Diskusi Tasawuf, Memaknai Hakekat 'Kesadaran'
Pengantar : Kembali saya usung sebuah diskusi yang entah mengapa rasanya perlu disposting kembali sebagai pembelajaran.Salam
Forwarded Message -----
From: Arif Budi utomo <budiutomoarif@rocketmail.com>
To:
Sent: Saturday, 19 June 2010 11:54 AM
Subject: Bls: Bls: Bls: Perkembangan hari ini.
From: Arif Budi utomo <budiutomoarif@rocketmail.com>
To:
Sent: Saturday, 19 June 2010 11:54 AM
Subject: Bls: Bls: Bls: Perkembangan hari ini.
Ya betul sekali..maka
mulailah dari yang termudah dahulu. Maka semua akan menjadi mudah saja. Amin
Dari:
Kepada: Arif Budi utomo <budiutomoarif@rocketmail.com>
Terkirim: Sab, 19 Juni, 2010 09:52:50
Judul: Re: Bls: Bls: Perkembangan hari ini.
Kepada: Arif Budi utomo <budiutomoarif@rocketmail.com>
Terkirim: Sab, 19 Juni, 2010 09:52:50
Judul: Re: Bls: Bls: Perkembangan hari ini.
Saya
sudah mampu dan sampai pada kesadaran ini. Namun masih belum mampu menuangkan
dalam bentuk tulisan. Seolah semua kata tidak cukup untuk menjelaskan apa
yang saya maksudkan. Seolah ingin menuliskan dan menuangkan seluruhnya dalam
kata-kata. Namun pasti akan kehilangan makna. Sebuah kata-kata yang seolah
klise kita selalu dengar yaitu mencoba menjelaskan/mendefiniskan 'buah apel
dan rasanya' menjadi sebuah ungkapan yang tepat bahkan sangat tepat. Maka
saya harus mencoba mendefinisikan secara tepat sesuai dengan
orang yang saya ajak bicara. Ketika berbicara dengan anak kecil akab berbeda
dengan orang dewasa dan tua. Demikian pula ketika berbicara dengan orang yang
sudah mempunyai 'persepi' atau pengetahuan yang jelas karena sudah pernah
merasakan buah apel ini tentu saja berbeda dengan orang yang belum pernah,
berbeda-beda dengan orang yang baru melihat saja, atau sudah memegang, atau
sudah mencium. Nah sedangkan untuk yang sudah makan buah apel itupun masih
berbeda-beda tingkatnya, ada yang baru satu kali, ada yang sampai menyukai,
sangat menyukai, bahkan ada yang serius dan sungguh-sungguh meneliti buah
apel tersebut berikut rasanya dengan kesungguhan dan kecintaan yang dalam.
Akhirnya untuk menceriterakan atau mendefinisikan ini kepadamu, saya jadi merasa berat, pada level mana saya harus menulis, pada level mana saya harus menjelaskan. Sayapun harus mengerti dan menyadari serta memahami pada level mana penguasaan pemahaman saya tentang apel dan rasanya. Untuk menjelaskan kepada orang yang belum pernah makan, melihat, memegang buah apel tersebut, tentu saja sudah lebih dari cukup. Namun untuk yang lebih lagi, saya belum tahu, apakah sudah cukup jelas, terlalu mudah atau terlalu sulit. Karena pengajaran sebagaimana yang dijelakanmu itu bukanlah seberapa banyak kita tahu, adalah seberapa besar pengetahuan kita tentang yang diajar sehingga kita mampu mentransfer 'pengajaran' dari apa yang kita miliki sebanyak mungkin. --- On Fri, 18/6/10, Arif Budi utomo <budiutomoarif@rocketmail.com> wrote: From: Arif Budi utomo <budiutomoarif@rocketmail.com> Subject: Bls: Bls: Perkembangan hari ini. To: Received: Friday, 18 June, 2010, 9:09 PM
Bagaimana perbandingan pemahaman
sekarang dalam memaknai kehidupan, sebagaimana yang dipostingkan di millis
saat setelah mengikuti pelatihan sholat centre..dibandingkan dengan pemahaman
sekarang..?. Banyak masalah yang di kupas dalam tulisan tersebut..bagaimana
posisi sekarang..?. Coba telusuri, pada setiap fase selalu ada dalam diri manusia,
kita bisa amati untuk study comparative. Setiap fase ada pemahaman
tersendiri, dalam setiap kesadaran ada pemahaman tersendiri dalam
realitasnmya masing-masing, sehingga setiap manusia akan meyakininya bahwa
akidahnya-lah yang benar. Kebenaran akan hanya menjadi sebuah atribut saja,
yang kemudian diperdagangkan sesuai dengan pemahaman masing-masing. Dan itu
tidak bisa disalahkan. Ada benang merah diantara semua itu, itulah SHIROTOL
MUSTAKIM..namun jalan ini pun kadang di klaim oleh semua orang. Alih-alih
mendapatkan jalan yang lurus..mereka malah berdebat saja, tanpa mau menjalani
dan menapak jalan tersebut sehingga mereka tidak mampu membuktikan sendiri
bahwa jalan itu lurus atau tidak. Jikalau mereka mau berjalan pastilah mereka
akan tahu jalan itu lurus atau tidak.
Parameternya adalah sangat jelas; JIWA YANG TENANG, JIWA YANG PUAS DAN JIWA YANG RIDHO, namun parameter ini hanya dia sendiri yang tahu, dan Allah tentunya. Dia harus jujur kepada dirinya sendiri, agar senantiasa instrospeksi diri. Sudah tenangkah jiwanya..sudah puaskah jiwanya..sudah ridhokah jiwanya. Apakah sudah tenang , puas dan ridho ISLAM sebagai agamanya..?. Banyak yang tidak mengerti ini, sehingga mereka senantiasa dalam kegalauan. Posisi jiwa tenahg, puas dan ridho, (baik dalam agama maupun dalam kehidupan), seperti ini akan menumbuhkan akhlak yang baik. Sabar, tenang, tidak tergesa-gesa, pemaaf dan lain-lainnya. Kesemuanya itu akan memancarkan aura kasih yang luar biasa, maka dikatakan Islam adalah rahmat semesta alam. karena Islam hakekatnya mampu memahami dalam sebuah kesadaran yang sempurna. Bisa dibandingkan dengan pemahaman agama lainnya. Dimanapun berada orang Islam akan menjadi teladan bagi siapapun, orang merasa tenang dan nyaman berada disampingnya. karena dia sendiri tenang, puas dan ridho. Kita menjadi banyak teman, senang bersilatuhrahmi, senang bersedkah, senang menolong, senang nasehat menasehati, berbagi ilmu, dan semua sifat-sifat positip lainnya. Sikap ini menjadi barometer keberhasilan kita dalam menempuh jalan spiritual di Methode Ihsan. langkah nyata haras dapat langsung terasa di badan, di jiwa, di ruh, dan di raga. semua akan merasakan manfaatnya. karena semua elemen tubuh di sapa. Islam harus bermanfaat bagi kehidupan kita, bila tidak maka bukanlah agama yang sempurna. maka menjadi pertanyaan kenapa Islam sekarang menjadi terbelakang..?. Inilah ironisnya. terjebak kepada kesadaran ruh saja..atau kesadaran Jiwa saja. Islam telah mengabaikan kesadaran akal, dan kesadaran raga. Atau bahkan sebagaian besar tidak satu pun kesadaran yang dimiliki mayoritas muslim. Sehingga Islam lebih parah dari pada agama manapun. seperti buih di lautan. Eksplorasi saja semua..maka akan menemukan skenario Allah tentang semua itu. Agar manusia mampu memahami. Jikalau tidak ada ketetapan yang mendahului, seluruh umat manusia sudah dihancurkan karena perbuatannya ini. Allah telah memberikan kepada JIWA seluas-luas kehendaknya. Allah telah memberikan jalan kefasikan dan jalan kebaikan. Kesadaran akan membimbing JIWA, kesadaran akan membibing ruh, kesadaran akan membimbing akal, kesadaran akan membimbing raga. Kesadaran adalah satu. Kesadaran manusia. Kesadaran tidak akan mampu melihat dirinya sendiri. (Apakah diatas kesadaran masih ada kesadaran lagi..?. ). Apalagi 'melihat' Tuhan. Kesadaran akan mampu merasakan kehadiran Tuhan, namun kesadaran sejatinya tidak akan sanggup 'melihat' Tuhan dalam arti leksikal. Kesadaran akan lenyap ketika hadirnya Tuhan. sebagaimana saat MUSA. karena kesadaran adalah milik HAKIKI Allah. Yang diberikan kepada manusia. Tidak kepada mahlukl lainnya. Kesadaran utuh hanya diberikan kepada manusia. tidak kepada malaikat dan jin, apalagi binatang. Kesadaran akan merasakan kehadiran Tuhan, sebagaimana 'melihat' ketika Allah ber tajali. Menampakkan dirinya melalui penciptaan alam semesta ini. Penciptaan manusia. Maka adanya alam semesta membuktikan adanya Allah. Ketrika tidak ada kesadaran manusia yang menyadari itu maka hanya ada Allah saja yang menyadari adanya alam semesta ini. Inilah kenapa Allah menciptakan manusia. Allah ingin diingat kekuasaanNYA. Allah ingin diingat ke MAHA..nya. Maha pencipta, maha pengasih..dan sebagainya. Maka bagi Allah, sangat menyanyangi orang yang selalu ingat kepadaNYA, orang yang selalu membersihkan dan menyucikan jiwanya untuk selalu ingat. Ada satu orang yang ingat kepadaNYA, maka Allah menunda hukuman suatu kaum. Bayangkan, jika tidak ada yang mengingat realitas alam semesta ini dan penciptaannya, realitas Allah. Apakah manusia bermakna..?. Sama saja manusia dengan binatang ternak nampaknya. wasalam
Dari:
Kepada: Arif Budi utomo <budiutomoarif@rocketmail.com> Terkirim: Jum, 18 Juni, 2010 06:26:41 Judul: Re: Bls: Perkembangan hari ini.
|
Komentar
Posting Komentar