Kisah Spiritual, Pengajaran Perihal Akses Berita Alam (KAMI)



Tak ingin diakhiri bila telah dimulakan. Tak juga ingin berlari jika sudah diniatkan. Selalu saja ada yang ingin dikisahkan. Perjalanan spiritual dari hari ke hari. Mengamati keadaan diri, dan juga apa saja yang menghampiri. Walau semakin hari selalu saja masih tak mengerti. Tak mengapa, sebab rahsa tahu itu ‘ngeh’ bukan dia punya. Namun selalu saja, rahsa aku menggoda, untuk memilikinya. Menjadikan diri selalu nelangsa. Betapa tidak, disana sesuatu sekali,  ada rahsa nikmat disana meliputi, ada rahsa memiliki, dan rahsa lainnya. Namun sunggguhkah itu bukan siksa ?. Bagaimana tidak, membaca keluhan dijiwa, sebagaimana mengamati keadaan cuaca bumi, yang tidak pernah bisa kita prediksi sekarang ini. Kadan seperti badai namun terkadang tenang , sejuk, melenakan. Duh, tak ingin dilupakan jika sudah dia berikan, rahsanya yang satu begitu. Tidak mungkin keliru. Bilakah manusia tega menafikkan, mengganggap bahwa cinta begitu  tidak pernah ada. Nikmat kehidupan surga !. Bukankah itu semisal rahsa cinta yang telah melandanya kemarin ini. Ya, seperti itulah. Walau dirinya tahu rahsa itu ada pemiliknya. Sayang jika harus dikembalikan. Yah, pemilik yang bermurah hati memberikan sedikit bagiannya.

Tak ingin rahsa ini dinodai. Tak ingin dilupakan. Tak ingin rahsa pergi. Tak ingin dimiliki. Tak ingin diakhir. Tak ingin pungkiri. Dengan getaran jiwa, dipertanyakan, “Bagaimana mesti memaknainya”. Namun diri harus kembali kepada realitas keadaan, sesungguhnya rahsa itu hanya kilasan impian. Benturan kenyataan yang dialami sehari-hari akan memaksa keadaan. Kesadarannya akan kembali kepada perguliran hari, bersama takdirnya, yang menyapa di setiap pagi. “Bagaimana bisa ?”. Diri akan selalu bertanya.  “Kalau rahsa begitu nyata, jika takdir tidak selalu sama keadaannya. Maka bagaimanakah kita tahu kalau semua itu bukan ilusi ?”. Sesungguhnya, semisal panas diluar dingin terasa didalam jiwa. Bagaimana menyamakan suhu didalam dan diluar, agar kita nyaman. Perbedaan dingin dan sejuk di dalam tapi panas udara diluar. Akan menyulitkan bagi jiwanya. Begitulah realitas rahsa anak manusia.

Rahsa dingin terus menarik kedalam supaya jangan sampai kesadaran tertarik untuk keluar. Sementara realitas ketubuhan akan berusaha menarik keluar, agar kesadaran sudi meninggalkan keadaan didalam sana. Manakah yang akan dipilihnya, diam bersama rahsa cinta atau keluar menghadapi realita.   Itu semua membutuhkan kesungguhan yang luar biasa. Bangun dan hadapi kenyataan, hidup tak seindah surga yang dibayangkan. Meskipun surga berada dalam hati. Manusia akan tetap akan bingung dengan paradoks ini. Ruang dan waktu manakah yang akan menjadi pijakan. Realitas kehidupan ataukah ilusi dan impian. Meski rahsa cinta itu nyata. Sebaiknya biarkan saja rahsa itu datang dan pergi sesuka hati. Sebab hakekatnya tak ada apapun yang kita punya. Walau itu pun hanya semisal rahsa. Apalagi cinta.

Mas Thole berdesah, memahami semua keadaan. Hari-harinya selalu saja ada lintasan-lintasan yang menjadikan pemebelajaran bagi diirnya. Berita dari segala penjuru baik berita ghaib ataupun berita nyata, semua membutuhkan kesadaran untuk menerimanya. Dirinya juga  telah menerima khabar beberapa orang yang bersinggungan dengan kisah-kisahnya yang  di diberitakan di blog ini, banyak  mengalami kejadian-kejadian yang tidak biasa. Misalnya saja ada yang berusaha bercerita kepada rekannya, pada kisahnya tentang cerita Sabdo Palon, di saat dia tengah bercerita, tiba-tiba nafas sesak, ada hawa mengumpal di dadanya. Dan juga ada seseorang yng berada di Belitung, memberikan khabar lagi, dia mengalami sensasi kedinginan yang tidak biasa juga selama beberapa kali, sekujur tubuhnya seperti dirayapi semut. Padahal cuaca disana panas sekali. Lainnya lagi, ada  yang membaca kisah-kisah di blog ini, langsung disergap perasaan aneh, dirinya diliputi suasana masa lalu. Ada rasa menggumpal di dada, ingin menangis dan berteriak saja dan smeua tidak biasa ditahannya. Ada kesedihan yang pekat disana. Banyak yangkemudian setelah membaca mengalami, rahsa mual dan ingin muntah. Dan lain sebagainya. Khabar itu entah mengapa sampai juga ke telinga Mas Thole dan dia hanya memuji nama-Nya. sampai suatu ketika kemarin selepas sholat jumat, kejadiannya, energi luarbiasa besarnya menyergahnya, Menngelana kemabillah kesadarannya ke alam antah barantah.

Di suatu perkampungan bunga
di musim petik indah warnanya
menghias rumah halaman rakyat

ramai-ramai perempuan desa
dengan keranjang di atas kepala

burung-burung yang berkiacauan
menemani mereka memetik bunga

senyum beberapa wanita
yang menjepit bunga di rambutnya

(Musim bunga by Iwan Fals)

Kesadaran Mas Thole menembus rimbun pohon jati. Bersama nyanyian musim bunga, senyum beberapa wanita, yang menjepit bunga di rambutnya. Diantara pematang sawah yang menguning, dirimbun dedaunan. Nuansa alam pegunungan, yang telah lama ditinggalkannya. Jauh sekali di masa lalu, saat mana belum ada televisi diperkampungannya. Terang nyala lampu hanya dari lampu tempel dengan bahan bakar minyak tanah. Sering menyebabkan hitam diwajah dan hidungnya, saat bangun di pagi hari. Betapa susahnya saat itu bila ingin membaca buku kesukaannya. Kala itu komik adalah sumber bacaan dan hiburan yang bisa didapatkannya. Aroma itu masih terasa, sesekali singgah di ruang hatinya. Bersama romansa dan hembusan nafas cinta.

Mengapakah masa lalu menjadi lebih indah terasanya daripada masa sekarang ini yang di depan mata ?. Mengapakah pada saat itu, saat mengalami kejadiannya, tidak ada nikmat yang terasa ?. Suatu kejadian akhirnya menjadi indah rahsanya setelah menjadi kenangan. Kenangan adalah memory yang mampu kita ulang dengan sudut pandang berbeda. Begitukah pengajaran, kita harus mengulang dan mengulang masa lalu kita, bagaimanakah saat itu kita memandang suatu kejadian. Bagamana kita saat itu hancur dan tenggelam. Bagaimana kala itu kita bisa tegar bertahan, atau bahkan amarah yang tidak tertahan. Kejadian yang kita ulang akan memberikan pemahaman. Otak kita tidak akan mampu bekerja saat diri kita menerima kejutan-kejutan listrik seketika. Bombardier realitas di depan mata semisal dengan itu. Kita harus mampu memutar ulang setiap kejadian agar kita memeiliki pemahaman utuh. Mencari akar masalah , mengapakah diri kita memberikan respon seperti itu. Disitulah hakekat pengajaran-Nya.

Sayang sekali banyak orang yang tidak mau memutar ulang film buatannya sendiri. Sebab mereka merasa malu jika ditelanjangi, bagaimanakah tingkah polahnya dikala itu. Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih dari persepsi, agar kita mampu menertawakan diri kita sendiri. Mas Thole harus mengakui semua itu. Betapa menggelikannya keadaan dirinya. Bagaimana dia bersikap kekanak-kanakan saat kehilangan hartanya. Bagaimana dia menghiba, penuh duka lara saat mana ditinggal kekasih hatinya. Hidup tanpa makna, tanpa realita. Dia terus bersama ilusi-ilusinya. Seandainya begini, seandainya begitu. Bagaimana kemudian dia menyalahkan keadaan, menyalahkan smeuanya atas apa-apa yang menimpa dirinya. Tidak pernah sedikitpun dia  mampu menyalahkan dirinya sendiri. Selalu saja dia mencari kambing hitam. Kepada siapa saja, bahkan juga menyalahkan Tuhan.

Slide demi slide, terus menampakan diri. Seperti diputar perlahan. Penggala-penggalan peristiwa. Mas Thole berkali-kali harus terus menutup mukanya sendiri. Malu amat teramat sangat, mengapakah dirinya bisa begitu. Betapa dirinya saat itu tidak memeiliki rahsa syukur. Lingkungan telah mengajarinya, bagaimana korupsi waktu, bagaimana korupsi kecil-kecilan. Bagaimana dia di jauhkan dari Tuhannya. Semua tingkah laku yang tidak pernah disadarinya. Menjadikan dirinya ter alensi. Tingkah laku yang menjadikan alam bereaksi seperti sekarang ini. Jika satu orang saja melakukan perbuatan mungkar. Maka perbuatan tersebut akan dengan cepat sekali menyebar. Lihat sajalah nantyi keadaan ini. Televisi yang kita tonton. Adalah sebagaimana tayangan alam nyata yang manusia inginkan atas peradaban bangsa ini. 

Lihatlah maraknya cerita tentang hantu pocong, sejak era tahun 80 an hingga sekarang ini. Tidakkah kita kemudian kita saksikan akibatnya sekarang ini. bagaimana makhluk jejadian justru semakin dekat dengan kehidupan kita. Kesadaran kitalah yang mengundang mereka. Manakala hantu jejadian sering dihadirkan, disebut, atau ditayangkan, keadaan mereka menjadi semakin eksis saja, inilah hukumnya. Karenanya itu sekarang ini, kesurupan sering terjadi dimana-mana. Sekolah-sekolahan menjadi ajang pelatihan para hantu jejadian, sebelum merka masuk ke sistem pemerintahan manusia. Hampir setiap hari ada saja berita tentang makhluk jejadian ini, yang memasuki alam kesadaran manusia, membuat kesurupan dimana-mana. Semakin sering kita berinteraksi dengan mereka maka mereka akan semakin nyata, masuk ke dunia manusia. Kasihan sekali bagi yangtidak kuat imannya, pasti raganya akan diambil alih oleh mereka.

Inilah jaman Kalabendu, dimana makhluk ruhani (manusia) sudah semakin terpinggirkan. Raga-raga manusia sudah tidak dihuni lagi oleh makhluk ruhani (manusia). Namun sudah banyak dari  raga mereka dihuni oleh makhluk jejadian ini. Manusia selanjutnya akan berdampingan dengan makhluk jejadian di dalam raga mereka. Kesadaran rendah yang sesungguhnya menguasai kesadaran diri mereka. Lihatlah, mereka tidak memiliki rahsa malu, walau mereka mengenakan dasi termahal sekalipun. Sebab mereka beranggapan raga itu bukan tanggung jawabnya. Mereka akan dengan suka saja menggunakan raga mereka. Maka perhatikanlah ciri meraka, jelas sekali. Pandangan matanya, ariogansi, pemarah, mudah tersinggung. Sifat-sifat setan pada mereka semua, yang dapat kita lihat dan saksikan dnegan mata telanjang saja. Mereka golongan setan dari jin dan manusia sudah membaur dengan kita semua. Energinya sangat ketara sekali. Mas Thole tidak bicara mengada-ada, pengalamanya berkata demikian. Beberapa kali sudha dibuktikan, saat mereka bersama-sama menghadap Allah, seketika itu kesadaran mereka menunjukkan wajah aslinya. Ada yang berupa pocong, kuntilanak, wewe gombel, ular, buaya, ayam, atau apa saja yang sebelumnya mereka undang. He eh. 

Fenomena inilah, yang kemudian dinampakaan , informasi perihal alam semesta.Bagaimana jaringan ilmu terkoneksi disana, rupanya seperti saat mana kita berselancar di internet. Luar biasa, ternyata sistem informasi pada alam semesta demikian adanya. Jika membutuhkan sesuatu info tentang berita alam, Mas Thole tinggal memasuki portalnya saja. Maka mesin pencari semisal google akan membantu. Begitulah disana. Pemahaman inilah yang membombardir kesadaran Mas Thole sehabis sholat jumat kemarin ini. Kesadarannya meluas dengan hebatnya. Kesadarannya seakan-akan sudha menginjak alam akherat. Kesadarnnya sebagian sudah disana. Kemudian dari sana, bumi dan segala isinya seperti memasuki kesadarannya, seperti ada daya magnet luar biasa menghisap alam ini, masuk ke dirinya. Cahaya muncul dari sudut agak jauh, cahaya menajdi informasi, bagaimana rahsa tahu kemudian hadir begitu saja. Sulit menggambarkan detailnya, sebab informasi barulah berupa lambang saja. Lambang yang secara perlahan akan dimasukin ke dalam hati, seiring dnegan perjalanan hidupnya nanti. Ribuan kilobite informasi inilah yang menyebabkan dirinya ‘keter-keter’. Badannya terasa dialiri semut-semut salju, sampai ke otaknya. Informasi ini kemudian memasuki jaringan syaraf Mas Thole, disana menyebabkan dingin dan seperti dijalari semut.

Kesadarannya tak mampu menahan, direbahkan raganya. Blass…sekian menit hilang kesadarannya. Hanya sensasi raga dan nafas yang ada. Kemudian bangkit lagi, seakan ada perintah yang sama, untuk kembali mengkases portal informasi. Keajdian berulang lagi. Entahlah Mas Thole tidak ingat berapa kali kejadian itu. Mungkin lebih dari 3 kali, sebab setelah dia melihat jam, pross tersebut berlangsung 1 1 jam l;amanya. Sore harinya, datanglah informasi dari Ki Ageng, yang menginformasikan bahwa jaman sekarang ini. Mansuia akan bisa mengakses KAMI (chanelling) asal mau membuka hati dan kesadarannya. Semua manusia akan mampu melakukan itu. Era jaman nabi sudah berakhir. Nabi Muhammad adalah nabi terakhir yang mampu mengkakses itu. Sehingga menjadi ‘messanger’ penyampai pesan. Kenpa harus menggunakan perantara, sebab kala itu belum ada kesadaran yang mampu menerima kesadaran KAMI.

Kesadaran kala itu masih rendah, tidak akan mampu menerima pesan-pesan. Karena itulah diutus utusan. Namun sekarang kesadaran mansuia sudah mencukupi untuk menerima informas-informasi dari kami. Karenanya bagi yang mampu akan dipersilahkan mengkases informasi ini. Entah kebetulan atau tidak, Mas Thole tidak tahu,yang jelas khabar dari Ki Ageng menjelaskan apa yang baru saja dialaminya. Mas Thole tanpa dimauinya,telah diajarkan bagaimana meng akses kesadaran KAMI. Semoga pemahaman ini akan semakin memperkuat keyakinan dirinya. Hanya itu yang perlu di ambil hikmahnya. Mas Thole tetap dalam posisi mengamati apapun yang tengah diajarkan kepada dirinya itu. Mas Thole memantapkan diri, bangun dari masjid, dan melangkahkan kaki keluar. Di luar alam Nampak aneh sekali. Suasana yang sangat sejuk, tapi bukan mendung. Suasana nyaman, halus, sebagaimana suasana padang sabana yang membentang. Alam seakan mengerti apa yang tengah terjadi dengan Mas Thole. Mas Thole punhanya mampu menghela nafas bersyukur, dan bertasbih atas kebesarannya. Sambil melangkah kaki menuju kantornya kembali.

Sesampainya di kantor, belum lagi, sensasinya hilang Mas Thole bertemu dengan Hayam Wuruk. Terlihat auranya lemah sekali. Seperti kelelahan yang amat sangat melanda jiwanya. Dia menjelaskan bahwa dia kena diare. Dan semenjak terakhir dia berbincar dengan Mas Thole. Dia selalu diserang rahsa kantuk hebat yang tidak pernah dialaminya. Kepalanya seperti akan selalu ditarik, ada entitas yang ingin mengambil kesadarannya. Hayam Wuruk mengakui itu. 

Diskusi dengan Mas Thole mengakibatkan perubahan pada ritme ketubuhannya.Itulah yang dialami raga terkini Hayam Wuruk walaupun dia belum di eksplorasi. Tentu saja keadaan kantuk yang tak wajar ini akan menggangu metabolsime ketubuhannya  Karena itulah sehabis maghrib sesuatu mendorong Mas Thole untuk melakukan prosesi. Leluhur dari Majapahit generasi tertuapun berdatangan. Mas Thole mnyempatkan diri melihat keluar angkasa. Semoga prosesi dilancarkan-Nya. Namun sayang sekali, sudha dicoba hingga dua kali. Hanya sensasi goyangan kecil yang diarsakan Hayam Wuruk. Energinya sangat halus sekali, sehingga nyarais tak terasa, ini menyulitkan Mas Thole. Selalu saja ada kesulitan tersendiri setiap prosesi. Setiap pribadi memebutuhkan kunci yang tepat untuk membuka hijab kesadarannya.    Hayam Wuruk malam kemarin ini (9/10) belum berhasil dieksplorasi. Namun dalam mata batin Mas Thole 30% sudah terbuka, cukuplah untuk sementara waktu, agar kantuknya tidak menjadi beban lagi.

Di suatu perkampungan bunga
di musim petik indah warnanya
menghias rumah halaman rakyat

ramai-ramai perempuan desa
dengan keranjang di atas kepala

Yah, Mas Thole teringat kembali lagu ini. Ingin dirinya kembali kepada suasana alam disana. Sekedar melepaskan penat pikiran, dan otak yang rahsanya penuh sekali, menahan beban informasi di kanan dan kiri. Meski dituliskan ini, rahsa pening dan melayang tidak juga hilang pergi. Bagaiamankah memaknai yang ini ?. Entahlah, wolohualam, berserah sampai dimana muara kejadian ini. Semoga bukan ilusi atau mimpi elegi esok pagi.



wolohualam
salam

Komentar

  1. Mencoba menekankan pentingnya apa yang diungkapkan disini:

    Kembali aku ingin bertanya sekali lagi pertanyaan sederhana
    pertanyaan anak kecil

    mengapa Islam meyakini Nabi Muhammad adalah nabi dan Rasul terakhir?
    mengapa tidak ada Nabi atau Rasul sesudahnya?

    Why the “The last Messenger”.
    Mengapa terakhir?.
    Mengapa diakhiri?.
    Mengapa tak ada utusan lagi?.

    kalau boleh saya menjawab adalah:

    Karena tugas penyampai “Pesan-pesan” beliau tersebut
    haruslah diteruskan oleh para Ksatria dan Bidadari.
    All of you is the next Messenger.
    With the same message.

    pesannya telah sempurna dan tidak ada perubahan lagi, dan tak akan diganti lagi.
    Siapapun yang mengakses pesan itu, maka akan sama
    pesan itu sama dan satu.
    Siapapun bisa menjadi utusan dan penyampai pesan
    karena pesannya tak akan berubah lagi.

    Silahkan menjadi penyampai pesan ini

    Umat-umat terdahulu tak memiliki tingkat kesadaran yang cukup
    untuk berhubungan langsung kepada Sang Maha sadar,
    karena tingkat kebekuan hatinya
    yang luar biasa

    Sang Rasul terakhir telah membuka “Portal” kesadaran dengan “mikraj”nya
    maka sejak itulah setiap manusia diberi kesempatan untuk mikraj (dalam sholat)
    berhubungan langsung dengan Tuhan,
    dengan alam dan mendapat petunjuk langsung (dari alam dengan bahasa alam)

    Boleh meng-akses langsung “petunjuk dan pembeda” (Al Furqan, Al Quran).
    Sedangkan agama-agama terdahulu hanya para spiritualis, pendeta (brahmana), dan kalangan akhli kitab.

    yang diperbolehkan membaca “kalam ilahi” ini
    dan sungguh ummat Nabi Muhammad ini patutlah bersyukur
    karena telah dikarunai tingkat kesadaran yang mampu mengakses informasi

    (dan amati hasilnya saat mampu berkomunikasi dengan alam).


    Saudaraku para Ksatria
    di tanganmulah “Kalam-kalam illahi” ini akan disampaikan
    pesan-pesan illahi ini akan terus dipergulirkan

    kutitipkan pesan alam ini kepadamu semua
    dengan linangan air mata
    dengan sepenuh ketulusan

    bersamanya ada kasih sayang
    di dalamnya ada rahmat
    di situ ada keindahan yang abadi
    bersamanya ada keriangan dan kegembiraan hidup tak berujung


    Semoga kau salah satu yang diberikan nikmat
    merasakan kebahagiaan yang hakiki ini

    salam sejahtera untukmu saudaraku

    sekali lagi semoga ini memberi keyakinan kepadamu
    semoga energy yang kukirimkan dalam tulisanku ini
    menambah kekuatan hati
    sehingga mampu memancarkan cahaya keindahan
    berkilau di dalam kegelapan nusantara
    yang kita lihat dewasa ini

    ijinkan aku membungkukkan badanku
    dalam sembah penghormatan tertinggiku kepadamu
    bila kau mau menjadi sang penyampai pesan alam ini

    Sungguh Tuhan yang Maha Lembut tak akan mengingkari janjiNya

    bersamaNya ada keteduhan, ketenangan, kedamaian
    kelembutan, kasih sayang dan rahmat yang dalam

    bersamaNya tak ada kekhawatiran, was-was dan keraguan

    melangkahlah dengan menyebut namaNya
    dengan namaNya yang Maha suci dan mulia

    Dengan sifatnya yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang

    Bismillahi rohmani rohiem.

    Maafkan aku bila ada tersirat ingin mengajari atau menggurui
    sungguh bukan itu, karena aku hanya menjadi penyampai pesan semata

    maafkan aku

    ya Tuhanku, ampuni aku…ampuni diriku…maafkan hambaMu ini

    Salamku untukmu saudaraku semua yang dikasihi Tuhan

    salam sejahtera untukmu para Ksatriaku

    Doaku menyertaimu

    dalam tafakur bersama alam yang mengidungkan pesan-pesanNya

    Kidung Alam

    BalasHapus
  2. Kidung alam saudaraq
    Knp setiap membaca kisah2mu kepalaQ terasaberat(amat sakit)...
    Hingga Q tak mengerti & memahami khabar mu ini..

    Q ulangi membaca hasilnya sama...kosong hanya kepala terasa berat(amat sakit)...

    Slm kasih & sejahtera kidung alam saudaraQ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kidung alamOktober 15, 2013

      Saudaraku Sabranglor.


      Mari belajar tentang "rasa"

      Betapa sering kita mengiba diri,
      melihat diri secara berlebihan
      ketika kesulitan menghimpit,
      maka seolah dirinyalah yang paling menderita
      seolah masalah dirinyalah yang paling berat
      seolah masalahnya tidak akan mampu bila dialami oleh orang lain
      selalu begitu adanya, selalu dirinya dan dirinya sendiri
      aku ... aku ...diriku

      iba diri yang berlebihan,
      rasa demi rasa yang seolah tak mampu ditanggung
      begitu berat menekan, dada terasa sempit, ketakutan, kecemasan
      duka cita, kecewa, tergesa-gesa, khawatir, keraguan, kegelisahan
      rasa demi rasa yang begitu berat menekan, mencengkeram
      menghempaskan dirinya tanpa ampun, tak bersisa,
      jatuh tersungkur tak berdaya
      badai rasa yang mengharu biru
      dan kita harus mengarungi badai itu ...
      menempuh badai
      terus bertanya: Kapan badai berlalu

      yang diinginkan adalah terbebas dari itu,
      terbebas dari rasa itu semua
      yang diinginkan adalah ketenangan, kedamaian, kebahagiaan
      namun tiada juga pernah menghampirinya,
      bahkan semakin lama semakin berat
      dan semakin bertambah berat,
      rasanya tiada mampu lagi hidup di dunia ini
      maka seolah kematian saja yang akan menyelesaikan masalahnya

      Bisa saja seseorang saat ini yang sedang bahagia,
      akan tertawa mencibir dan mencemooh, mengejek,
      namun besiap pulalah dia, ketika tiba saatnya,
      yaitu apabila seorang yang dia kasihi mengkhianati,
      atau seorang yang dia cintai meninggalkan sendiri,
      atau mungkin saja dirinya tertimpa musibah
      atau mengalami kehancuran, tertimpa masalah tiada jalan keluar,
      atau kesulitan apapun
      maka akibatnya pada dirinya akan sama pula,
      tiada beda, dirinyapun akan terkapar dalam tangis.

      derita...duka nestapa .... penderitaan...kesedihan...kedukaan.

      betapa kita sering merasa seolah siap
      dan sanggup untuk bersabar, sanggup menghadapi derita
      namun ketika kenyataan itu terjadi,
      tetap saja "rasa" yang hadir terasa menggerogoti jantung,
      seolah terasa diremas-remas, ditarik,
      menyesak dan sangat menyiksa,
      jiwa terasa sempit, kecil dan terpasung
      jiwa telah terpenjara dalam sempitnya raga.
      badai rasa (derita) itu terasa sangat dahsyat
      dan meluluhlantakkan semua kesanggupan

      Rasa-rasa derita ini sepertinya sudah sangat dikenali,
      sudah sangat biasa, dan kita mengerti
      bahkan sering pula merasakan, namun bagaimana rasa sebaliknya?
      apakah kita bisa mengenali lawan dari rasa tersebut, lalu apakah tingkat atau kualitas dari rasa itu
      mampu menimbulkan dampak yang sama atau sebesar rasa negatif ini
      atau bahkan mungkin jauh lebih kuat lagi.

      Sebut saja rasa sebaliknya adalah
      sabar, pasrah, berserah diri,
      tawakal yang akan dapat diamati dalam bentuk
      rasa tenang
      rasa damai, rasa teduh, rasa bahagia
      dan puncaknya adalah rasa syukur.


      Pelajaran demi pelajaran ini
      adalah untuk merentang "range" rasa
      sehingga semakin luas,
      semakin lembut dan peka

      Sehingga mampu merasakan rasa yang paling lembut
      sampai yang paling kasar
      paling sedih dan paling bahagia
      paling sengsara dan paling nikmat


      Agar kita mampu berada dalam harmoni
      pertengahan
      ummat pertengahan dalam harmoni rasa dengan alam


      Coba saja fahami dan masuki rasanya

      Semoga Allah memudahkan dirimu


      Salam dan doaku untukmu saudaraku.

      Hapus
  3. Kidung alamOktober 15, 2013

    Mari coba saya bantu untuk mengenali dua buah rasa:


    Rasa syukur dan rasa sabar.
    Adalah dua rasa yang teramat dahsyat dan luar biasa.
    Ketika kedua rasa ini turun atau diturunkan.
    Maka jiwa kita terasa tenggelam dalam lautan syurga.
    Jiwa telah berada di akherat, di kahyangan dan di syurga.

    Dua rasa ini, ada yang berasal dari fikiran,
    yaitu dogma atau pengalaman.
    Namun ada rasa yang ditiupkan langsung oleh Tuhan.
    Bagai tegangan tinggi menyengat dan bagai badai yang melanda.
    Rasa ini meliputi dan menguasai.
    Rasa yang datang dalam diri.

    Menguasai, dan kita tak mampu melawan dan tak mampu menolak.
    Rasa ini muncul mendadak dengan kekuatan yang sangat dahsyat,
    Mencengkeram, lalu diam, dalam takjub dan pesona
    Diam takjub memandang keindahan Tuhan
    Hanyut dalam cinta
    Hanyut dan tenggelam dalam rasa yang tak bertepi.

    Rasa ini adalah sebuah rasa yang sangat luar biasa.

    Dan kita tidak mampu menciptakan kedua rasa ini.
    Kecuali “diberikan oleh Sang Pencipta rasa”.


    Rasa ini sangat kuat mencengkeram,
    bagai gelombang airbah yang dingin
    menyejukkan mengguyur
    dan membuang kegelisahan dalam tempo seketika.

    Rasa syukurpun demikian juga,
    getaran jantung, menguat ke urat nadi, menggeletar di kulit.
    Berombak-ombak mendampari dada sangat kuat,
    memaksa tubuh merenggang, mengejang, memaksa tunduk dan sujud.

    Getaran yang sangat kuat
    seolah mencengkeram tenggorokan untuk memekik:
    Maha suci...maha suci Engkau Ya Allah.
    Dalam getaran air mata haru,
    kegembiraan dan kebahagiaan yang sangat dalam yang luar biasa.

    Rasa puas yang menyelusup sampai ke jari jemari, rambut,
    syaraf-syaraf dan setiap inchi tubuh kita.
    kerelaaan yang tak terhingga yang tak mampu dituliskan
    betapapun usaha untuk menggambarkan rasa ini, tetap saja gagal untuk menceritakan keindahan
    kalimat telah tak ada daya dalam menggambarkan rasa
    maka hanya satu kata: rasakan dan nikmati, maka kaupun akan mengerti



    Rasa syukur ini sangat mudah dikenali,
    karena sangat terkait dengan keindahan rasa,
    walaupun pada awal mulanya sensasi rasa yang dialami akan sama,
    namun kemudian melebar dan akan sangat mudah dibedakan.

    Awalnya seperti ada rasa dingin jauh di dalam dada,
    kesejukan yang berasal dari daerah terdalam,
    seperti lautan airbah yang mengaliri segenap isi dada,
    menenggelamkan rasa-rasa yang lain,
    meluas dan meluas.
    Kemudian rasa ini terasa timbul ke kulit,
    merangsang indera perasa menjadi sangat sensitif.
    Mata, telinga, kulit terasa menjadi sangat peka.
    Mampu menangkap laksaan keindahan warna,
    mampu menundukkan akal.
    Indera pendengaran juga mampu menangkap
    desir-desir nada yang sering tak mampu di dengar.
    Demikian pula indera perasa menjadi sangat peka
    dengan hembusan angin yang sangat lembut.
    Semua membawa denyut kegembiraan.
    Semua membawa denyut keriangan dan kebahagiaan.

    Semua mengabarkan keindahan,
    akal akan terpesona, terpasung,
    terikat dalam belitan rasa yang aneh,
    rasa yang meliputi, mencengkeram, membawa hanyut.
    Tunduk. Menyerah dalam rasa.

    Belitan rasa yang asing namun mampu dikenali,
    sebuah belitan rasa asing yang tak mampu dijelaskan dengan kata,
    namun mampu dirasa.

    Terasa dalam desir hati yang lembut:
    Maha suci Engkau Ya Tuhanku... Maha Agung Engkau Ya Tuhanku.
    Sesungguhnya semua ini tiada sia-sia Kau ciptakan.
    Kidung puja-puji kepada Sang Pencipta.
    Tunduk..takjub.
    Dalam belitan rasa seperti candu yang memabukkan.


    Demikian sekedar gambaran kata yang tak sebanding
    dalam menjelaskan proses mengalirnya rasa
    namun rasa ini ratusan atau ribuan kali lipat lagi
    dan tak tergambarkan


    dan hanya satu kata yang mampu disampaikan
    nikmati dan rasakan

    masuki halnya.

    Semoga dengan sederhana mampu merasakan ini


    Salam sejahtera

    BalasHapus
  4. Kidung Alam SaudaraQ
    Terima ksh atas wejanganya,,, mdh2an Q mampu meraskanya...
    Amiiinnn yaa allah Allahumma Amiin...

    Slm ksh & sejshtera

    BalasHapus
  5. Kidung alamOktober 16, 2013

    saudaraku sabranglor
    ...hmmh...
    aku tak mengharapkan ada banyak yang mampu merasakan seperti ini
    karena rasa inipun bukan "milikku"
    akupun hanya baru diberi "sample" rasa
    namun belum bisa berada dalam keadaan ini selalu atau sering

    ...
    maka bila ada satu orang saja memasuki "hal" ini
    cukuplah bagiku
    karena telah ada yang mampu menjadi saksi
    atas apa yang kusaksikan ini


    Salamku untukmu ... salam sejahtera
    teruskan bermohon
    teguhlah dalam mengingatNya
    baik dalam keadaan berdiri, berbaring ataupun diam...

    dalam dzikir...
    dalam memikirkan alam semesta yang diciptakan olehNya.


    BalasHapus
  6. Kidung alamOktober 16, 2013

    Mengambil lagi sebuah petikan Kajian Simbolisasi

    Sebuah rangkain symbol menjelaskan keadaan itu. Keberadaan alam semesta harus di sadari oleh kesadaran (miim). Dari sekian milyard manusia, selalu akan ada manusia yang mampu sebagaimana ‘miim’ ini di setiap peradaban. Masalahnya, orang-orang yang diberikan hikmah selalu akan bersembunyi atau di samarkan. Sebagaimana nabi Khidir yang keberadaannya di samarkan. Maka bagi manusia awam, cukuplah menjadi saksi atas keberadaan alam semesta ini, atas ke agungan-NYA, yang telah mengadakan dan menjadikan semua itu dalam keadaannya begitu.

    Maka bagaimana keadaannya jikalau kita ‘tidur’ ?. Sebagaimana dimaksud dengan ‘sebenarnya tidur’ ?. Bukankah keberadaan kita akan sia-sia ?. Bukankah dengan ‘tidur’ kita tidak akan pernah merasakan ‘kenikmatan hakiki’ ?. (Yaitu) bagaimana nikmatnya beribadah kepada-Nya ?. Bagaimana kita mendapatkan ketenangan yang luar bisa saat bertasbih bersama Haa (Kesadaran alam semesta), yaitu bertasbih bersama alam semesta. (Sebagaimana Nabi Daud).

    Maka bagi para ‘pencari’ di saat di kembalikannya ‘kesadaran’ (miim) kepada dirinya. Itulah nikmat yang tak terkatakan. Dengan ini, dia akan bisa meng eksplorasi lagi, kenikmatan-kenikmatan dalam beribadah kepadanya. Rasa syukur begitu luar biasanya dalamnya, (yaitu) saat kesadaran diri ‘miim’ di kembalikan lagi ke raganya. Terus demikian keadaannya begitu. Setiap bangun pagi pasti melantun ucapan syukur yang sangat dalam kepada-Nya. Di hadapannya nampak membentang kenikmatan-kenikmatan adanya.

    Maka diri kemudian mensyukuri terus setiap detiknya, atas nikmat ‘kesadaran’ yang di kembalikan. Dia mensyukuri keberadaannya di dalam raga ini, di saat ini. Dia mensyukuri saat dirinya terbangun dari ‘tidur’ nya.

    Dan jika keberadaan ini di sadari terus, maka kemudian selanjutnya dia akan mampu merasakan betapa nikmatnya,saat sholat subuh. Sungguh luar biasa sekali rangkaiannya. Kenikmatan yang tidak terganti dengan apapun ‘kenikmatan’ di dunia ini, saat (dalam) keadaan ini.


    Oleh karenanya itu, dikembalikannya kesadaran (miim) hakekatnya adalah sebuah anugrah, sebuah karunia yang besar. Dengan itu kita mampu menikmati saat-saat kita beribadah kepada-NYA. Maka dari itu, jangan sia-siakan waktu saat ‘kesadaran’ baru saja di kembalikan kepada kita. Gunakanlah untuk menikmati ibadah kita. Disana ada kenikmatan yang tiada terperi. Jika saja kita mengetahui ini.


    Tunjukanlah kami jalan yang lurus.

    (Yaitu) jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

    (QS. 1 ; 6-7)

    Jika jalan kenikmatan itu sudah di tunjukan, masihkah kita menunggu ?. Tidakkah kita mengetahui bahwasanya jalannya orang-orang yang diberikan nikmat adalah (hanya) ibadah kepada-NYA. Yaitu kenikmatan di kedalaman dari beribadah itu sendiri ?.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali