Kisah Spiritual, Saatnya Berpacu Dengan Makhluk-makhluk Ber-Kesadaran Rendah




Wajah langit menukik terus menghujam bumi. Kisaran seperempet  mil tak nampak lagi ufuk disana.  Adakah gelap akan menjadi gulita, apakah terang akan berubah menjadi cahaya. Tidak !. Sebab gelap dan terang sesungguhnya tak bermakna. Benda gelap hakekatnya karena disebabkan semua cahaya telah habis diserapnya. Lantas adakah terang jika tidak ada gelap ?. Juga tidak !. Sebab hakekat terang bisa disebut terang  dikarenakan benda tersebut memantulkan cahaya. Maka gelap dan terang selalu ada menjadi pasangan jiwa manusia. Maka manakah yang kita suka ?.  

Wajah malam membasut relung jiwa, memberi makna cahaya. Membuat rahsa ketakutan didada. Adakah disana makhluk durjana?. Tidak !. Sebab hakekatnya gelap hanya membuat kita tak mampu mengetahui ada apa disana. Ketidak tahuan kita yang membuat kita takut adanya.  Adakah cahaya bermakna ?. Tidak !. Sebab percumah saja bila membedakan gelap dan terang saja kita tidak bisa. Apakah kita tidak merasa bahwasanya dalam keadaan apa saja, terang atau gelap, hati kita selalu takut adanya. Bilakah kita takut pada Tuhan ?. Tidak !. Nyatanya kita lebih takut kepada selain Nya. Saksikan saja, bahwa semua itu adalah benar adanya. Maka apakah artinya gelap dan terang, jika keduanya sama saja, tidak membuat kita lebih takut kepada-Nya.

Wajah pagi turun bersama embun yang baru jatuh dari daun. Kisaran seperempat minuman teh suara kaki menjauh. Gelap berubah menjadi terang, semua menjadi nampak  jelas dimata karena adanya matahari. Namun semua tak merubah apa-apa, hanya membuat kita lebih tenang saja. Kita tahu dalam jarak pandangan mata, kita siaga sebab semua  nyata. Kita lupa makhluk durjana tetap ghaib keadaannya, gelap atau terang sama saja keadaan dirinya. Maka kenapakah jika berada dalam gelap kita takut kepada makhluk yang tak kasat mata ?.Apakah bedanya, toh pada dua keadaan itu kita tetap saja tak mampu melihat keberadaannya. Mengapakah kita lebih takut kepada makhluk jejadian dari pada kepada Nya ?.

Wajah-wajah turun bergantian, dari peradaban demi peradaban, tidak ada manusia yang luput dari kematian. Daun layu dan mongering, berganti lagi daun baru yang hijau segar. Bunga bersama putik berkembang, harumnya  menghias sepanjang kali. Dari atas sana batu-batu kali menindih, menggelinding seiring banjir badang yang datang setahun sekali. Sampailah di depan gelombang pasang, dan kemudian disusul lagi gelombang yang kemudian. Kemanakah gelombang awal ?. Gelombang telah hilang tak membekas apa-apa. Hanya dalam kesadaran ada gelombang yang pernah melintas mata. Apakah bermakna ?. Tidak !. Gelombang tak membekas apa-apa bagi kita. Tapi cobalah berdiri menghadang saat di datang, rasakan benturannya, rasakan sakitnya hantaman menerpa wajah dan kulit kepala, maka kita tahu bahwa gelombang itu nyata. Bagi lainnya gelombang tetap akan dilupa. Saksikan manakah yang lebih kuat kesaksian diantara mereka ?.

Banyak kesaksian dari saudara-saudara lainnya  atas suasana alam. Bahwa apa yang disaksikan Mas Thole adalah benar. Mereka menjadi saksi yang menyaksikan. Rentetan kejadian di alam nyata menjadi pertanda, para petinggi negri ini sudah mulai hilang kendali dirinya. Mereka akan mulai memperkuat golongannya masing-masing.  Maka jika toh ada yang meragukan kesaksian Mas Thole tidak akan merubah apa-apa atas kejadiannya. Sebab penyaksi hanyalah saksi, bukanlah pelaku ataupun yang membuat kejadian menjadi ada.   Banyak sekali wartawan perang dan yang semisal dengan itu, harus berhadapan dengan pedang,  menghadapi hujatan dan makian, sebab kesaksian mereka akan selalu merubah kesadaran, menjadi kunci bagi suatu golongan. Maka karena itu banyak saksi yang kemudian dibungkam. 

Sebagaimana salah satunya, yang mencoba mewartakan bagaimana kejadiannya nanti, situasi nusantara memasuki awal jaman Kalabendu. Sayang sekali penglihatannya itu tidak mau di share disini. Maka Mas Thole hanya mencuplikan balasan emailnya saja. Kepada rekan yang sudah berbagi khabar, diaturkan terima kasih. Inilah SMS balasan kepadanya .

"Walaikumsalam,

Kita semua hanya penyaksi saja, segala sesuatu Allah yang merencanakan. Membaca tanda-tanda alam, sebagaimana para ahli cuaca untuk pembelajaran bahwa sebentar lagi akan ada hujan, sehingga kita bersiap diri sebaik-baiknya. Dalam Al qur an sudah ditegaskan bahwa kiamat pasti akan datang. Kiamat kesadaran spiritual, kiamat dialam materi, dll, semua hanyalah simbol-simbol. Hakekatnya kepada yang beriman agar menambah keyakinan diri mereka saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, hanya perbanyak bekal saja yang mampu kita lakukan. Entah apa kejadiannya, rencana Allah pasti akan terjadi. Perguliran kekuasaan, perguliran peradaban, dan perguliran kesadaran akan sellau mencari titik keseimbangan baru. Demi peradaban manusia sendiri, demi meningkatnya kesadaran manusia. 

Bagi saya pribadi lebih kepada pemaknaan, dam mencari hikmah atas kejadian untuk bekal kita menghadap kepada-Nya.

Terima kasih atas sharingnya. Sebab kita sama-sama sedang dan akan menyaksikan perhelatan akbar di bumi nusantara ini.

salam"

Begitu juga nasib para saksi yang menyaksikan dan berucap, “ Aku bersaksi, “TIADA TUHAN SELAIN ALLAH DAN NABI MUHAMMAD ROSUL ALLAH””,  nasib mereka akan  selalu dibungkam, atau akan dibunuh karakternya. Begitulah nasib para nabi para wali, dan para orang sholeh, dari jaman dahulu sampai sekarang ini. Karena itu jaman sekarang ini sudah sedikit sekali yang mau dengan sungguh-sungguh menetapi ini, sebagaimana para penyaksi wartawan perang yang berada di garis depan mengkhabarkan berita perang. Sebab selalu saja nyawa mereka taruhannya. Sudah menjadi bagian hidup para penyaksi Tuhan jika, akan selalu diolok-olok, semisal pertanyaan, “Apa ya sudah ketemu Tuhan, jangan-jangan hanya mengaku-aku..bla-bla..”. Maka biar sajalah, tidak perlu dirisaukan, jalan cerita memang akan selalu begitu. Sebagaimana orang yang menghadang gelombang sendirian. Hanya dia saja yang tahu benar bagaimanakah rahsanya.

Malam merambah pagi, tak menyisakan apa-apa. Misteri dan selalu saja misteri. Bagian ini adalah bagian teramat biasa yang justru menjadi bagian yang sulit dikisahkan. Bulan ini hawa yang mencengkeram langit mulai memudar. Semua dedemit dan siluman sudah menetapi bagiannya masing-masing, mereka sudah menemukan raga-raga manusia. Sehingga alam kesadaran menjadi agak tenang keadaannya. Para kesatria bolehlah berlega hati. Maka beberapa hari ini banyak sekali telpon masuk dan email masuk kepada Mas Thole. Bahkan Ratu Sima yang berada di Jepang menymepatkan diri untuk menelpon Mas Thole. Suara yang tak terlalu asing. Aksen kuat yang memang dikenalnya, maka tak terasa hampir satu jam pembicaraan sekedar silaturahmi berlangsung.

