Diskusi Tasawuh, Hakekat Mengenal 'Jatidiri'


----- Forwarded Message -----
From:
 Arif Budi utomo <budiutomoarif@rocketmail.com>
To:
 imam.sarjono@yahoo.com.au 
Sent:
 Wednesday, 22 September 2010 9:37 AM
Subject:
 Bls: Kupu-kupu

Kemudian manusia saling berlomba..
memaknai setiap rahsa dalam angannya..
maka ketika itu...
............
Manusia akan sedih kehilangan senang..
atau manusia senang kehilangan sedih..
senang dan sedih menempati persepsinya dalam jiwa..
sedih menghampiri maka senang dilupa..
senang menghampiri sedih menjadi tak ada.. 
wajah sedih..
wajah senang..
tidak pernah dalam satu tampilan..
........
untuk itukah manusia tahu jati diri..?
senang tak bisa dimaknai ketika sedih tak ada..
sedih tak mampu diresapinya sebagai kesedihan
ketika tidak pernah merasakan adanya senang..
.......................
Manusia mampu memaknai semua itu..
ketika manusia pernah merasakan kedua rasa itu
sedih dan senang..
hanyalah kata pengungkap rahsa..
namun hakekatnya apa..?.
...................
Arus listrik mampu menyalakan water heater
hingga mendidihkan maka air menjadi panas sekali
Arus listrik juga mampu menggetarkan freon
hingga membekukan maka air menjadi dingin sekali..
apakah listrik kepanasan
ataukah listrik menjadi kedinginan..?
siapakah yang kepanasan
siapakah yang kedinginan
...........
panas dan dingin juga hanyalah kata
pengungkap rahsa
namun hakekatnya apa..?
.................
ketika manusia mengambil range
sebuah interval sebuah nilai pada persepsinya
bagaimana dia mempersepsikan sedihnya
juga bagaimana dia mempersespsikan senangnya..
dan jika nilai itu berjarak terlalu jauh..
sebetulnya itulah yang menyiksanya..
......
Tuhan tidak pernah menyiksa hamba-hambanya..
namun manusialah yang senantiasa menyiksa dirinya sendiri..
...................
menetapkan nilai pada persepsi kesadaran dirinya..
dan kesadaran kolektif..
atas kedua persepsi sedih dan senang
panas dan dingin..
siang dan malam..
sebuah dualitas alam semesta..
menjadi under estimate dan over estimate..
jauh dari kehendak Tuhan sendiri..
.............
maka Tuhan adalah Esa..
maha suci dari semua itu..
maha suci dari persepsi itu..
panas dan dingin..
sedih dan senang..
dalam skenario Tuhan..
hanyalah sebuah rahsa dalam methode pengajaran manusia..
agar mereka menyerah pasrah kepada Dzat yang Maha Esa..
Dzat yang Satu bukan dualitas
apalagi pantheisme..
.......................
maka manusia harus menuju kepada NYA..
dalam satu rahsa..
karena DIA tidak menerima dualitas
karena dia tidak mau di DUA kan..

karena DIA tidak menerima manusia yang masih terhijab dalam dualitasnya
dalam kesyirikannya..
pada rahsa-rahsa itu..
.....................
Maka mulailah masuki
keimanan sang Ruh..keimanan sirr..
dalam martabat ke tujuh... (silahkan cari di internet)
yang sudah tidak mengenal dualitas rahsa..
yang tidak mengenal ke syirikan..
apalagi thogut..

salam...

Dari: Arif Budi utomo <budiutomoarif@rocketmail.com>
Kepada:
 imam.sarjono@yahoo.com.au
Terkirim:
 Sel, 21 September, 2010 11:18:48
Judul:
 Kupu-kupu
Saya dah baca.. Sebuah perjalanan panjang yang melelahkan...
(kemudian ada pesan , maka cobalah maknai di bawah ini..sebuah pesan..!)

Subhanalloh...
Maha suci Allah..
Indahnya kupu-kupu siapakah yang tahu..?
Ketika ulat menjadi kepompong dan kepompong menjadi kupu-kupu, adakah yang tahu..?
Hanya orang-orang yang bersedia menjadi saksi saja yang tahu betapa proses itu luar biasa sekali.
Hanya orang-orang yang menikmati dan menetapi dirinya menyaksikan (!), sebagaimana pengamat, sebagaimana seorang  'saksi' yang menyaksikan. Yang tahu betapa indahnya semua itu..(?)
Darimanakah orang tersebut mampu menyaksikan, dari arah mana..?.
Maka diciptakan penglihatan dan pendengarannya..
setelahnya...
Kemudian semua , menjadi tanda tanya lagi..
Adakah kupu-kupu tahu betapa indahnya dia itu  (?)
Betapa dia mengilhami semua makhluk di seluruh bumi ini..(?)
Tahukah kupu-kupu..?
Betapa dia diciptakan bukanlah sia-sia..
Maka kupu-kupu dan orang menjadi saling relatif..
saling mengamati, menjadi persepsi..
Masing-masing menjadi benar, masing masing menjadi salah..
dan dibolak balik lah diantaranya..
kadang manusia menjadi kupu\
kadang kupu menjadi orang..
adakah bedanya diantara keduanya (?)
ketika mereka  bertukar rasa..(?)
apakah kupu mampu melihat keindahan manusia..?.
...................................
Kalaukah kupu tahu betapa susah jadi manusia..?
kalaukah manusia tahu betapa susahnya menjadi kupu..?
Masihkah mau bertukar rahsa..?
Mengapa indahnya kupu hanya bisa kita rasakan saat kita jadi manusia..?
begitu juga sebaliknya..?
.............................
Maka maha suci Allah..
Dzat yang suci dari hal seperti itu..
..........................
Ketika nikmat panas diberikan kepada kutub..
apakah sama rasanya ketika diberikan kepada padang pasir..?
Ketika nikmat air sejuk dan dingin diberikan kpeada padang pasir
apakah sama rasanya jika diberikan kepada kutub..?
Bilakah manusia-manusia di dalamnya mau bertukar tempat..?
Orang padang pasir menempati kutub dan diberikan apa permintaannya air yang sejuk lagi dingin terus menerus..?
dan begitu juga sebaliknya...
maukah mereka seperti itu..(?)

............................................
manusia memohon dengan persepsinya rahsa yang menurutnya nikmat..
bahkan tidak pernah mau melihat realitas tersebut..
......................
sungguh ..
layaknya kita berlindung kepada, Allah Dzat maha suci dari persepsi seperti itu.
Nikmat manakah yang bisa kita abaikan..
ketika rahsa menjadi hanya satu makna LAI ILLA HA ILALLAH..
marilah menuju kesana dalam dan hanya sebuah rahsa yang sama dalam persepsi Tuhan.
amin...

Komentar

  1. Assalamualaikum wr wb..
    Kang Arif, maaf sekiranya saya berkata seperti ini, mohon kang Arif sudi membukakan pintu agar saya bisa masuk kedalam untuk mengenal jatidiri saya , terima kasih...


    BalasHapus
  2. kurang lebih setahun yg lalu sudah pernah baca tulisan ini. sekarang setelah membacanya lagi rasanya beda... lebih mak jleb..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali