Mengenal
siapakah Pengamat (observer)
dan apakah objek pengamatan yang diamati,
menjadi tema utama yang disajikan dalam rangkaian tulisan terbarukan nanti. Kedua objek yang
tersembunyi di dalam tubuh manusia
ini, merupakan misteri sepanjang peradaban, menjadi rahasia terbesar
manusia itu sendiri. Manusia yang berhasil menggali pemahaman disini,
adalah manusia terpilih, sebab hanya sedikit manusia yang mampu mengenali
dirinya sendiri dan kemudian menggunakan potensi luar biasa yang
tersembunyi tersebut untuk kebaikannya, tidakkah selayaknya kita
berlomba-lomba untuk mendapatkan pemahaman
ini ?.
Seringkali kita mendengar
pernyataan bahwa manusia adalah khalifah di muka bumi yang bermakna bahwa
manusia diciptakan untuk menjadi pemimpin di dunia ini. Alih-alih menjadi
pemimpin dunia, menjadi pemimpin untuk diri sendiri terkadang manusia mengalami
problematika serius. Banyak diantara kita tidak mengerti, dan tidak memahami
bagaimanakah sesungguhnya hakekat seorang pemimpin itu. Maka pernyataan yang
merupakan bentuk penisbatan untuk menganggungkan manusia atas makhluk lainnya
ini, akhirnya hanya menjadi sebuah anekdot saja. Banyak manusia kemudian
menjadi apatis atas pernyataan yang tidak ada referensinya di dalam jiwa mereka
itu.
Begitulah problematika
umat manusia dalam dimensinya. Benturan peradaban dan realitas kehidupan yang
melingkupinya, mengakibatkan bauran kesadaran yang sulit di pahami oleh
jiwa-jiwa manusia. Bagaimanakah memahami kebutuhan manusia akan materi dan juga
disisi lainnya yaitu kebutuhan manusia akan spiritual. Kesulitan manusia dalam
memahami realitas hidup yang terpampang di hadapannya telah menghijab sang jiwa
untuk menuju Tuhannya. Realitas hidup manusia bagi jiwa-jiwa mereka adalah apa
yang nampak di hadapan mereka sehari-hari. Sulitnya memahami dualitas, antara sukses
dan gagal telah menjebak manusia sendiri
dalam pemahaman yang keliru atas potensi dirinya. Membuat mereka hanya berkutat
dan asik merenungi nasib mereka sendiri, banyak dari kita akhirnya menjadi
manusia yang sering ‘iba diri’, hanya
mengkasihani diri sendiri dan selalu membutuhkan belas kasihan orang lain. Menjadi
sebab pertama, ketidak yakinan atas
potensi diri mereka sebagai pemimpin di muka bumi ini. Mereka selalu gamang dan
ragu dalam menjalankan setiap pekerjaan. Hal ini telah menjadi penghambat utama
produktifitas manusia itu sendiri.
Oleh karena itu, masing-masing
diri harus mampu menetapkan prioritasnya, membuat keseimbangan pemahaman dalam
diri mereka masing-masing agar tidak menjadi galau saat berhadapan dengan benturan
peradaban dewasa ini. Sehingga mereka mampu memahaminya, agar mereka tenang
menghadapi peperangan mereka sendiri, baik dalam realitas hidup maupun dalam
realitas yang tersembunyi di dasar hati mereka masing-masing. Setiap diri harus
memiliki karakter ‘kuda perang’, yaitu karakter pantang
menyerah. Adalah karakter seorang pemimpin yang perkasa, tak mengenal takut
dalam menghadapi peperangan mereka sendiri. Peperangan dalam memaknai
realitas dunia dan berita tentang akherat. Disinilah wilayah yang jarang diungkap kepermukaan. Di Negara yang
mayoritas beragama, konflik ini begitu ketara sekali di dalam jiwa mereka. Sayangnya sering di nafikkan, sebab dipandang dapat diselesaikan pada wilayahnya
masing-masing. Problematika inilah yang seharusnya ditangani secara
bijak. Prioritas
dalam menentukan pilihan hidup selaras alam ataukah akan sebaliknya, menjadi
isue yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Sebab pilihan ini penting,
agar jiwa mereka tenang, puas dan ridho, dalam menjalani kehidupan
sehari-harinya, menjalani takdir menjadi manusia di muka bumi ini.
Begitu perkasa dan begitu
kuatnya karakter sang ‘Kuda
Perang’. Karakter yang mewakili
kuatnya keimanan seseorang. Bayangkanlah kegagahan mereka, keyakinan
mereka, keberanian mereka, langkah mereka yang menderap memercikan api, dan
menggulung debu ke angkasa, tak ada satupun yang mampu menghalangi jalan
mereka. Begitulah jiwa mereka, begitulah keimanan mereka. Merekalah jiwa-jiwa
yang mampu meniti takdir kehidupan mereka sendiri, dengan semangat membaja tidak
kenal kata takut. Merekalah jiwa-jiwa yang berani hidup. Merekalah jiwa-jiwa
yang siap berperang melawan hawa nafsu , dengan pukulan mereka yang memercikan
api, menakuti jin, syetan dan Iblis yang melingkupi diri dan dalam hati
mereka. Merekalah pemimpin alam.
Merekalah ‘The Cosmic Leader’.
"Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah,
dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya),
dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi,
maka ia menerbangkan debu,
d
an menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh," (QS. 100:1-5)
Merekalah yang
menerbangkan debu saat pagi dengan derap kaki mereka. Langkah menderap dengan
sigap melaksanakan tugas khalifah di muka bumi ini. Merekalah wakil-wakil Tuhan
di muka bumi ini. Merekalah manusia yang tidak pernah bersedih hati.
Mereka menerjang, berlari, menyerbu kumpulan musuh, tak peduli banyak diantara
musuh mereka adalah para jin, syetan, iblis, bahkan manusia itu sendiri.
Tidak ada kata takut, sekali berarti setelah itu mati. Tidak ada keraguan,
semua berbekal keyakinan keimanan atas kehendak-NYA. Atas takdir yang
melingkupi diri mereka. Oleh karena itu mereka akan mampu memimpin dengan
sepenuh hati. Dan begitu jugalah karakter jiwa pemimpin yang diusung Cosmic Leadership. Mereka teguh dalam sikap; Amanah, Siddiq,
Tablig, dan Fathonah.
Luka, senang, sedih,
bahagia, bagi mereka sama saja, semua adalah kasih sayang-Nya semata. Maka
mereka terus menderap, memercikan api dari kuku kaki mereka, menerbangkan debu
di sekelilingnya, dengan sigap maju ke medan pertempuran. Pertempuran yang maha
dahsyat. Pertempuran melawan ‘iba diri’
pada diri mereka sendiri. Pertempuran dalam dimensi dualitas manusia. Mereka di
lahirkan untuk siap dalam setiap peperangan sebagaimanapun keras dan
dahsyatnya perang itu. Betapapun kerasnya kehidupan, tak surut kaki dalam derap
mereka. Mereka akan selalu maju didepan memimpin peradaban untuk menjadi lebih
baik dan lebih baik lagi, demi kehidupan, demi kemaslahatan manusia itu. Mereka
siap menjadi agen perubahan (The Real Change
Leader).
Manusia harus ditunjukan
potensi-potensi dirinya. Pernyataan bahwa manusia adalah pemimpin di muka bumi
ini tentu saja bukan anekdot, tetapi sebuah realita yang meski kita kuak
kebenarannya. Potensi apakah yang tersembunyi sehingga manusia dipandang mampu
menjadi pemimpin dunia. Rahasia terbesar manusia harus disingkapkan agar
manusia tahu siapakah sejatinya dirinya itu. Maka rangkaian kajian-kajian nanti akan menunjukan
betapa luar biasanya manusia. Pembaca diharapkan mampu memahami setiap model
yang disajikan, berikut juga istilah yang digunakan. Sebab potensi terbesar
diri manusia sangat tersembunyi, dan membutuhkan upaya terus menerus untuk
membangkitkannya. Potensi ini ada pada setiap manusia, maka siapa yang mampu
meng-eksplorasinya, tentu saja akan menjadi pemimpin dunia. Paling tidak
harapan kami, minimal dirinya akan mampu
menjadi pemimpin atas dirinya sendiri, yaitu hidup tenang, puas, dan ridho
dalam menjalani setiap fase kehidupan yang dinamakan sebagai takdir.
Tema tulisan yang senada dengan inilah yang untuk selanjutnya akan diusung, untuk menggantikan tema 'kisah spiritual' yang sudah saatnya dihentikan. Sebab pelakunya sendiri sudah enggan mengkisahkan pengalamannya. Tentu saja muatan dan bobot materi tulisan akan disesuaikan dengan maksud dibuatnya blog ini. Kepada sidang pembaca yang setia menunggu 'kisah-kisah spiritual' berikutnya, mohon maaf sekali sebab sudah tidak ditayangkan lagi. Menurut pelakunya, untuk menghindari kemudhorotan selanjutnya nanti.
Banyak sekali para pembaca yang mengalami kejadian aneh setelah membaca kisah-kisah mereka, seperti mual, muntah, kedinginan, diliputi rahsa takut yang sangat, bahkan ada yang sampai menangis histeris, ingin berteriak-teriak, tidak sedikit juga yang kemudian berhari-hari mengalami resah dan gelisah, dan lain sebagainya, pendek kata banyak yang mengalami sensasi aneh setelah membaca kisah-kisah mereka. Oleh karena itu untuk meredam paparan energi para pelaku yang terbawa dalam kisah ini, dan mungkin juga pengaruh yang dapat ditimbulkan nantinya.
Maka dengan berat hati kami akan tangguhkan seluruh kisah-kisah mereka. Sebab tidak akan ada yang tahu bagaimana pengaruhnya nanti bagi para pembaca. Membuka portal ghaib lintas dimensi, sungguh tidak ada satupun manusia yang akan mampu menduga, bagaimana akhirnya. Oleh karena itu Islam, sengaja menutup akses kearah sana. Jika memang sudah ditutup, memang rahsanya kurang bijak jika kita buka keadaan disana. Semoga sajian yang merupakan rangkaian kajian-kajian selanjutnya nanti akan dapat memuaskan para pencari 'jatidiri'. Semoga mereka yang terpilih, mampu bersiap untuk menjalankan amanah alam selanjutnya. Menjadi 'Cosmic Leaders' dialah 'Sang Kesatria Piningit'.
Salam
Menyimak dengan sepenuh perhatian.
BalasHapusSemoga Allah memberikan daya dan kekuatan kepadaku untuk mampu memahami apa yang akan diberitakan disini.
Mohon doa restunya agar diriku mampu membuka dada seluas-luasnya.
Semoga mampu mengosongkan fikiran dan hati
agar setiap tetes embun (Ilmu) "hikmah yang dihantarkan akan mampu diserap.
Teriring salam sejahtera dan terima kasih
Semoga Allah melimpahkan rahmatNya untuk kita semua.
Kidung alam
untuk mas kidung alam fikiran dan hati jangan dikosongkan nanti banyak yg masuk lho...tapi pikiran dikendalikan dan fokus kehati .
HapusTerima kasih. Diterima dg penuh kesungguhan saran dan pandangannya. Salam hormat.
HapusSedang menunggu sharing-sharing rahasia keseimbangan semua unsur dalam diri manusia dari pengasuh Blog....menetapi hadits: sebaik baik perkara adalah yng di tengah....Khairul umur ausathuha...
BalasHapusSemoga dapat menjadi pegangan praktis untuk menetapi rukun iman ke 6....menetapi keseharian dengan ridho...amiiiin
Setuju...n mudah2an bisa menemukan jatidiri saya ...
BalasHapusMANTABBB !!! bravoo , hormat kepada paduka... inilah sosok seorang manusia sejati, sang pemimpin.
BalasHapusKamis, 18 November 2010
BalasHapusFragmentasi Spiritual
Dikotomi Spiritual
Spiritualitas adalah sebuah jalan batin yang memungkinkan seseorang untuk menemukan esensi dalam memaknai hidup dan kehidupan diri mereka di dunia ini. Praktek-praktek spiritual, termasuk meditasi, doa dan kontemplasi, diarahkan dengan maksud untuk mengembangkan kehidupan batin individu, praktik-praktik tersebut sering bertumpu kepada pengalaman keterhubungan dengan suatu realitas yang lebih besar, menghasilkan lebih komprehensif diri; dengan individu lain atau komunitas manusia, dengan alam atau kosmos, atau dengan alam ilahi. Spiritualitas sering dialami sebagai sumber inspirasi atau orientasi dalam hidup. Hal ini dapat mencakup keyakinan pada realitas material atau pengalaman sifat imanen atau transenden dunia.