Benar, Mas Thole mulai berjalan meniti realitas. Berpacu dengan kesadarn rendah yang sudah memasuki raga-raga manusia. Mengimbangi kesadaran-kesadaran rendah yang mulai merasuki para petinggi negri ini. Apaboleh buat, jikalau sekarang ini kita sudah di dalam jaman Kalabendu, mau tidak mau kita harus bertahan. Manakala poros energi negatif sudah terlalu tinggi maka harus ada upaya sungguh-sungguh dari para kesatri untuk menyeimbangkan, menjadi kekuatan penyeimbang, jika tidak alam kesadaran akan membawa korban yang tak terhitung banyaknya. Bagiaman melakukan transformasi kesadaran inilah yang sedang menjadi kajian Mas Thole. Sebelumnya tidak terbersit sedikitpun jika cara efektif yang harus dilakukan adalah melalui media film. Setidaknya Mas Thole tidak pernah menyangka ada keterkaitan yang sedang direncanakan leluhur atas skenario ini. Entah kenapa pada saat itu Mas Thole mengajak salah satu rekan yang memang sangat konsen terhadap perjuangan nusantara baru ke tempat kangmas di Indramayu. Sebagaimana yang sudah dikisahkan, disana portal dimensi terbuka, entah pertanda apa, saat itu tidak diketahuinya dengan pasti.

Semua rangkaian menjadi jelas sekarang ini, siapakah kangmas, siapakah rekan Mas Thole. Mengapakah mereka dipertemukan ditempat kangmas. Hari ini menjadi jelas keadaannya. Rekan Mas Thole diberikan kepercayaan menggali potensi ‘jatidiri’ bangsa, melalui tokoh kharismatik yang melegenda di Indonesia ini. Seorang tokoh yang merubah kesadaran yang selalu menjadi inspirasi dunia. Pesan-pesan rupanya dititipkan kepada rekan Mas Thole melalui portal yang terbuka di rumah kangmas. Sebuah pesan moral yang harus disampaikan lewat film. Sebuah lompatan kesadaran yang harus ditransformasi dari leluhur kepada anak-anak muda generasi bangsa ini. Perbincangan menyoal itu dilakukan hingga 5 hari tidak tidur antara mereka, mencari pijakan. Syukurlah sutradara mau menerima 100 persen pesan-pesan yang akan dibawakan. Dan entah mengapa kru pembuat film yang sesungguhnya bekelas nasional mau sama-sama berjuang untuk mewujudkan film tersebut. Film yang akan disaksikan oleh orang-orang besar dari penjuru dunia. Film yang akan diputar di setiap sekolah-sekolah secara gratis di seluruh Indonesia. Luar biasa. Sungguh sebuah anugrah. Tidaklah perlu tercantum nama disana, tidak penting, begitu juga dengan semuanya. Kesatria harus tetap bekerja dalam keterasingan, tetap terpingit kedaannya. Tak perlu ada nama, atau orang tahu itu siapa. Yang terpenting adalah bagaimana dapat memberikan sumbangan pemikiran agar nusantara baru segera terwujud. Bagi Mas Thole yang utama adalah meletakkan kesadaran terlebih dahulu. Karena itu khabar ini menjadi bungah tersendiri bagi Mas Thole. Sebuah kerja keras, langkah nyata untuk mentransformasikan kesadaran kepada generasi yang nanti akan menjadi pemimpin bangsa ini. Dari sinilah diletakkan kesadaran nusantara baru kepada mereka semua.

Kejadian yang seperti mengalir saja, kebetulan, yah kebetulan yang tertata rapi sekali, sehingga kita sendiripun nyaris tak percaya jika kesadaran yang ingin ditransformasikan sudah disiapkan wadahnya.   Mas Thole juga sempat berpesan kepada Ratu Sima yang saat itu menelepon. Bahwa semua nanti akan mendapatkan bagian-bagiannya, maka bersiap sajalah. Bukan berarti semua orang akan sama. Tidaklah begitu, semua akan diberikan petunjuk, yang  terpenting adalah niat, yaitu bagaimana kita para kesatria mampu mentransformasikan kesadaran kepada generasi penerus, bagaimana kita meletakan kesadaran budhi luhur kepada mereka. Inilah perang sesungguhnya. Jika kesadaran berketuhanan Yang Maha Esa sudah tertanam di dalam kesadaran bangsa ini, maka yakinlah bahwa bangsa ini akan ditingkatkan derajatnya. Demikianlah maka untuk selanjutnya, Mas Thole dan Sang Prabu dalam waktu dekat ini juga akan mencoba melakaukan hal yang sama. Walau dalam bentuk yang berbeda. Sekali lagi, semua ada bagiannya, ada yang cukup melalui hati. Maka lakukanlah dengan hati secara bersungguh-sungguh, ada lagi yang dengan karya intelektualnya, dan lain sebaginya, yang terpenting adalah dari niatnya. Maka tetapilah keadaan ini.

Wajah langit menukik terus menghujam bumi. Kisaran seperempet  mil tak nampak lagi ufuk disana.  Adakah gelap akan menjadi gulita, apakah terang akan berubah menjadi cahaya. Tidak !. Sebab gelap dan terang sesungguhnya tak bermakna. Benda gelap hakekatnya karena disebabkan semua cahaya telah habis diserapnya. Lantas adakah terang jika tidak ada gelap ?. Juga tidak !. Sebab hakekat benda bisa disebut terang  dikarenakan memantulkan cahaya. Maka gelap dan terang selalu ada menjadi pasangan jiwa manusia. Maka manakah yang kita suka   ?.  Kita bisa saja mengambil gelapnya, dan membuang terang. Atau juga sebaliknya. Maka serahkanlah gelap dan terang hanya kepada Pencipta keadaan itu. Bagian kita hanyalah menjadi saksi bahwa “Tiada sesuatupun terjadi diatas muka bumi ini tanpa ijin-Nya.” . Dan bagian para pengolok-olok adalah sebagaimana yang dia inginkan sendiri juga. Semua akan diperlakukan dengan adil. Maka ;

“Ingatlah, sesungguhnya Wali-Wali Allah itu tidak ada kekhwatiran atas diri mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa.” (QS Yunus : 62-63)


Dengan keyakinan itu, marilah kita berpacu dengan kesadarabn-kesadaran rendah, menjadi penyeimbang mereka-mereka, sehingga keadaan alam kesadaran tidak dikuasai total. MBilapun hanya mampu menjadi penyeimbang saja rasanya cukuplah sudah, tidak usah berharap untuk menang. Sebab memang belum saatnya. Setidaknya untuk saat sekarang ini.

wolohualam

Komentar

  1. "Dan jika kamu (orang kafir) mendustakan, maka umat yang sebelum kamu juga telah mendustakan. Dan kewajiban rasul itu, tidak lain hanyalah menyampaikan (agama Allah) dengan seterang-terangnya." QS Al 'Ankabuut , 18.

    ""Dan demi sesungguhnya, Kami telah tulis di dalam Kitab-kitab yang Kami turunkan sesudah ada tulisannya pada Lauh Mahfuz: "Bahawasanya bumi itu akan diwarisi oleh hamba-hambaKu yang soleh"". QS Al Anbiyaa 105.

    BalasHapus
  2. Gending yudha sang alam telah dimainkan
    Dan para ksatria sudah selayaknya menempati posisinya

    Kstaria harus maju ke medan yudha, demi sebuah bakti
    Apakah bakti kepada pertiwi atau kepada golongan atau juga kepada Tuhan
    Karena memang demikianlah tugas ksatria

    Hikayat lama telah mengabarkan kiprah para ksatria
    Melalui perang Baratayudha, Perang Paregreg, Perang kemerdekaan dan peperangan yang lainnya

    Dan ksatria tak selalu harus berada di posisi “yang benar”
    Kisah Kumbokarno yang berperang di fihak yang salah

    Dan fihak Kurawa merekapun para ksatria
    Yang tetap maju menetapi kewajiabnya

    Maka biarlah Tuhan yang menentukan pahala setiap perbuatan
    Tergantung niat saat maju ke medan pertempuran

    Belum tentu yang berada di kubu kebenaran adalah ksatria sejati
    Bisa jadi yang berada di kubu yang salah justru merekalah sang kstria sejati
    Hikayat menceritakan
    Sang ksatria Bisma berperang di fihak yang salah
    Sang Karna

    Maka luruhkan dan perhatikan
    Lupakan dan hilangkan salah benar
    Leburkan dalam lingkaran kasih sayang



    Perhatikan bahasa kasih sayang
    Karena itulah bahasa sang ksatria alam, ksatria sejati
    Bahasa sang cahaya diatas cahaya
    Bahasa sang pengendara waktu
    Bahasa sang pengendara cahaya
    Yang sayangnya tak akan difahami oleh mereka yang tak memiliki hati

    Coba diam dan resapi kalimat demi kalimat
    Coba perhatikan tetes demi tetes kata
    Apakah membawa kelembutan
    Apakah membawa pengharapan
    Apakah membawa gairah kehidupan

    Kenali bahasa sejatinya bahasa
    Kenali rasanya
    Maka diri tak lagi salah menempatkan pada posisinya
    Karena diri ini taka da lagi rasa was-was dan khawatir


