Kisah Spiritual, Saatnya Berpacu Dengan Makhluk-makhluk Ber-Kesadaran Rendah
Wajah langit menukik terus
menghujam bumi. Kisaran seperempet mil
tak nampak lagi ufuk disana. Adakah
gelap akan menjadi gulita, apakah terang akan berubah menjadi cahaya. Tidak !.
Sebab gelap dan terang sesungguhnya tak bermakna. Benda gelap hakekatnya karena
disebabkan semua cahaya telah habis diserapnya. Lantas adakah terang jika tidak
ada gelap ?. Juga tidak !. Sebab hakekat terang bisa disebut terang dikarenakan benda tersebut memantulkan cahaya.
Maka gelap dan terang selalu ada menjadi pasangan jiwa manusia. Maka manakah
yang kita suka ?.
Wajah malam membasut relung jiwa,
memberi makna cahaya. Membuat rahsa ketakutan didada. Adakah disana makhluk
durjana?. Tidak !. Sebab hakekatnya gelap hanya membuat kita tak mampu
mengetahui ada apa disana. Ketidak tahuan kita yang membuat kita takut adanya. Adakah cahaya bermakna ?. Tidak !. Sebab
percumah saja bila membedakan gelap dan terang saja kita tidak bisa. Apakah
kita tidak merasa bahwasanya dalam keadaan apa saja, terang atau gelap, hati
kita selalu takut adanya. Bilakah kita takut pada Tuhan ?. Tidak !. Nyatanya
kita lebih takut kepada selain Nya. Saksikan saja, bahwa semua itu adalah benar
adanya. Maka apakah artinya gelap dan terang, jika keduanya sama saja, tidak
membuat kita lebih takut kepada-Nya.
Wajah pagi turun bersama embun
yang baru jatuh dari daun. Kisaran seperempat minuman teh suara kaki menjauh. Gelap
berubah menjadi terang, semua menjadi nampak jelas dimata karena adanya matahari. Namun
semua tak merubah apa-apa, hanya membuat kita lebih tenang saja. Kita tahu dalam
jarak pandangan mata, kita siaga sebab semua
nyata. Kita lupa makhluk durjana tetap ghaib keadaannya, gelap atau
terang sama saja keadaan dirinya. Maka kenapakah jika berada dalam gelap kita
takut kepada makhluk yang tak kasat mata ?.Apakah bedanya, toh pada dua keadaan
itu kita tetap saja tak mampu melihat keberadaannya. Mengapakah kita lebih
takut kepada makhluk jejadian dari pada kepada Nya ?.
Wajah-wajah turun bergantian,
dari peradaban demi peradaban, tidak ada manusia yang luput dari kematian. Daun
layu dan mongering, berganti lagi daun baru yang hijau segar. Bunga bersama
putik berkembang, harumnya menghias
sepanjang kali. Dari atas sana batu-batu kali menindih, menggelinding seiring
banjir badang yang datang setahun sekali. Sampailah di depan gelombang pasang,
dan kemudian disusul lagi gelombang yang kemudian. Kemanakah gelombang awal ?.
Gelombang telah hilang tak membekas apa-apa. Hanya dalam kesadaran ada
gelombang yang pernah melintas mata. Apakah bermakna ?. Tidak !. Gelombang tak
membekas apa-apa bagi kita. Tapi cobalah berdiri menghadang saat di datang,
rasakan benturannya, rasakan sakitnya hantaman menerpa wajah dan kulit kepala,
maka kita tahu bahwa gelombang itu nyata. Bagi lainnya gelombang tetap akan
dilupa. Saksikan manakah yang lebih kuat kesaksian diantara mereka ?.
Banyak kesaksian dari
saudara-saudara lainnya atas suasana
alam. Bahwa apa yang disaksikan Mas Thole adalah benar. Mereka menjadi saksi
yang menyaksikan. Rentetan kejadian di alam nyata menjadi pertanda, para
petinggi negri ini sudah mulai hilang kendali dirinya. Mereka akan mulai
memperkuat golongannya masing-masing.
Maka jika toh ada yang meragukan kesaksian Mas Thole tidak akan merubah
apa-apa atas kejadiannya. Sebab penyaksi hanyalah saksi, bukanlah pelaku
ataupun yang membuat kejadian menjadi ada. Banyak
sekali wartawan perang dan yang semisal dengan itu, harus berhadapan dengan
pedang, menghadapi hujatan dan makian,
sebab kesaksian mereka akan selalu merubah kesadaran, menjadi kunci bagi suatu
golongan. Maka karena itu banyak saksi yang kemudian dibungkam.
Sebagaimana salah satunya, yang mencoba mewartakan bagaimana kejadiannya nanti, situasi nusantara memasuki awal jaman Kalabendu. Sayang sekali penglihatannya itu tidak mau di share disini. Maka Mas Thole hanya mencuplikan balasan emailnya saja. Kepada rekan yang sudah berbagi khabar, diaturkan terima kasih. Inilah SMS balasan kepadanya .
Sebagaimana salah satunya, yang mencoba mewartakan bagaimana kejadiannya nanti, situasi nusantara memasuki awal jaman Kalabendu. Sayang sekali penglihatannya itu tidak mau di share disini. Maka Mas Thole hanya mencuplikan balasan emailnya saja. Kepada rekan yang sudah berbagi khabar, diaturkan terima kasih. Inilah SMS balasan kepadanya .
"Walaikumsalam,
Kita semua hanya penyaksi saja, segala sesuatu Allah yang merencanakan. Membaca tanda-tanda alam, sebagaimana para ahli cuaca untuk pembelajaran bahwa sebentar lagi akan ada hujan, sehingga kita bersiap diri sebaik-baiknya. Dalam Al qur an sudah ditegaskan bahwa kiamat pasti akan datang. Kiamat kesadaran spiritual, kiamat dialam materi, dll, semua hanyalah simbol-simbol. Hakekatnya kepada yang beriman agar menambah keyakinan diri mereka saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, hanya perbanyak bekal saja yang mampu kita lakukan. Entah apa kejadiannya, rencana Allah pasti akan terjadi. Perguliran kekuasaan, perguliran peradaban, dan perguliran kesadaran akan sellau mencari titik keseimbangan baru. Demi peradaban manusia sendiri, demi meningkatnya kesadaran manusia.
Bagi saya pribadi lebih kepada pemaknaan, dam mencari hikmah atas kejadian untuk bekal kita menghadap kepada-Nya.
Terima kasih atas sharingnya. Sebab kita sama-sama sedang dan akan menyaksikan perhelatan akbar di bumi nusantara ini.
salam"
Begitu juga nasib para saksi yang
menyaksikan dan berucap, “ Aku bersaksi, “TIADA TUHAN SELAIN ALLAH DAN NABI
MUHAMMAD ROSUL ALLAH””, nasib mereka
akan selalu dibungkam, atau akan dibunuh
karakternya. Begitulah nasib para nabi para wali, dan para orang sholeh, dari
jaman dahulu sampai sekarang ini. Karena itu jaman sekarang ini sudah sedikit
sekali yang mau dengan sungguh-sungguh menetapi ini, sebagaimana para penyaksi
wartawan perang yang berada di garis depan mengkhabarkan berita perang. Sebab selalu
saja nyawa mereka taruhannya. Sudah menjadi bagian hidup para penyaksi Tuhan
jika, akan selalu diolok-olok, semisal pertanyaan, “Apa ya sudah ketemu Tuhan, jangan-jangan hanya mengaku-aku..bla-bla..”.
Maka biar sajalah, tidak perlu dirisaukan, jalan cerita memang akan selalu
begitu. Sebagaimana orang yang menghadang gelombang sendirian. Hanya dia saja
yang tahu benar bagaimanakah rahsanya.
Malam merambah pagi, tak
menyisakan apa-apa. Misteri dan selalu saja misteri. Bagian ini adalah bagian
teramat biasa yang justru menjadi bagian yang sulit dikisahkan. Bulan ini hawa
yang mencengkeram langit mulai memudar. Semua dedemit dan siluman sudah
menetapi bagiannya masing-masing, mereka sudah menemukan raga-raga manusia.
Sehingga alam kesadaran menjadi agak tenang keadaannya. Para kesatria bolehlah
berlega hati. Maka beberapa hari ini banyak sekali telpon masuk dan email masuk
kepada Mas Thole. Bahkan Ratu Sima yang berada di Jepang menymepatkan diri
untuk menelpon Mas Thole. Suara yang tak terlalu asing. Aksen kuat yang memang
dikenalnya, maka tak terasa hampir satu jam pembicaraan sekedar silaturahmi
berlangsung.
Benar, Mas Thole mulai berjalan
meniti realitas. Berpacu dengan kesadarn rendah yang sudah memasuki raga-raga manusia. Mengimbangi kesadaran-kesadaran rendah yang mulai merasuki
para petinggi negri ini. Apaboleh buat, jikalau sekarang ini kita sudah di dalam jaman Kalabendu, mau tidak mau kita harus bertahan. Manakala poros energi negatif sudah terlalu tinggi
maka harus ada upaya sungguh-sungguh dari para kesatri untuk menyeimbangkan,
menjadi kekuatan penyeimbang, jika tidak alam kesadaran akan membawa korban
yang tak terhitung banyaknya. Bagiaman melakukan transformasi kesadaran inilah
yang sedang menjadi kajian Mas Thole. Sebelumnya tidak terbersit sedikitpun
jika cara efektif yang harus dilakukan adalah melalui media film. Setidaknya
Mas Thole tidak pernah menyangka ada keterkaitan yang sedang direncanakan leluhur
atas skenario ini. Entah kenapa pada saat itu Mas Thole mengajak salah satu
rekan yang memang sangat konsen terhadap perjuangan nusantara baru ke tempat
kangmas di Indramayu. Sebagaimana yang sudah dikisahkan, disana portal dimensi
terbuka, entah pertanda apa, saat itu tidak diketahuinya dengan pasti.
Semua rangkaian menjadi jelas
sekarang ini, siapakah kangmas, siapakah rekan Mas Thole. Mengapakah mereka
dipertemukan ditempat kangmas. Hari ini menjadi jelas keadaannya. Rekan Mas
Thole diberikan kepercayaan menggali potensi ‘jatidiri’ bangsa, melalui tokoh
kharismatik yang melegenda di Indonesia ini. Seorang tokoh yang merubah
kesadaran yang selalu menjadi inspirasi dunia. Pesan-pesan rupanya dititipkan
kepada rekan Mas Thole melalui portal yang terbuka di rumah kangmas. Sebuah
pesan moral yang harus disampaikan lewat film. Sebuah lompatan kesadaran yang
harus ditransformasi dari leluhur kepada anak-anak muda generasi bangsa ini. Perbincangan
menyoal itu dilakukan hingga 5 hari tidak tidur antara mereka, mencari pijakan.
Syukurlah sutradara mau menerima 100 persen pesan-pesan yang akan dibawakan.
Dan entah mengapa kru pembuat film yang sesungguhnya bekelas nasional mau
sama-sama berjuang untuk mewujudkan film tersebut. Film yang akan disaksikan
oleh orang-orang besar dari penjuru dunia. Film yang akan diputar di setiap
sekolah-sekolah secara gratis di seluruh Indonesia. Luar biasa. Sungguh sebuah
anugrah. Tidaklah perlu tercantum nama disana, tidak penting, begitu juga
dengan semuanya. Kesatria harus tetap bekerja dalam keterasingan, tetap
terpingit kedaannya. Tak perlu ada nama, atau orang tahu itu siapa. Yang
terpenting adalah bagaimana dapat memberikan sumbangan pemikiran agar nusantara
baru segera terwujud. Bagi Mas Thole yang utama adalah meletakkan kesadaran
terlebih dahulu. Karena itu khabar ini menjadi bungah tersendiri bagi Mas
Thole. Sebuah kerja keras, langkah nyata untuk mentransformasikan kesadaran
kepada generasi yang nanti akan menjadi pemimpin bangsa ini. Dari sinilah
diletakkan kesadaran nusantara baru kepada mereka semua.
Kejadian yang seperti mengalir
saja, kebetulan, yah kebetulan yang tertata rapi sekali, sehingga kita
sendiripun nyaris tak percaya jika kesadaran yang ingin ditransformasikan sudah
disiapkan wadahnya. Mas Thole juga sempat berpesan kepada Ratu
Sima yang saat itu menelepon. Bahwa semua nanti akan mendapatkan
bagian-bagiannya, maka bersiap sajalah. Bukan berarti semua orang akan sama.
Tidaklah begitu, semua akan diberikan petunjuk, yang terpenting adalah niat, yaitu bagaimana kita
para kesatria mampu mentransformasikan kesadaran kepada generasi penerus,
bagaimana kita meletakan kesadaran budhi luhur kepada mereka. Inilah perang
sesungguhnya. Jika kesadaran berketuhanan Yang Maha Esa sudah tertanam di dalam
kesadaran bangsa ini, maka yakinlah bahwa bangsa ini akan ditingkatkan
derajatnya. Demikianlah maka untuk selanjutnya, Mas Thole dan Sang Prabu dalam
waktu dekat ini juga akan mencoba melakaukan hal yang sama. Walau dalam bentuk
yang berbeda. Sekali lagi, semua ada bagiannya, ada yang cukup melalui hati.
Maka lakukanlah dengan hati secara bersungguh-sungguh, ada lagi yang dengan
karya intelektualnya, dan lain sebaginya, yang terpenting adalah dari niatnya.
Maka tetapilah keadaan ini.
Wajah langit menukik terus
menghujam bumi. Kisaran seperempet mil
tak nampak lagi ufuk disana. Adakah
gelap akan menjadi gulita, apakah terang akan berubah menjadi cahaya. Tidak !.
Sebab gelap dan terang sesungguhnya tak bermakna. Benda gelap hakekatnya karena
disebabkan semua cahaya telah habis diserapnya. Lantas adakah terang jika tidak
ada gelap ?. Juga tidak !. Sebab hakekat benda bisa disebut terang dikarenakan memantulkan cahaya. Maka gelap dan
terang selalu ada menjadi pasangan jiwa manusia. Maka manakah yang kita suka ?. Kita bisa saja mengambil gelapnya, dan
membuang terang. Atau juga sebaliknya. Maka serahkanlah gelap dan terang hanya
kepada Pencipta keadaan itu. Bagian kita hanyalah menjadi saksi bahwa “Tiada sesuatupun terjadi diatas muka bumi
ini tanpa ijin-Nya.” . Dan bagian para pengolok-olok adalah sebagaimana
yang dia inginkan sendiri juga. Semua akan diperlakukan dengan adil. Maka ;
“Ingatlah, sesungguhnya Wali-Wali Allah itu tidak ada kekhwatiran atas
diri mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (yaitu) orang-orang yang
beriman dan mereka selalu bertaqwa.” (QS Yunus : 62-63)
"Dan jika kamu (orang kafir) mendustakan, maka umat yang sebelum kamu juga telah mendustakan. Dan kewajiban rasul itu, tidak lain hanyalah menyampaikan (agama Allah) dengan seterang-terangnya." QS Al 'Ankabuut , 18.
BalasHapus""Dan demi sesungguhnya, Kami telah tulis di dalam Kitab-kitab yang Kami turunkan sesudah ada tulisannya pada Lauh Mahfuz: "Bahawasanya bumi itu akan diwarisi oleh hamba-hambaKu yang soleh"". QS Al Anbiyaa 105.
Gending yudha sang alam telah dimainkan
BalasHapusDan para ksatria sudah selayaknya menempati posisinya
Kstaria harus maju ke medan yudha, demi sebuah bakti
Apakah bakti kepada pertiwi atau kepada golongan atau juga kepada Tuhan
Karena memang demikianlah tugas ksatria
Hikayat lama telah mengabarkan kiprah para ksatria
Melalui perang Baratayudha, Perang Paregreg, Perang kemerdekaan dan peperangan yang lainnya
Dan ksatria tak selalu harus berada di posisi “yang benar”
Kisah Kumbokarno yang berperang di fihak yang salah
Dan fihak Kurawa merekapun para ksatria
Yang tetap maju menetapi kewajiabnya
Maka biarlah Tuhan yang menentukan pahala setiap perbuatan
Tergantung niat saat maju ke medan pertempuran
Belum tentu yang berada di kubu kebenaran adalah ksatria sejati
Bisa jadi yang berada di kubu yang salah justru merekalah sang kstria sejati
Hikayat menceritakan
Sang ksatria Bisma berperang di fihak yang salah
Sang Karna
Maka luruhkan dan perhatikan
Lupakan dan hilangkan salah benar
Leburkan dalam lingkaran kasih sayang
…
Perhatikan bahasa kasih sayang
Karena itulah bahasa sang ksatria alam, ksatria sejati
Bahasa sang cahaya diatas cahaya
Bahasa sang pengendara waktu
Bahasa sang pengendara cahaya
Yang sayangnya tak akan difahami oleh mereka yang tak memiliki hati
…
Coba diam dan resapi kalimat demi kalimat
Coba perhatikan tetes demi tetes kata
Apakah membawa kelembutan
Apakah membawa pengharapan
Apakah membawa gairah kehidupan
Kenali bahasa sejatinya bahasa
Kenali rasanya
Maka diri tak lagi salah menempatkan pada posisinya
Karena diri ini taka da lagi rasa was-was dan khawatir
…
Biarlah setiap ksatria menempati posisinya
Dan biar pula taka da satupun yang berada berasa sang pengendara waktu
Sang pengendara cahaya, karena diapun tak memerlukan kawan
Dia memang selalu sendiri bersama alam
Karena alam adalah dirinya, karena alam adalah bahasanya
Dan dia hanya akan menyampaikan dalam bahasa yang bisa dimengerti
Seandaianya satu orang saja memahami bahasanya
Maka cukuplah sudah baginya karena telah diserahkan tugas dan beban dirinya
Seandainya lebih banyak lagi
Maka sungguh sebuah berkah dan anugerah Tuhan yang berlimpah
Sang pengendara waktu
Sang pengendara cahaya, sang ksatria alam
Mungkin adalah kamu, mungkin dia, mungkin kami, mungkin mereka
Bisa jadi dia ada di kubu kebenaran, bisa jadi pula dia berada di kubu lawan
Bisa jadi dia berdiri kokoh sebagai batu penghalang
Namun dialah sang penyeimbang
Menjaga kesadaran alam
Agar tetap dalam keadaannya, sujud menyembah kepada Tuhan
Dimanapun keberadaannya
Lihatlah kelembutan hatinya
Keteguhannya, rasa cintanya
Dia selalu meliputi, dalam sebuah bahasa yang sama
Bahasa kasih sayang
Apakah kalimat ini ada yang mengerti?
Apakah ada yang memahami?
Apakah ada yang menjadi saksi?
Baginya sama saja
Karena dia telah berada di atas dualitas
Dia meliputi semuanya
Karena dialah kasih itu sendiri
Sungguh telah banyak diulang dan diulang pengajaran demi pengajaran ini
BalasHapustak kenal lelah sang alam mewartakan beritanya
dan kebanyakan manusia justru akan semakin lari
sambil menutup telinga
atau mentertawakan, mencemooh dan memicingkan sebelas mata
sambil tersenyum menyindir dan mengolok-olok
...
dan tunggulah saja
sampai saatnya sang alam mewartakan beritanya
ketika sang nafas mulai menyesak di kerongkongan
ketika sang alam tak lagi membiarkan bagiannnya dihirup
ketika sang alam menahan partikel-partikelnya
dan tunggulah siksa itu
saat dada terasa sesak bagai mendaki ke langit
terasa himpitan yang menyiksa menekan dada, terengah
dan tunggulah saat hawa udara terasa menyengat
saat energy alam telah bergemuruh
membakar jiwa
ketika energy kemarahan
mulai dialiran melalui sang nafas
ketika udara telah berisi hawa kebencian
ketika udara telah penuh dengan hawa pertengkaran
ketika udara adalah hawa-hawa panas yang mudah terbakar
tersulut sedikit saja
api akan memercik dalam sebuah pertikaian
perkelahian, perebutan, penganiayaan
dan tak perlu lagi disebutkan
karena mata dan telinga telah melihat dan mendengar
sebagai bagian sarapan pagi
dan apakah tak pernah terdengar kabar berita alam?
tentang kesejukan pagi hari nan lembut
tentang beningnya mata air pegunungan
tentang tenang dan damainya pagi hari di kicau burung
tentang indahnya panorama pedesaan nan asri
...
tentang udara yang bersih dan menyegarkan
tentang curah hujan yang cukup dan menyejukkan
tentang hawa pegunungan yang begitu damai dan menyenangkan
tentang kelincahan hidup di dunia ini
tentang bahagia dan nikmatnya hidup itu...
dan tak pernahkah kau fikirkan
akan berada di sisi mana kau berada
apakah berada di suasana jiwa yang penuh keresahan panas membara
ataukah sejuk nikmat dami dan menyenangkan
...
dan itulah pilihanmu
hanya hanya dirimu sendiri yang bisa menentukan
di posisi mana jiwamu berada
...
karena aku hanya mengabarkan kidung sang alam
....
salam untukmu yang mendengarkan kidungku ini
Saudaraku semua
BalasHapusPara ksatria yg kini berada di mana saja...
Kalau kau diberi kesempatan membaca panggilanku ini ...
Kau pasti akan mendengar dan merasakan panggilan ini
...
Karena panggilan ini adalah panggilan ibu
Panggilan ibu dari segala ibu
Panggilan alam .. panggilan dari dalam dirimu
Karena dirimu sendiri yg memanggil
Karena dirimu sendiri sang alam itu
Dirimu adalah ksatria alam itu
Ksatria alam itulah sang piningit
..
Dia bisa berada dimanapun
Ketika berada di Ki Ageng jadilah Ki Ageng sang ksatria itu..ketika berada di Mas Thole jadilah mas thole ksatria itu
Atau sang sabranglor atau sang prabu
Atau siapa saja...
Kenali panggilan itu
Karena itulah panggilan ibu pertiwi
Sang ksatria ketika meliputi badan raga
Maka itulah jati diri sebenarnya
Mari coba diurai sedikit penjabaran kata
Meliputi ini ... meliputi adalah ada di dalamnya dan masih tergantung dg dirinya dari luar
Ada di dalam dan ada di luarnya
..
Raga kita diliputi air.
Air ada di dalam dan di luar
Tanpa air maka matilah raga itu
Air diliputi oleh atom H dan O
Oksigen meliputi air dan meliputi raga
Tanpa nafas oksigen ini maka matilah raga
Oksigen adalah unsur bumi
Dan Hidrogen adalah unsur langit
Yg dipancarkan melalui cahaya langit bintang dan matahari
Tanpa Hidrogen maka matilah raga
Atom H adalah gerak cahaya yg membawa energy gerak
Dengan gerak inilah yg meliputi
Sehingga raga bisa bergerak
Sesuatu yg meliputi cahaya dan gerak dan semua raga inilah yg disebut hidup
Gerak meliputi partikel H dan O
Gerak ini disebut gelombang
Sesuatu yg meliputi gelombang dan partikel disebut cahaya
Cahayalah yg meliputi gelombang alam ini
Cahayalah yg meliputi atom alam ini
Dan cahaya adalah pembawa energy
Yg mengantarkan energy ke raga kita
Maka ketika ksatria berada di alam dimensi ini
Akan terjebak alam partikel terjebak di sana
Di akam gerak atau gelombang dan di dimensi energy
Kareba yg meliputi semua ini adalah yg hidup
Yaitu nafs... yg meliputi cahaya
Maka kstaria haruslah meliputi nafs ini
Meliputi jiwa ..meliputi ego
Meliputi aku...meliputi diri
Sehingga tiadalah ego.. hilang diliputi jati diri ksatria ini
Maka masuki dimensi kesadaran alam
Disana akan memasuki informasi demi informasi
Melihat tanda demi tanda mengamati rasa demi rasa
Semua tanda alam ini diliputi oleh Hukum alam
Namun persepsilah yg menghijab sehingga
Tak mampu memahami Hukum alam...
Hukum alam ini diliputi oleh kehendak yg mendahului... sebuah kehendak Tuhan yaitu kun
Maka semua ini terjadi bila Tuhan menghendaki
..
Dan demikianlah kehendak Tuhan
Yg telah menentukan ruh yg dekat denganNya
Untuk mendampingi nafs (jiwa) kita
Dan itulah sang ksatria alam
Ksatria pilihan Tuhan untuk menjadi pendamping setia kita
Biarkan itu meliputi aku
Sehingga aku bisa menjadi gerak
Aku menjadi gelombang
Aku menjadi energy
Aku menjadi cahaya
Dan aku mengikuti kehendak alam
Kehendak Tuhan
Mewaki tugasNya di muka bumi ini
Terserah pilihanmu
Karena bila menolakpun tak apa
Tuhan pasti sudah tahu apa yg akan terjadi
..
Dan hanya kita yg tidak tahu
Yg bisa kita lakukan adalah membaca tanda alam
Mendengarkan kidung alam
Salamku untukmu ksatriaku... sang ksatria alam
Terimksh kidung Alam saudaraQ...
BalasHapusKidungmu sungguh menggugah hatiQ..
Bismillahirrohmanirohlm...Laahaula walaquwwata illah billahil aliyil adzim...allahu akbar...3x
Slm ksh&sejahtera Kidung Alam saudaraQ...