Kisah Spiritual, Rahasia Kekayaan Yang Tidak Ada Habisnya ( Hakekat Mim-Shaad)
“Siapakah
yang sedang bermimpi ?.”
Bertanya sajalah kepada malam mengapa dirinya tidak takut
kepada gelap. Dan jangan ragu bertanyalah juga kepada siang kenapa dirinya
tidak resah tersengat panasnya matahari. Mengapakah mereka semua diam membisu, seakan
tak pernah tahu pertanyaan itu ?. Bila
belum puas bertanyalah kepada salju mengapakah dirinya begitu dengan dinginnya
itu. Sungguhkah mereka tidak tahu
keadaan diri mereka itu ?. Api tidak
pernah tahu betapa panas dirinya bagi lainnya. Begitu juga salju tidak mengerti
betapa dinginnya dirinya itu yang sanggup membekukan darah manusia. Api membakar
semua dan salju akan membekukan semua juga. Apakah ada bedanya ?.
Kalau
begitu siapakah yang sedang bermimpi ?.
Bertanyalah kepada manusia mengapakah dirinya juga tidak
tahu atas keadaan dirinya yang menyandang predikat manusia ?. He..eh. Padahal manusia dengan mim nya
menjadi pusat bergerakan alam semesta itu sendiri. Seluruh alam materi akan
berputar (tawah) menuju kesadaran (mim) manusia. Sayang sekali banyak
manusia yang tidak menyadari ini. Begitulah keadaanya. Hanya manusia yang diberikan
kesadaran yang akan memahami hakekat ini bahwa entitas lain yang berada diluar
dirinya sesungguhnya ingin selalu dekat dengan mim yang ada dalam diri
manusia.
Begitulah harta, uang, dan lainnya. Emas dengan daya
tariknya, berusaha memikat kesadaran manusia (mim) agar terus saja mempertahankan keberadaan diri mereka
diseputar mim manusia. Anehnya tanpa manusia sendiri menyadari keadaan itu.
Begitu juga berlian, intan permata, dan batu-batu indah lainnya. Mereka
diberikan daya tarik (shaad) agar mansuia-manusia terus
mempertahankan kehadiran (eksistensi) diri mereka semua dalam kesadaran manusia.
Uang, tahta, semua begitu keadaannaya, mereka eksis ketika kesadaran manusia
memang mengakui kehadiran diri mereka.
Sekarang
masihkah kita bermimpi ?.
Ingatlah firman Allah yang mengatakan bahwa alam semesta memang
diciptakan untuk kemaslahatan umat manusia maka karena itulah alam materi diciptakan
memiliki energy untuk menarik mim. Merekalah yang dengan
menyengaja menuju kepada kesadaran mim manusia. Karena bila mereka mampu disadari keberadaannya
oleh mim
benda itu akan eksis dalam
kesadaran manusia. Jika suatu benda sudah eksis maka derajatnya naik dianatara
benda-benda lainnya. Mereka dikatakan memiliki eksistensi di dunia materi.
Mereka dikatakan materi yang memiliki derajat tinggi. Dengan kata lainnya, jika manusia telah mengenali mereka, maka
sempurnalah keadaan diri mereka dihadapan Tuhannya. Begitulah keadaan entitas-entitas di alam
materi. Sesungguhnya hakekatnya mereka tidak ada, sampai kemudian manusia
menyadari keberadaan mereka, memberikan nama pada diri mereka barulah mereka
eksis di alam dimensi materi. Untuk
itulah mereka semua perlu manusia, untuk menngkatkan derajat dan menyempurnakan
laku mereka didunia ini.
Sudah menjadi hukum alam setiap materi mereka memliki
daya tarik yang menyebabkan manusia tanpa sadar menyukai mereka seperti ; emas, permata, berlian, dan batu-batu lainnya.
Sebab mereka dianugrahkan kelebihan dibandingkan benda-benda lainnya, mereka memiliki ‘shaad’, yaitu sebuah kekuatan yang mampu menarik dan memikat mim manusia.
Dengan kekuatan inilah, mereka mendekati manusia. Sebab hukum Allah kepada alam
materi adalah mereka harus selalu siap untuk dipergunakan oleh manusia. Maka
karena sebab itulah Allah mewajibkan kepada seluruh entitasi di alam ini agar
dikenali oleh manusia. Dan karena sebab itu, maka seluruh entitas di alam
materi akan berlomba-lomba agar disayangmanusia. Mereka merasa terhina jika
jauh dari manusia (mim). Begitulah keberadaan alam materi dengan keadaan
masing-masing diri mereka itu.
Kalau begitu ini bukanlah mimipi. Seseorang yang mampu
menyelaraskan mim nya dan memperkuat eksistensi mim nya, maka dia akan
menguasai alam materi. Jika alam materi sudah harmoni dengan dirinya maka dia
akan mampu menarik harta kekayaan dan lainnya menuju kepada dirinya. Semakin kuat mim nya maka semakin
banyaklah materi yang bersedia mengikuti dirinya untuk dikenali. Emas, intan,
berlian, seluruh harta kekayaan manusia akan dengan mudah dalam genggamannya.
Maka kenapakah manusia enggan mengenali dirinya, jika ingin kaya ?.
Tidakkah manusia sadar bahwa bukti kekuasaan Allah ada
pada diri manusia itu sendiri. Materi akan ber tawaf mengitari mim
manusia. Itulah hukum Allah. Patutkah manusia takut akan miskin jkalau mengetahui
hukum ini ?. Kenalilah mim
jika ingin materi mengitari diri kita. Begitu sederhanannya hukum Allah. Sungguh
Allah Maha Pemurah.
Perhatikanlah kisah-kisah para nabi. bagaimana nabi Ayub,
pada saat kemudian dirinya mampu mengenali mim nya, bagaimana saat nabi
Sulaiman saat mampu mengenali mim nya. Kemudian mereka mampu
mengatakan dengan lurus “La syarikalahu
wa bidzalika uirthu wa ana minal muslimin.” Dan begitu juga nabi-nabi
lainnya. Alam materi kemudian tunduk kepada diri mereka. Nabi Sulaiman menjadi
Raja terkaya yang tak tertandingi, nabi Ayub sembuh dari sakitnya dan kembali
kaya raya. Dan lain sebagainya. Semua terjadi saat mana mereka mengenal mim
mereka. Hakekat diri mereka yang manusia itu. Kisah tersebut begitu jelas
sekali. Sayang hanya sedikit manusia yang mampu mengambil hikmahnya.
Inilah renungan perihal shaad, yang sempat
digulirkan Mas Thole saat berbincang dengan sosok dari Pasundan. Seorang Resi
yang datang bersama Istrinya seorang Senopati wanita dari Majapahit. Sudah berhitung tahun dirinya mengkaji,
mencari jatidirinya , alhamdulillah keadaan diri mereka berhasil di kenali.
Menjawab beberapa pertanyaan atas jatidiri mereka itu. Mas Thole hanya mampu
bertasbih atas karunia yang diberikan Allah atas diri mereka itu. Biarlah alam
yang akan mengajari mereka atas hidup. Dengan bekal ini mereka akan mengetahui
bahwasanya manusia memiliki tanggung jawab sebagai khalifah atas alam semesta.
Sebab materi dan entitas lainnya akan ber tawah mengelilingi mim
mereka itu.
Mengapakah manusia meragukan kemampuan dirinya ini.
Kemampuan yang sudah teruji, saat mana seluruh makhluk diharuskan bersujud
kepada Adam. Bukankah ini suatu pengagungan yang nyata dari Allah sang
penciptanya, terhadap manusia itu sendiri. Mengapakah kemudian manusia menjadi
terjatuh ke dalam iba diri. Merasa paling nelangsa, merasa paling hina, merasa
paling ..dan paling..dan paling. Dua
litas, dua kutub, disisi kiri merasa paling sengsara disisi kanan merasa yang
paling kaya. Disisi kiri merasa makhluk ternista disisi kanan merasa sebagai
makhuk tersuci di dunia. Begitulah keadaan jiwa-jiwa manusia. Sebab mereka
semua telah gagal mengenali siapakah sesungguhnya jatidiri mereka. Jatidiri
entitas yang diajarkan Tuhannya.
Jika sudah terjatuh kedalam persepsi iba diri itu, manusia kemudian tidak yakin bahwa Tuhan Maha
Pemurah. Allah telah memberikan seluruh alam semesta untuk dikelola manusia.
Hanya saja alam semesta dan manusia sudah diciptakan dengan susunan yang
tertata. Maka manusia harus mampu membaca buku manualnya. Jika tidak mampu
membaca buku manualnya bagaimana kita manusia dapat mempergunakan untuk
kemaslahatan dirinya. Jika kita diberikan sebuah mobil dan kemudian kita tidak
mampu membaca buku manualnya. Bukankah mobil tersebut akan dapat mencelakakan
dirinya saja ?.
Manusia hanya diminta untuk mengenal dirinya, mengenal mim
nya.Jika mimnya telah terbuka hijabnya, maka dengan sendirinya banyak
sekali materi yang datang kepada dirinya untuk meminta agar diri mereka
dipergunakan oleh tangan kita. Sebab bagi mereka itu adalah sebuah anugrah.
Begitulah materi, semisal harta, uang, dan lain sebagainya. Sangat mudah sekali bagi orang yang berserah
agar dirinya menjadi kaya raya. Tinggal kenalilah mim nya, selaraskan dengan
alam. Maka perhatikanlah, perlahan alam materi akan merespon, banyak sekali kemudahan
yang kemudian mengalir kepada dirinya. Harta , tahta, dan wanita akan berada
dalam genggamannya.
Namun ,
apakah manusia yang berserah membutuhkan harta ?. Harta bagi orang berserah hanya
sebuah fatamorgana, semu saja. Mereka tetap lurus kepada Allah. Maka bagi yang
terus mengejar materi meraka akan menghadapi kekecewaan satu demi satu. Sebab
hakekat kebahagiaan bukan dari banyaknya harta benda kita. Mereka manusia
berserah akan langsung menuju kepada Allah. Mereka pasrah berserah atas karunia
apapun yang Allah berikan atas diri mereka. Mereka tidak merisaukan akan harta
benda lagi. Mereka mempergunakan harta dengan kesadaran diri yang tinggi. Sebab
memang mereka membutuhkan untuk di jalan Allah. Hati mereka telah bertaut
kepada Allah. Mereka tenang, tidak pernah bersedih, apalagi takut dalam hidup
ini. Itulah para kesatria pilihan alam. Para wali-wali Allah yang tengah dipersiapkan
alam ini.
Perenungan ini, satu demi satu ditautkan, menjadi sebuah
rangkaian perjalanan spiritual. Malam sebelumnya telah datang Sang Prabu dengan
adiknya. Salah seorang adiknya yang konon sangat rasional. Namun ternyata kehidupannya
banyak diliputi dengan peristiwa ghaib. Pernah suatu kali keluarga mereka
berdoa memohon sebuah mobil lengkap dengan biayanya. Allah benar-benar mengabulkannya.
Alam ghaib memberikan sebuah mobil mercys tahun delapan puluhan. Sangat nyata
sebab mereka menaiki mobil tersebut, dan sempat berkeliling kota saking
bahagianya.
Namun naas, saat ketika mereka lapar dan ingin makan.
Mereka sempat berkata agar mobil dijaga dan dititipkan kembali. Perintah
ditiitkan ini dimaknai oleh ghaib sebagai barangyang harus disimpan di alam
ghaib. Maka sekembalinya mereka makan, mobil itu sudah lenyap kembali. Bahkan
barang-barang mereka juga ikut lenyap bersama sang mobil. Kejaidan tersebut
tidak menyurutkan niat mereka. Suatu hari mereka mencoba meminta hal yang sama.
Dan Allah menguji kembali dengan mengkabulkan permintaan mereka. Sebuah mobil
dari alam ghaib kembali didapat mereka. Kejadian yang sama berulang. Mobil
tersebut hilang dari pandangan. Belum cukup kejaidan aneh tersebut, suatu hari
dia mengejar seorang yangh berbahaya. Tengah mereka menunggu, arah mobilk mereka
tiba-tiba berubah menghadap dan berada ditempat yang berbeda. Mobil mereka
berpindah tempat, padahal didalam mobil penuh dengan manusia. Ugh..aneh
tapi nyata.
Banyak kejadian yang serupa dialami satu demi satu. Tamparan
kekecewaan atas ghaib yang gagal menjadi realitas. Membuat dirinya seperti
menafikan keghaiban itu sendiri. Dia mencoba membenamkan keyakinan atas ghaib.
Sebuah ironi manusia. Penyangkalan yang tidak proporsional menyebabkan dirinya
memasuki fase afirmasi sampai ke alam bawah sadarnya.
Kejadian demi kejadian yang dialaminya, sangat memukul
jiwanya, sehingga muncul penyangkalan yang tidak disadarinya. Ada gumpalan hawa
yang ketika dieksplorasi terbaca sebagai keinginan dirinya pribadi. Sebagai
perlawanan atas realitas yang dialaminya. Sungguh berat manusia merangkai
takdir-takdirnya sendiri. Seluruh manusia tertatih-tatih memahami ini. Mas
Thole hanya menghela nafas. Bukan hanya dia, bahkan dirinya sudah
berpuluh-puluh tahun mengalami itu. Jika bukan karena datang pertolongan Allah, entah apa jadinya. Mas
Thole menyadari itu. Maka dia hanya berusaha membantu dan berdoa bagi
kebaikannya.
Akhir minggu yang cukup melelahkan bagi Mas Thole sejak
dimulai di hari Jumat, dimana dirinya mulai bekerja di tempat yang baru. Sebuah
tantangan baru. Raganya sudah mulai dihantam energy yang sempat membuat dirinya
tepar. Sulit mencari penyebabnya. Maka Mas Thole hanya selalu mengamati saja.
Keadaan dirinya sempat diutarakan kepada Sang Prabu, mungkin disebabkan oleh
kemampuan ghaib sang adik yang memeiliki kemampuan semisal dengan ‘teleport’,
yaitu mampu memindahkan benda dari ghaib ke realitas atau sebaliknya. Energy
ini belum pernah dikenali Mas Thole sehingga lungkrah badan , berat sekali
rasanya membawa badan.
Namun aneh sekali, harapannya sia-sia. Entah sebab apa
dirinya tidak menemukan energy yang memamparnya itu pada diri adiknya. Padahal
dari awalnya dia yakin akanhal itu. Bahakan saat di eksplorasi adik sang Prabu
tidak menandakan adanya energy lelehur. Datar saja, biasa saja. Walau terasa
ada sesuatu yang sering melintas di kesadaran Mas Thole. Namun secara realitas
yang nampak, energy sang Adik tidak ada. Apa yang tampil adalah manifestasi
dari alam bawah sadarnya. Sesuatu yang belum pernah dialami Mas Thole.
Mengapakah kejadiannya, tidak sesuai dengan yang
diharapkannya. Bukan tokoh yang luar biasa yang hadir. Bukan seorang sosok yang
menggiriskan dan mampu membangkitkan bulu roma. Ya dia hanya sosok tanpa
entitas dan jatidiri. Namun anehnya dia mampu menyebutkan jatidirinya. Benarkah
ini hanya hasil afirmasi saja ?. Maka Mas Thole masih menunggu khabarnya. Sebab bahkan dirinya mampu menyebutkan
namanya, dia menyebut dirinya ‘Gajah Mada’. Benarkah ..?. Ugh...lelah rasanya
menduga-duga.
Namun semua harus dikembalikan kepada-Nya, kejadian demi
kejadian hanya akan dirangkai saja,
sebagaimana sebuah khabar berita. Bagaimanakah memaknai semua. Maka kembalinya
adalah pada diri kita masing-masing. Kita sebenarnya tengah bermimpi ?. Dan
bertanya kembali, “Siapakah yang sedang
bermimpi ?”
Maka manusia yang memiliki mim adalah manusia yang
tidak memiliki mimpi. Sebab dia selalu sadar meski berada dalam mimpinya. Dia
terjaga sebagaimana alam semesta yang selalu terjaga. Dia akan selalu bersama Haa. Dialah sang kesatria, dialah Haa Mim. Dia yang melintasi malam. Adalah dia
yang berjalan dengan seluruh kesadarannya, meliputi seluruh bumi yang dipijak
dan langit yang diatasnya. Nusantara dalam liputannya. Sebab karena dia adalah
Kesatria alam.
Bertanya
sajalah kepada malam mengapa dirinya tidak takut kepada gelap. Dan jangan ragu
bertanyalah juga kepada siang kenapa dirinya tidak resah tersengat panasnya
matahari.
Api
tidak pernah tahu betapa panas dirinya bagi lainnya. Begitu juga salju tidak
mengerti betapa dinginnya dirinya itu yang sanggup membekukan darah manusia. Api membakar
semua dan salju akan membekukan semua juga. Begitulah keadaannya, tanpa menreka
mengerti mengapa ?.
Wolohualam
Komentar
Posting Komentar