    Biarlah setiap ksatria menempati posisinya
    Dan biar pula taka da satupun yang berada berasa sang pengendara waktu
    Sang pengendara cahaya, karena diapun tak memerlukan kawan

    Dia memang selalu sendiri bersama alam
    Karena alam adalah dirinya, karena alam adalah bahasanya
    Dan dia hanya akan menyampaikan dalam bahasa yang bisa dimengerti
    Seandaianya satu orang saja memahami bahasanya
    Maka cukuplah sudah baginya karena telah diserahkan tugas dan beban dirinya

    Seandainya lebih banyak lagi
    Maka sungguh sebuah berkah dan anugerah Tuhan yang berlimpah

    Sang pengendara waktu
    Sang pengendara cahaya, sang ksatria alam
    Mungkin adalah kamu, mungkin dia, mungkin kami, mungkin mereka
    Bisa jadi dia ada di kubu kebenaran, bisa jadi pula dia berada di kubu lawan
    Bisa jadi dia berdiri kokoh sebagai batu penghalang
    Namun dialah sang penyeimbang
    Menjaga kesadaran alam
    Agar tetap dalam keadaannya, sujud menyembah kepada Tuhan


    Dimanapun keberadaannya
    Lihatlah kelembutan hatinya
    Keteguhannya, rasa cintanya
    Dia selalu meliputi, dalam sebuah bahasa yang sama
    Bahasa kasih sayang

    Apakah kalimat ini ada yang mengerti?
    Apakah ada yang memahami?
    Apakah ada yang menjadi saksi?

    Baginya sama saja
    Karena dia telah berada di atas dualitas
    Dia meliputi semuanya
    Karena dialah kasih itu sendiri

    BalasHapus
  3. Sungguh telah banyak diulang dan diulang pengajaran demi pengajaran ini
    tak kenal lelah sang alam mewartakan beritanya
    dan kebanyakan manusia justru akan semakin lari
    sambil menutup telinga
    atau mentertawakan, mencemooh dan memicingkan sebelas mata
    sambil tersenyum menyindir dan mengolok-olok
    ...
    dan tunggulah saja
    sampai saatnya sang alam mewartakan beritanya
    ketika sang nafas mulai menyesak di kerongkongan
    ketika sang alam tak lagi membiarkan bagiannnya dihirup
    ketika sang alam menahan partikel-partikelnya

    dan tunggulah siksa itu
    saat dada terasa sesak bagai mendaki ke langit
    terasa himpitan yang menyiksa menekan dada, terengah
    dan tunggulah saat hawa udara terasa menyengat
    saat energy alam telah bergemuruh
    membakar jiwa


    ketika energy kemarahan
    mulai dialiran melalui sang nafas
    ketika udara telah berisi hawa kebencian
    ketika udara telah penuh dengan hawa pertengkaran
    ketika udara adalah hawa-hawa panas yang mudah terbakar

    tersulut sedikit saja
    api akan memercik dalam sebuah pertikaian
    perkelahian, perebutan, penganiayaan
    dan tak perlu lagi disebutkan
    karena mata dan telinga telah melihat dan mendengar
    sebagai bagian sarapan pagi


    dan apakah tak pernah terdengar kabar berita alam?
    tentang kesejukan pagi hari nan lembut
    tentang beningnya mata air pegunungan
    tentang tenang dan damainya pagi hari di kicau burung
    tentang indahnya panorama pedesaan nan asri
    ...
    tentang udara yang bersih dan menyegarkan
    tentang curah hujan yang cukup dan menyejukkan
    tentang hawa pegunungan yang begitu damai dan menyenangkan
    tentang kelincahan hidup di dunia ini
    tentang bahagia dan nikmatnya hidup itu...


    dan tak pernahkah kau fikirkan

    akan berada di sisi mana kau berada
    apakah berada di suasana jiwa yang penuh keresahan panas membara
    ataukah sejuk nikmat dami dan menyenangkan


    ...

    dan itulah pilihanmu
    hanya hanya dirimu sendiri yang bisa menentukan
    di posisi mana jiwamu berada

    ...
    karena aku hanya mengabarkan kidung sang alam
    ....
    salam untukmu yang mendengarkan kidungku ini

    BalasHapus
  4. kidung alamOktober 05, 2013

    Saudaraku semua
    Para ksatria yg kini berada di mana saja...
    Kalau kau diberi kesempatan membaca panggilanku ini ...
    Kau pasti akan mendengar dan merasakan panggilan ini
    ...
    Karena panggilan ini adalah panggilan ibu
    Panggilan ibu dari segala ibu
    Panggilan alam .. panggilan dari dalam dirimu
    Karena dirimu sendiri yg memanggil
    Karena dirimu sendiri sang alam itu
    Dirimu adalah ksatria alam itu
    Ksatria alam itulah sang piningit
    ..
    Dia bisa berada dimanapun
    Ketika berada di Ki Ageng jadilah Ki Ageng sang ksatria itu..ketika berada di Mas Thole jadilah mas thole ksatria itu
    Atau sang sabranglor atau sang prabu
    Atau siapa saja...
    Kenali panggilan itu
    Karena itulah panggilan ibu pertiwi
    Sang ksatria ketika meliputi badan raga
    Maka itulah jati diri sebenarnya
    Mari coba diurai sedikit penjabaran kata
    Meliputi ini ... meliputi adalah ada di dalamnya dan masih tergantung dg dirinya dari luar
    Ada di dalam dan ada di luarnya
    ..
    Raga kita diliputi air.
    Air ada di dalam dan di luar
    Tanpa air maka matilah raga itu
    Air diliputi oleh atom H dan O
    Oksigen meliputi air dan meliputi raga
    Tanpa nafas oksigen ini maka matilah raga
    Oksigen adalah unsur bumi
    Dan Hidrogen adalah unsur langit
    Yg dipancarkan melalui cahaya langit bintang dan matahari
    Tanpa Hidrogen maka matilah raga
    Atom H adalah gerak cahaya yg membawa energy gerak
    Dengan gerak inilah yg meliputi
    Sehingga raga bisa bergerak
    Sesuatu yg meliputi cahaya dan gerak dan semua raga inilah yg disebut hidup
    Gerak meliputi partikel H dan O
    Gerak ini disebut gelombang
    Sesuatu yg meliputi gelombang dan partikel disebut cahaya
    Cahayalah yg meliputi gelombang alam ini
    Cahayalah yg meliputi atom alam ini
    Dan cahaya adalah pembawa energy
    Yg mengantarkan energy ke raga kita
    Maka ketika ksatria berada di alam dimensi ini
    Akan terjebak alam partikel terjebak di sana
    Di akam gerak atau gelombang dan di dimensi energy
    Kareba yg meliputi semua ini adalah yg hidup
    Yaitu nafs... yg meliputi cahaya
    Maka kstaria haruslah meliputi nafs ini
    Meliputi jiwa ..meliputi ego
    Meliputi aku...meliputi diri
    Sehingga tiadalah ego.. hilang diliputi jati diri ksatria ini
    Maka masuki dimensi kesadaran alam
    Disana akan memasuki informasi demi informasi
    Melihat tanda demi tanda mengamati rasa demi rasa
    Semua tanda alam ini diliputi oleh Hukum alam
    Namun persepsilah yg menghijab sehingga
    Tak mampu memahami Hukum alam...
    Hukum alam ini diliputi oleh kehendak yg mendahului... sebuah kehendak Tuhan yaitu kun
    Maka semua ini terjadi bila Tuhan menghendaki
    ..
    Dan demikianlah kehendak Tuhan
    Yg telah menentukan ruh yg dekat denganNya
    Untuk mendampingi nafs (jiwa) kita
    Dan itulah sang ksatria alam
    Ksatria pilihan Tuhan untuk menjadi pendamping setia kita
    Biarkan itu meliputi aku
    Sehingga aku bisa menjadi gerak
    Aku menjadi gelombang
    Aku menjadi energy
    Aku menjadi cahaya
    Dan aku mengikuti kehendak alam
    Kehendak Tuhan
    Mewaki tugasNya di muka bumi ini

    Terserah pilihanmu
    Karena bila menolakpun tak apa
    Tuhan pasti sudah tahu apa yg akan terjadi
    ..
    Dan hanya kita yg tidak tahu

    Yg bisa kita lakukan adalah membaca tanda alam
    Mendengarkan kidung alam
    Salamku untukmu ksatriaku... sang ksatria alam

    BalasHapus
  5. Terimksh kidung Alam saudaraQ...
    Kidungmu sungguh menggugah hatiQ..

    Bismillahirrohmanirohlm...Laahaula walaquwwata illah billahil aliyil adzim...allahu akbar...3x

    Slm ksh&sejahtera Kidung Alam saudaraQ...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali