahan. Di jawa
berharga spt berlian langka sehingga tdk ada yg bisa mendapatkannya. Di Islam
menjadi kerikil yg tdk dilihat dan dianggap biasa saja. Semua bisa
mengambilnya. ia bisa menjadi berlian dan bisa pula spt kerikil. Dia adalah
kerikil dan berlian tergantung yg memegangnya. Bisa menjadi kerikil dan bisa
menjadi berlian. Leluhur jawa menempatkan istilah ini dlm simbol pewayangan.
Yaitu Seorang yg arif dan luar biasa namanya Begawan wisrawa yg diberi
serat sastra jendra ini. Dan dia harus mengajarkan ke manusia. Dan yg pertama
diajatkan adalah Dewi Sukesi. Dan akibatnya lahirlah anak pertama yaitu
Dasamuka. Si sepuluh wajah angkara. Angkara murka atau keserakahan. Dalam islam
nafs lawmamah atau cari istilah nafs ini. Setelah meruwat maka mulailah
melahirkan jenis manusia baru yaitu malas tidur terus tetapi hanya nafsu
kenikmatan tubuh yaitu makan. Diteruskan
meruwat lagi akan melahirkan anak yg gemar berburu ilmu dan kesaktian. Dan kesemua itu masih berbentuk raksasa. Belum
menjadi manusia..Terakhir barulah setelah meruwat jiwanya melahirkan manusia
sempurna nafsun mutmainah. Yg sempurna dan mampu berhijrah saat ada kebenaran
datang. Yaitu dari sang utusan. Sang pembeda. Kedatangan sang pembeda inilah yg
ditunggu. Yg membedakan setiap nafs ini.
Keempat anak inilah hasil pengolahan jiwa dan inilah setelah mampu
dibedakan. Inilah yg terlihat setelah memasuki tadzkiyatun nafs atau setelah
meruwat diri dalam sastra jendra. Dan ketiga sifat jiwa ini tdk berbentuk
manusia sempurna. Tetapi berbentuk raksasa. Keempat anak inilah hasil olah spiritual kita.
Dan selalu ada dlm diri kita dan kita yg membedakan. Lambang atau simbol tadi malam. Kekuatan itu
kekuatan kesadaran. Tapi harus mampu mendobrak dinding yg nyata. Dinding materi
seperti beton. Dan ketika dinding itu rubuh. Ada semacam pedang atau keris.
Namun pedang atau keris yg loyo atau lemas. Dan hanya bisa berfungsi dg
kekuatan kesadaran.
Contoh nyatanya adalah kekuatan alat kemaluan (maaf). Fitrahnya loyo
lemas. Namun dg kekuatan nafs dia bisa tegang dan menjalankan fungsi yg sebenarnya.
Dan sebagai imbalan ada kenikmatan yg diberikan versamanya. Itulah lambangnya. Kekuatan alat itu antara ada dan tidak ada.
Antara sadar dan tidak sadar. Antara dikehendaki dan tidak. Antara dikejar dan
tidak. Antara milik dan bukan. Ada pembatas yg nyata. Ketika sudah dipergunakan
sbgmn fungsinya maka kekerasannya menghilang. Dimana posisinya?. Kesadaran
adalah sang aku yg menjadi unsur dari KAMI. Itulah sang pembeda. Tanpa sang
pembeda tak ada makna. Ketika berada dalam sang pembeda maka apa akibatnya.
Karena akulah sang pembeda itu sendiri. Semua terbolak balik dan rancu.
Ketika berada dan menjadi cahaya adakah cahaya itu. Seumpama ikan
berada di air dan mencari seperti apa air itu. Hanya ketika dia keluar dari air
dia melihat air. Hanya dengan
mempertahankan hijab dan bolak balik diantara tabir hijab mampu melihat alam
nyata. Tanpa hijab tak ada lagi dualitas. Maka kita harus berada dlm dimensi cahaya dan
biarkan ada hijab manusia untuk tetap berada dalam alam nyata. Sehingga mampu
melihat cahaya dari luar yg membedakan. Dalam diri ada sumber cahaya dan ada
penerima cahaya. Dan bisa nembedakan warna -warni cahaya. Dengannya semua akan
nampak dan nyata. Demikian sebagian yg diajarkan melalui simbol dan lambang dlm
mimpi. Pesannya adalah proses bgmn alat
nafs kita mampu tegang dan berfungsi. Bgmn prosesnya. Bgmn tujuannya. Dan
seterusnya. Nanti akan difahamkan sendiri. Ini baru tingkat yg Dasamuka. Lalu
coba dg metode yg sama untuk Kumbokarno. Dst...sampai ke wibisono. Ingat kekuatan untuk itu tadinya tdk ada.
Loyo. Lemas. Dan mendadak. Kaku tegang. Dan luar biasa. Demikian lambangnya.
Itulah permisalan energy kesadaran.
Sdh dahulu. Energynya terlalu besar. Tdk sanggup. Slow down dulu. Nanti
disambung kl sdh bisa. Energynya ada dan
mendadak hilang. On dan off. Sngt besar dan mendadak lenyap. Membuat gelagapan.
Dikaitkan juga dg yg kita diskusikan kemarin yinyang. Dalam hitam ada putih.
Dalam putih ada hitam. Dalam nafsu berahi ada tujuan kelangsungan hidup umat
manusia misalnya. Demikian perlambang bg yg berfikir. “
====
Saat dituliskan ini, suara
halilintar diatas rumah Mas Thole bersahutan. Akankah alam sedang membuka jalan baginya, 'Jalan Api Menuju Neraka'. Ataukah alam sedang peduli dengan keadaan dirinya ?. Alam kemudian meredup, suasana
mendung menggayuti. Nuansa mistis terasa. Atau mungkinkah sudah mulai terbuka hijab
pemikiran Mas Thole. Walohualam. Biralah esok yang menjawabnya. Dirinya hanya
bisa berdoa, semoga ditunjukan jalan yang lurus. Amin
Cahaya Merah: Sang Pembeda
BalasHapusketika kita akan “tergelincir” atau bergeser dari sumber, karena ada cahaya yang dikenal oleh sang pembeda,
yaitu cahaya merah yang memberi warning, sebuah warna yang sangat mudah dikenali oleh SANG PEMBEDA.
Cahaya ini seperti sinar api, misalnya api kesombongan, api kemarahan, kecemasan, kegelisahan, keresahan, keraguan, dll.
Dalam Al Quran Allah bersumpah: "Demi cahaya merah di waktu senja".
Mengapa dengan sumpah ini, ada apa dengan cahaya merah di waktu senja?.
Saat apakah senja itu?, Semua orang pasti tahu, yaitu saat terbenamnya matahari, saat posisi kita ditinggalkan sumber cahaya atau tepatnya
saat posisi kita meninggalkan sumber cahaya, yaitu matahari. Bagaimana kondisi yang menyolok saat senja.
Yaitu cahaya merah!. Cahaya yang khas saat menjelang terbenamnya matahari. Awalnya cahaya ini sangat luas mengisi seluruh angkasa.
Lalu mengecil sedikit demi sedikit tak terasa mengerucut dan mengecil di arah barat. Sampai akhirnya hilang di "ufuk barat".
Cahaya merah ini sangat kuat, jelas, panas dengan intensitas sangat tinggi, menyengat. Jelas sekali.
Ketika sumber cahaya tergelincir (matahari) hampir terbenam,
Maka ada cahaya merah, yang merupakan warning.
Tanda bahwa sumber cahaya ini akan segera terbenam. Hilang.
Sebetulnya bukan sumber cahaya yang hilang, tetapi sang bumi yang meninggalkan
sumber cahaya ini tetap memancarkan cahayanya setiap saat
namun sang bumi sendiri yang tidak menghadapkan dirinya ke sumber cahaya.
inilah sebuah pertanda bagi jiwa. yaitu jiwa yang telah meninggalkan sumber cahaya
jiwa yang sedang tergelincir dan tenggelam, menghadapkan dirinya ke arah sumber cahaya yang lain
meninggalkan sumber cahaya yang sejati, maka akan ada api yang menyebar di seluruh dada
menguasai secara perlahan, kecemasan, kegelisahan, keresahan dan banyak ciri yang lain
Sang Pembeda mampu mendeteksi dengan seketika saat jiwa meninggalkan arah yang benar
saat jiwa tidak lagi menghadapkan kesadaran kepada Tuhan
saat jiwa menghadapkan kesadaran kepada hawa nafsunya
maka sumber cahaya Tuhan akan terbenam di "ufuk barat" jiwa kita.
Jiwa yang sadar akan segera kembali menuju sumber cahaya yang benar
Agar matahari selalu bersinar. Tentu saja membalikkan arah, menghadapkan kesadaran ke arah yang sebaliknya
lalu menunggu dan mengamati agar matahari terbit, ketika ada cahaya keputihan di awal terbitnya matahari muncul
maka teruskan dan teguhkan untuk menghadapkan ke arah yang benar ini
maka perlahan-lahan dan sedikit demi sedikit matahari akan bersinar menerangi jiwa
mendadak saja jiwa terang benderang, seolah semuanya menjadi jelas
jiwa terbebas dari kesempitan, terbebas dari tekanan, terbebas dari kegelisahan dan semua rasa yang menyiksa
jiwa dibebaskan dari penjara.
Rasa yang dialami saat terbitnya "cahaya matahari" jiwa justru terasa sebagai sebuah kebalikan saat senja.
Sebuah rasa yang sejuk seperti tetesan salju, yang berasal dari lokasi yang sangat jauh dan dalam sekali
jauh di dalam jiwa yang meluas dan melebar, akhirnya semakin luas dan meluas menguasai "angkasa" jiwa
bahkan menembus ruang dan waktu, sampai melampaui raga, menembus seluruh angkasa luas
sebuah rasa tenang, teduh, nyaman, lega, damai, sejuk dan dingin yang melenakan dan menghanyutkan
Jadi proses terbitnya sinar matahari pagi, justru sebaliknya dari saat senja. Ketika senja cahaya merah dari kondisi yang sangat luas lalu mengecil dan menghilang di satu titik
maka saat terbitnya, seolah berasal dari satu titik lalu melebar dan meluas dan meluas sehingga akhirnya menerangi seluruh angkasa jiwa.
.