Kisah Misteri Ruang dan Waktu ; Episode Mustika Merah dan Syekh Siti Jenar



Mengulang kembali kajian misteri ruang dan waktu, melanjutkan sebuah perjalanan spiritual, memaknai hakekat penciptaan manusia. Jika keadaannya memang sudah saatnya dituliskan apakah yang bisa ditahan. Memang memahami ruang dan waktu adalah  sama sulitnya, sebagaimana saat mana kita mencoba  memahami penciptaan ‘jadiri’ manusia itu sendiri. Sehingga Allah berfirman dalam hadist Qudsi, “Akulah sang Waktu..!”.

Peradaban manusia, kesadaran kolektif yang digulirkan akan selalu melintasi ruang dan waktu. Orang kemudian bertanya dimensi waktu. Waktu sering dimaknai dengan hitungan detik, jam, hari dan tahun. Namun keadaannya sendiri sangatlah misteri. Belum lagi manakala kita berbicara perihal makna ruang. Kita akan selalu dihadapkan dengan sebuah kotak kamar, ukuran sekian kali sekian. Persepsi kita dibangun atas pemaknaan dalam kosa kata manusia. Selebihnya kita tidak paham hakekat dan makna perihal ruang dan waktu. Ruang dan waktu akhirnya menjadi misteri tersendiri sama halnya dengan kita mengingkap ‘jatidir’ manusia itu sendiri.

Interval antara titik yang satu dengan titik yang lain adalah sebuah jarak. Jarak antara satu titik dengan titik yang lain menjadi sebuah ruang. Ruang tidak ada makna jika tidak ada gerak atau kecepatan. Kecepatan yang bergerak dari satu titik kembali ke titik yang semula adalah waktu. Maka jika tidak ada gerak maka tidak ada waktu, jika tidak ada waktu maka gerak menjadi tidak ada.  Maka gerak dan waktu adalah satu dimensi. Perhatikan, titik yang satu dengan titik yang lainnya akan membentuk ruang, dimana gerak tersebut bisa bebas bergerak dengan interval waktu yang konstan. Setiap ruang hanya ada satu kecepatan. Setiap satu kecepatan hanya ada satu waktu (tentu saja bagi cahaya itu sendiri sang pencipta ruang dan waktu). Setiap satu waktu ada satu ruang. Maka ketiga elemen ini akan menjadi satu kesatuan yang mengikatkan diri dalam satu dimensi ruang dan waktu. Inilah Trinitas.

Kecepatan dibawa oleh cahaya. Cahayalah yang berperanan merubah ruang dan waktu, sebab diri cahaya adalah kecepatan itu sendiri. Cahaya jika melambat akan menciptakan ruang. Ruang tersebut berisi cahaya dengan kecepatan yang sama, itulah dimensi. Cahaya akan mampu mengatur dirinya, dia akan menyusun kecepatan-kecepatan dirinya agar mewujud menjadi realitas alam semesta. Cahaya inilah kecerdasan. Kecerdasan awal yang menciptakan dimensi ruang dan  waktu. Kembali disampaikan bahwa waktu sudah mengandung besara jarak, dan kecepatan. Dalam fisika dikenal adanya besaran MLT.

Cahaya akan melambat, pada tataran kecepatan tertentu akan berubah menjadi getaran dan juga partikel. Partikel ini kemudian akan menjadi gas, uap, cair, dan juga benda padat. Semua sudah terukur kecepatan dan kerapatannya. Cahaya akan terus melambat dan merapatkan diri menjadi partikel. Cahaya sendiri yang akan mengukur ruang yang akan dibentuknya. Setiap lapisan ruang atau dimensi ada lubang yang tak tembus. Ada lapisan seperti balon yang menahan agar ruang tersebut tidak lenyap. Lapisan tersebut merupakan  lubang tak tembus dari dalam keluar, namun cahaya akan mampu melewatinya. Cahaya dari asal mula akan terus ditembakkan untuk menjaga ikatan energi ini. Inilah cahaya diatas cahaya, cahaya bergerak dari asalnya, meliputi cahaya yang sudah menjadi bentukan didalam dimensinya. Cahaya dilapisi cahaya lagi. Cahaya yang sudah berbentuk partikel atau dzat, akan dilapisi cahaya lagi, dan lagi, dan lagi, seterusnya, sehingga menjaid sebush ujud alam semesta kita ini.

Cahaya yang membentuk dirinya menjadi alam semesta sudah mendapatkan urusan-urusan dari Tuhannya. Cahaya yang memebentuk dirinya menjadi bumi, juga sudah diberikan urusannya. Cahaya yang memebentuk diri menajdi langit juga sudah diberikan urusannya. Mereka adalah pabrik raksasa yang siap memproduksi apa saja. Langit dan bumi adalah sebuah pabrik otomatis yang akan selalu memproduksi produk sesuai dengan oerintah Tuhannya. Manusia mampu meniru sistem ini dalam pembuatan mobil dan lain-lainnya. Mansuia mempunyai aplikasi sfoware komputer yang bisa menggerakan mesin-mesin. Demikianlah alam semesta juga semisal dengan itu.

Cahaya yang sudah terukur kecepatannya ini menjadi partikel cahaya, yang kemudian sebagai bahan penciptaan malaikat. Begitu juga dalam penciptaan jin, cahaya yang sudah berubah menjadi materi api, dibuat sebagai bahan pembuatan jin ini. Cahaya menciptakan sesuatu dari dirinya sendiri secara berantai sebagaimana sebuah siklus, rantai makanan, dan lain sebagainya. Cahaya meliputi cahaya bentukan dirinya. Setiap bentukan akan memiliki jatidirinya masing-masing. Bumi adalah bumi itu sendiri menjadi bagian intergral dari alam semesta. Jatidiri alam semesta jati dir bumi dua hal yang berbeda, namun berasal dari cahaya yang sama, jika tidak ada alam semesta maka tidak ada bumi, jika tidak ada bumi, maka tidak dapat disebut alam semesta. Semua dalam keberaturan alam yang disebut ESA.

Bumi mendapat urusan untuk memproduksi tanaman, hewan, seluruh habitan dan makhluk yang melata diatasnya. Bumi tidak bekerja sendirian ada system yang membantu semua proses berlangsung, dimana di al qur an mereka menyebut keadaan diri mereka sebagai KAMI. Raga mansuia juga dibuat dan dibentuk oleh bumi bersama langit. Maka raga manusia dibawah kontrol bumi dan langit, yaitu mereka yang menyebut diri mereka sebagai KAMI. Karenanya raga manusia terus akan mengalami perbaikan secara terus menerus, diabawah kontrol KAMI. Maka para scientific bertahan dengan teori Evolusi mereka. Sebab pada kenyataannya raga mansuia semakin hari selalu mengikuti perkembangan peradaban dan kesadaran manusia. Raga mansuia akan sellau mengikuti ‘kesadaran-kesadaran’ yang diturunkan ke bumi.

Lantas apakah manusia itu ?. Pemahaman yang kami usung ini mencoba untuk menyikapi dari jendela yang lain. Maka dimohon kearifan sidang pembaca, untuk menerima pemahaman ini apa adanya.  Perhatikanlah, dalam diri manusia ada 3 elemen utama yang menjadikan sesorang layak disebut manusia. Yaitu kesadaran, kecerdasan, dan Spirit (energy). Ketiga entitas ini menjadi sebuah kunci yang membedakan mansuia dengan yang lainnya. Seluruh makhluk memiliki kecerdasan, semua makhluk memiliki spirit (energy), namun hanya manusia yang satu-satunya diberikan kesadaran yang luar biasa.   Kesadaran manusia tanpa batas, mampu meliputi apa saja.

Perhatikanlah perihal ilustrasi cahaya diawal. Cahaya akan menciptakan dirinya berulang ulang, menjadi cahaya, partikel, getaran, materi dan seterusnya, sehingga terbentuklah alam ini. Manusia dibuat dari saripati tanah. Artinya manusia dibuat dari cahaya yang paling ujung (terluar), yaitu tanah. Saripati ini dibuat seperti tembikar, yaitu suatu rangkaian DNA. Rangkaian DNA ini semisal chips, yaitu sebuah cetakan awal, atau sebuah wadah atau sebuah cupu (istilah ini kami gunakan, sebab ada keterkaitan dengan penjelasan berikutnya).  Dari perpaduan materi-materi tanah terciptalahmakhluk ruhani yang disebut manusia yang didalamnya juga memuat ‘kecerdasan’.

Wadah yang sudah tercipta ini kemudian akan ditiupkanlah ‘kesadaran’ (Ruh-KU). Maka terciptalah manusia pada dimensi ke 4 (alam akherat). Saripati tanah yang kemudian juga ditiupkan ‘kesadaran’ ini masih berada pada dimensi ‘ruhani’ sebagaimana makhluk jin, dan malaikat lainnya. Keadaannya masih berupa cahaya.  Penciptaan makhluk yang satu inilah yang menggegerkan alam semsta. Diciptakan dari cahaya yang terujung di alam materi, dan ditiupkan juga ‘cahaya awal’ didalamnya. Perpaduan yang awal dan yang akhir ada dalam diri manusia. Menjadi manusia ini memiliki ‘kesadaran’ yang tanpa dibatasi ruang dan waktu. Inilah yang membedakan dengan makhluk lain yang akan dibatasi ruang dan waktu.

Perhatikanlah, setelah saripati tanah terbentuk menjadi makhluk ruhani yang disebut manusia, kemudian ditiupkan ruh-NYa (kesadaran-Nya). Setelahnya maka manusia akan mampu hidup dibumi dan manusia juga akan mampu hidup diakherat. Perpaduan inilah yang menjadikan manusia itu sempurna. Kesempurnaan manusia ini akan menjadikan manusia setelahnya akan menjadi pemimpin atas alam semesta. Dia akan ditingkatkan derajatnya untuk memimpin dimensi-dimensi lainnya. Maka sayangnya kesempurnaan ini harus diuji, sebagaimana pengujian kualitas produk.  Oleh karena itu kemudian manusia diturunkan di bumi untuk menempati raga-raga yang sudah dipersiapkan oleh bumi dan langit. Perhatikanlah berita Al qur an ;

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (QS. 95:4)
Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), (QS. 95:5)

Manusia sebagai makhluk ruhani sudah dibuat dalam bentuk sebaik-baiknya, kesempurnaan yang tidak dimiliki oleh makhluk manapun (QS. 95;4). Diciptakan dari cahaya yang akhir (teluar) dan ditiupkan juga cahaya yang awal. Kemudian masih ditambahkan lagi ditiupkan Ruh-Nya.  Disinilah paham Trinitas mendapat tempatnnya. Dengan ditiupkannya ruh-Nya (kesadaran-Nya) maka manusia memiliki kemampuan untuk meluaskan kesadarannya seluas-luasnya. Sehingga manusia memeiliki kemampuan merogoh sukmo, manunggaling kawula gusti, dan lain sebagainya. Manusia memiliki kemampuan menciptakan sebagaimana apa yang diinginkannya. Manusia mampu menciptakan apa yang menjadi prasangka dirinya. Demikianlah sehingga manusia dianggap menjadi refleksi Tuhan sendiri.

Di dalam tubuh ruhani manusia ada 3 entitas utama, sehingga ada sebagian manusia yang meyakini pemahaman Trinitas Yaitu kesadaran, kecerdasan, dan energy (spirit).  Entitas kesadaran adalah entitas yang akan mempertahankan ruang, dia dalam bentuk energi ikat , energi sentrifugal. Energi yang menjaga ‘jatidiri’ suatu benda, dzat, atau makhluk tetap dalam keadaan sebagaimana dirinya. Kesadaran adalah ruang itu sendiri yang tercipta dari titik satu ke titik lainnya. Kesadaran juga mempertahankan keadaan tersebut. Susunan galaksi, tatasurya, dan susunan atom suatu dzat, tetap dalam keadaannya sebab dikarena adanya energi kesadaran yang meliputinya.  Kesadaran adalah energi, yang menciptakan ruang dan waktu itu sendiri.

Perhatikanlah, Syekh Siti Jenar mengambil pijakan pemahamannya dari pemahaman ini. Pijakan yang digunakan adalah dimensi ruang dan waktu akherat. Bahwa manusia adalah makhluk yang diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Manusia diciptakan di dimensi akherat. Kemudian manusia diturunkan ke bumi menempati wadah atau tempat yang serendah-rendahnya yaitu tubuh manusia sekarang ini. Tubuh yang disusun dari saripati (jasmani) tanah itu sendiri. Dimana didalamnya terkandung muatan unsur dualitas.  Saripati tanah akan selalu terpengaruh oleh kutub magnet bumi. Inilah tempat serendah-rendahnya bagi makhluk ruhani manusia. Karena sebab inilah Syekh Siti Jenar beranggapan ketika mansuia ditempatkan ke dalam tubuhnya, manusia memasuki alam kematian dirinya. Maka dia berkeyakinan alam di dunia inilah sesungguhnya alam kematian (neraka) bagi makhluk ruhani (manusia).

Makhluk ruhani (manusia) ini akan disemayamkan di dalam sebuah cupu atau krital merah yang melambangkan hati manusia. Inilah makna yang sempat ditanyakan saudara Sabhrang Lor di blog ini, atas makna mimpinya. Makhluk ruhani harus mampu mengalir bersama aliran darah, dan membaca pesan-pesan yang sudah diberikan alam disana. Maka dalam mimpi Sabhrang Lor diperlihatkan banyak darah mengalir. Setelah mampu membaca pesan yang terkandung dalam aliran darah. Makhluk ruhani (manusia) diharapkan akan dapat menyelesaikan misinya dimuka bumi menjadi rahmat semesta alam. Sebab makhluk ruhani (manusia) ini diciptakan dari cahaya yang awal dan yang akhir (terluar).

Selama menjalankan misi Tuhan di muka bumi makhluk ruhani manusia harus mampu mempertahankan kesadaran yang sudah diberikan Tuhannya, yaitu kesempurnaan cahaya awal. Namun cahaya awal akan berbenturan dengan cahaya terluar yang juga memiliki 'jatidiri' inilah problematikannya. Kesadaran sebagai cahaya awal harus tetap dipertahankan agar dia tetap menjadi makhluk akherat (ruhani). Kemampuan mempertahakankan kesadaran inilah bagi Allah yang paling penting. Makhluk ruhani tersebut harus tetap mampu menyadari siapakah dirinya dan siapakah yang menciptakannya.  Karenanya sebelum memasuki portal dunia, mereka dipastikan kembali penyaksiannya itu. Makhluk ruhani (manusia) diminta berjanji terlebih dahulu. “….“Bukankah Aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjad isaksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar pada hari kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keEsaan Tuhan)”. (QS. Al A’raaf, 7 : 172).

Makhluk ruhani (manusia) berada dalam tubuh yang terbuat dari tanah, yang sudah membawa potensi-potensi dualitas, bagaimanakah keadaan dirinya ?. Yah, keadannyanya, mereka semua tertutup oleh hijab-hijab, yang berupa energi-energi kesadaran, energi yang melindungi lapisan-lapisan kesadaran. Lapisan dalam tubuh manusia banyak sekali jumlahnya, seperti lapisan kulit bawang. Maka jika terkelupas satu kulit, kita akan menemui kulit lainnnya, dan seterusnya, hingga sampailah kita di sebuah wadah atau cupu atau Kristal merah, yaitu hati manusia. Makhluk ruhani adalah energi, dia diciptakan dari kasih sayang Allah, maka dia hanya akan bisa hidup dari energi ini. Maka mau tidak mau makhluk ruhani harus mampu mengakses energi ini. Sayangnya entitas spirit yang menunjukan arah (kompas) sering tidak berfungsi. Arah energi yang dibutuhkan bukanlah kepada energi kasih sayang Allah yang terpusat di arashi. Namun malah justriu energi-energi alam lainnya yang masih mengandung dualitas. Maka sering makhluk ruhani ini lemah, dan terus melemah.

Perlu dipahami, meskipun diciptakan dari saripati tanah, namun saripati ini tetap berwujud cahaya, walau dia adalah cahaya terluar. Maka makhluk ruhani (manusia) ini adalah juga cahaya, karenanya dia tinggal di surga. Apalagi setelah ditiupkan Ruh-Ku maka kepasitas kesadarannya semakin luar biasa sekali, tak ada satupun makhluk yang sanggup melebih kapasitas kesadarannya. Karenanya sesungguhnya kepada dirinya tidak berlaku ruang dan waktu bumi. Kepada makhluk ruhani (manusia) ini berlaku ruang dan waktu akherat.   Artinya kematiannya berdasarkan ruang dan waktu akherat. Jika umurnya adalah 100 hari waktu akherat maka, dia berada dibumi akan bisa 5 juta tahun waktu dan ruang waktu bumi. Ingat waktu di akherat dengan waktu bumi perbandingannya adalah 1 : 50.000.

Namun persoalannya adalah, kembali kepada pokok bahasan surah At Tien diatas, makhluk ruhani (manusia) diturnkan kepada tempat serendah-rendahnya, yaitu raga manusia sekarang ini. Jelas keadaan ini akan menjadi siksaan yang terus menerus. Makhluk ruhani (manusia) ini akan terus mengalami tubulensi saat dibenturkan dengan dualitas kutub-kutub di alam materi. Ini adalah siksaaan, yang sama halnya dnegan kematian. Bagi Syek Siti Jenar alam dunia inilah hakekatnya alam kematian bagi makhluk ruhani (manusia). Maka dari itu, mereka berupaya semaksimal mungkin untuk segera menyelesaikan misinya di bumi secepatnya. Dengan energy kasih sayang-Nya, dia akankembali ke surge. Dia harus mampu lepas landas, melampaoui energi ikat kesadaran materi, dan juga kesadaran-kesadaran rendah lainnya.

Ketika makhluk ruhani (manusia) mampu lepas dari keterikatan dengan raganya, maka dnegan sendirinya dia kan meluncur dan kembali ke alamnya. Alam yang diistilahkan dengan surge. Kami menyebutnya alam dimensi ke 4. Seluruh agama diturunkan adalah menyoal ini. Membantu agar makhluk ruhani (mansuia) ini mampu melepaskan keterikatan dirinya dengan alam materi, atau badan wadagnya. Kembali kepada essensi penciptaan dirinya yaitu makhluk ruhani akherat. Saat mana alam materi dihancurkan diharap semua makhluk ruhani (manusia) sudah mampu mencapai kesadaran tertingginya untuk kembali ke akherat. Rupanya dari sinilah pijakan ajaran makrifat Syekh Siti Jenar. Kita sekarang ini berada di alam kematian bagi makhluk-makhluk ruhani (manusia). Di alam setelah mati nantilah hakekat alam sesungguhnya bagi makhluk-makhluk ruhani (manusia). Pertanyaannya adalaah alam kematian seperti apakah yang dimaksudkan ?.  Wolohualam


Mas Thole mengkisahkan ini, pada Kisah Misteri Ruang dan Waktu akan dilanjutkan dengan episode lainnya lagi.

Komentar

  1. Subhanallah walhamdulillah walailaha illallah wallahu akbar walahaula walaquwwata illah billah hil aliyil adzim...

    Terimksh saudaraQ atas penjelasannya yg sangat lengkap...
    Mdh2an diriq dpt menemukan titik kesadaran yg seutuhnya...
    Amiiinnn yaa allah... yaa robbal alamin... Allahumma Amiin

    Slm kasih & sejahtera saudaraq

    BalasHapus
  2. Selasa, 05 Oktober 2010
    MEMBACA SKENARIO TUHAN
    Pengantar : Kajian ini mencoba menjelaskan peranan masing-masing entitas dalam tubuh manusia, dimana sesungguhnya harus dipahami sebagai kesatuan yang utuh. Kajian terpisah dimaksudkan agar dapat memberikan sebuah pemahaman yang total. Bagaimana perjalanan Jiwa dan Raga dalam peranan masing-masing.?. Karena raga dalam pemahaman saya, di akhirat nanti hanya akan menjadi saksi atas perbuatan manusia. Raga berisi perintah dan program Tuhan atas peradaban manusia dilain pihak raga juga berada dalam tanggung jawab operasional Jiwa. Jiwa dapat bersifat bebas sekehendak dirinya namun begitu, disisi lain raga bukanlah entitas yang bebas, dia tunduk hanya kepada sunatulloh. Bukan tunduk kepada Jiwa itu sendiri. Sehingga mau tidak mau Jiwa harus menerima keadaan dirinya yang bebas terbatas. Posisi ini harus dalam keseimbangan. Allah memberikan posisi tawar kepada Jiwa agar Jiwa merasa puas dalam posisinya itu. Diberikannya fasilitas dan tingkat kepuasan dalam keadilan Tuhan yang sempurna. Namun, keputusan apapun bagi Jiwa apakah akan memilih kefasikan atau ketakwaan tidak akan mempengaruhi rencana Tuhan yang akan dijalankan oleh raga. Rencana membangun peradaban manusia yang luar biasa. Walohu'alam.

    BalasHapus
  3. brow biar yakin tuh nyoba aja sendiri he he he 12km ke timur dari parangteritis

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali