Energy Kesadaran : The Consciousness Ultimate
Manusia terjebak kesadarannya sendiri. Maka manusia akan
hanya merasa keadaan sedihnya saja, atau keadaan senangnya saja, atau keadaan
masalahnya saja atau keadaan apa saja yang terasa di badan ketika itu. Seperti
misal, ketika air berada di kopi maka dirinya (air) merasa bahwa dia adalah
kopi. Begitu juga saat dirinya berada pada sirop, maka dia juga akan beranggapan
bahwa dia (air) adalah sirop. Semisal itulah saat kesadaran kita berada pada
tataran akal dan logika dia akan merasa bahwa dirinya adalah akal dan
logikanya. Semisal juga saat kesadarannya sedang singgah di nafsu sahwatnya
maka dia seakan-akan adalah ‘sang birahi’. Nafsu birahi kemudian akan menguasai
instrumen ketubuhan kita. Begitu dahsyatnya Energi Kesadaran.
Dan bagaimana saat kesadaran singgah di jiwa, di raga,
dan juga di ruh. Maka akan sama keadaannya. Entitas yang disinggahi sang
kesadaran akan merasa bahwa hekaket dirinya adalah seperti entitas yang
disinggahinya. Semisal saat air ada di kopi, sirop, teh, dan lainnya. Yang
terasa adalah rahsa dari entitas tersebut. Kesadaran seharusnya mampu meliputi
keseluruhan entitas ketubuhan manusia. Sehingga keadaan entitas ketubuhan kita
akan tersapa, menjadi harmonis. Jika keadaan tersebut tercapai, maka itulah
harmonisasi dalam ketubuhan kita. Menjadi manusia seutuhnya, tidak
terpisah-pisah lagi di dalam entitas penyusun raga manusia.
Mengapakah keadaan tersebut sulit untuk dicapai ?. Sebab manusia akan selalu terhijab dalam
permainan kata, logika, dan angan manusia itu sendiri. Manusia sering tidak
sadar jikalau dirinya sadar. Manusia juga sering sadar jika dirinya tidak
sadar. Manusia juga sering sadar bahwa dirinya sadar. Lantas jika begitu ‘so
what ?’. Berada ditataran manapun kesadaran kita selayaknya segera kita
hadapkan kepada Allah. Sehingga kita akan mendapatkan sebuah Revolusi Kesadaran. Kesadaran yang akan
membalikkan anggapannya sendiri atas kesadaran yang dimilikinya.
Jika begitu maka manusia akan berada pada tataran ‘Supra Sadar’ ,
yaitu suatu keadaan dimana dirinya sadar saat ketika kesadarannya tidak sadar. Dan
juga dirinya sadar saat mana dirinya dalam keadaan sadar yang sempurna, sadar
yang parsial, sadar yang universal. Supra
Sadar akan memandu dirinya dalam keadaan yang
menyadari seluruh sistem alam semesta yang termanifestasi dalam mikrokosmos
(raga) dan makrokosmos (alam). Kesadaran yang Supra Sadar-lah yang mampu
menjangkau semua entitas kesadaran di alam semesta. Dan sungguh hanya
manusialah yang memeiliki entitas tersebut. Itulah The Consciousness Ultimate.
Hakekat jatidiri manusia.
Mengapakah manusia sulit mencapai keadaan tersebut. Patut
disadari bahwa untuk membuka hijab kesadaran adalah rahasia Tuhan. begitu
berpilinnya akar penyebab masalah mengapa manusia bisa terjebak di dalam
kesadarannya sendiri. Dirinya tidak mau keluar dari boxnya. Box pemikiran yang
membingkai kesadarannya sendiri. Sungguh manusia sendirilah yang merasa asik
pada zona nyamannya sendiri. Sesungguhnya begitu sederhana sekali, kita tinggal
merubah ‘niat’ di hati saja. Maka dalam sekejap kita akan berada pada posisi
koordinat yang kita inginkan.
Kembali untuk mencapi koordinat yang dimaksudkan kita
harus memiliki referensi. Sayangnya disinilah problematikanya, yang menjadi
sebab mengapa kesadaran menjadi berpilin-pilin dan rumit sekali. Kita nanti
dapat melihat bahwa pada gilirannya, kesemuanya itu nampak tampilannya diluar
adalah perilaku manusia itu sendiri saat menghadapi realita yang nampak di
matanya. Keadaan in yang melatari, menjadi sebab mengapa manusia kemudian
bergolong-golongan. Ketika sudah terbentuk keadaan ini, mereka semua akan saling
mengagul-anggulkan golongannya sendiri. Baiklah, marilah kita coba, sedikit
eksplorasi pemahaman kesadaran diri kita melalui ilustrasi di bawah ini;
Manusia berbangga dengan suka.
Banyak cita yang dirasakan. Bukankah sama saja.
Dimanakah suka jika tidak ada duka ?.
Adakah manusia yang sadar saat ketika sedang dibuai kesenangan. Hmm.. sedikit
sekali manusia yang sadar saat ketika senang. Bukankah sesungguhnya sama
saja keadaannya. Rahsa senang adalah suatu keadaan dimana kita sedang
diliputi rahsa suka-cita. Ketika diliputi rahsa senang, maka terasa yang sangat nyata. Sehingga rahsa lainnya
menjadi ghaib. Dia menjadi hilang empati kepada manusia lainnya yang sedang
sedih hatinya. Dirinya melakukan ‘blocking’, “Untung bukan dirinya”.
Sebab memang karena, dirinya tidak dalam keadaan rahsa
yang sama. Sulit bagi dirinya yang sedang dalam suka memahami rahsa sebaliknya.
Maka dirinya menjadi manusia yang sombong dengan rahsa itu. Maka janganlah
merasa sedih jika kita tidak pernah merasakan senang. Sebab semua rahsa sama saja keadaannya. Semua akan dapat
memalingkan diri kita sebagai manusia.
Sesungguhnya tiada yang terbuang. Sebab malam juga tak
menyisakan siang. Malam dan siang ~ dualitas yang meski dilalui manusia dalam
perjalanan hidupnya. Maka siapakah yang tak suka malam.
Bersiaplah dia dalam ketakutan. Maka siapakah yang tak suka panasnya siang.
Maka bersiaplah dirinya dalam kehampaan. Siang dan malam adalah baju dalam
kesadaran. Semua manusia akan berpersepsi atas siang dan malam dengan
logikanya.
Namun percayalah bahwa
semua manusia pasti melalui semua itu. Tak peduli, meskipun apa kata mereka
tentang itu. Tunggulah saja saatnya. Tidakkah sebaiknya kita bersiap
dipergilirkan rahsa ?. Sebab setiap diri manusia pasti akan merasakan pergolakan itu ;
dualitas ~ sedih-senang. Pergantian benci dan cinta. Ketakutan dan nelangsa. Begitu
juga dengan ikhlas dan dendam.
Mampukah manusia menghindarinya ?. Rahsanya tidak !. Sebab disinilah
ujian keimanan bagi manusia.
Sekali lagi, semua manusia pasti akan melaluinya. Tidak
miskin atau kaya. Tidak peduli dia Islam, Kristen, Yahudi, Sabiin, atau
lainnya. Tidak peduli itu siapa sebab itulah kehidupan. Rahsa-rahsa itu
akan memalingkan diri kita. Memalingkan wajah kita dari Tuhan. Ketika sedih
datang, bersiaplah amati, jangan sampai kita terlepas menghujat Tuhan.
Mempertanyakan keadilannya. Sebab
selewat sedih pasti giliran senang akan menghampiri. Dengan berkali lipat
rahsanya dan derajatnya. Maka dikatakan manusia yang diuji akan dilipatkan pahala
dan derajatnya di mata Allah. Maka tak selayaknya kita berduka saat sedih
datang.
Manusia akan dalam melewati malam dan siang yang sama
setiap jamnya. Tidak ada yang dirugikan satupun. Tidak ada yang dilebihkan atau
dikurangi waktunya sedetikpun. Satu hari adalah 24 jam yang sama.
Mengapakah manusia masih mempertanyakan keadilan Tuhan ?. Jika kita meraa tak
sama dengan manusia lainnya. Sungguh semua itu hanyalah permainan logika.
Yang penting adalah bagaimana manusia memaknai. Itu saja
yang membedakan diantara mereka. Pemaknaan tersebut akan tampil dimuka sebagai
akhlak yang nyata. Dia tidak sedih kehilang suka.
Dan dia juga tidak terkesan suka cita jika kehilangan sedihnya. Dia
hanya berjalan menapaki apa adanya.Tiada bersedih hati, tiada
khawatir dan tiada rahsa takut, meniti siang dan malamnya. Dengan langkah
nyata.
Sekali lagi, meski semua manusia memiliki waktu yang sama. Mereka
dibedakan dalam kemampuan diri mereka untuk memaknainya. Kemampuan dalam
memaknai inilah yang pada gilirannya akan membedakan kualitas hidup mereka.
Meskipun dia kaya tidak menjamin dirinya memiliki kualitas hidup yang baik. Dan
juga sebaliknya, meskipun dia miskin belum tentu dia tidak memiliki kualitas
hidup yang buruk. Mungkin saja dia mampu memaknai hidup hingga dirinya merasa
kaya raya. Begitulah Tuhan mengatur hukum keadilannya.
Sesungguhnya tiada yang
terbuang. Sebab malam juga tak menyisakan siang. Malam dan siang dualitas yang
mestinya dilalui manusia dalam perjalanan hidupnya. Maka siapakah yang tak suka
malam. Bersiaplah dia dalam ketakutan. Begitu juga, siapakah yang tak
suka panasnya siang. Maka bersiaplah dirinya dalam kehampaan. Maka Islam
mengajarkan agar jiwa manusia, menuju kepada makom jiwa tenang, puas lagi
ridho. Sebab di dimensi inilah jiwa manusia akan selalu merasa bahagia.
Meskipun dualitas datang silih berganti.
Maka bagaimanakah jika malam
dan siang tidak ada ?. Apakah mungkin ada dimensi dimana tidak ada malam dan siang.
Dimensi dimana tidak ada sedih dan senang. Jawabnya hanyalah walouhualam. Sebab
manusia memang bermimpi dia ada disana dan bersiap kesana. Maka tunggulah saja saatnya,
pasti saatnya akan tiba. Mungkin saja disana kita tidak perlu bersusah payah
memaknai keduanya. Dan nanti akan terbukti siapakah yang benar.
Diantara manusia yang ber-serah (Islam) dan yang tidak.
Jika di dunia saja mereka sudah
mampu berada dalam makom Islam (makom jiwa tenang, puas lagi ridho),
maka insyaallah mereka tidak bersusah payah lagi untuk mendapatkan makom
tersebut disana. Sebab mereka sudah
mampu memindahkan dimensi itu dalam hatinya. Itulah yang menjadi sebab mengapa
kualitas hidup manusia berbeda. Keadaan yang kemudian dipahami manusia sebagai
surga dan neraka.
Jika kualitas hatinya ikhlas
maka dia akan berada di surga, jika sebaliknya maka pastilah dia dalam
keresahan yang nyata dan itulah neraka. Oleh karena itu, maka manusia pasti
pernah menikmati rasanya neraka dan juga rahsanya surga dalam hati mereka.
Mereka tahu keadaan dimensi hati mereka sendiri. Pasti mereka tahu sendiri.
Sayangnya manusia sering
terhijab logika dan pandangan mata, menganggap orang lain lebih baik dari
dirinya, sehingga merasa Tuhan tidak adil atasnya. Inilah muasal benih api
neraka. Maka perhatikanlah hati kita, sesungguhnya kita sendiri tahu ada pada
dimensi manakah itu !. Apakah surga ataukah neraka.
Dan keadaan susana hati, inilah
yang akan menjadi sebab mengapa diri kita disana. Yaitu bagaimana keadaan
susana hati kita saat dipanggil-Nya.
Apakah saat itu sedang di dimensi surga ataukah pada dimensi neraka. Jadi keadaan
suasana inilah yang menyebabkan kita akan ditempatkan dimana, apakah surga
atukah neraka. Ternyata surga dan neraka kita yang memilihnya sendiri.
Sekali lagi, saat terkini suasana
hati kita pada saat mana kita dipanggil-Nya, itulah yang menentukan diri kita
di surga ataukah di neraka. Maka berhati-hatilah dengan lintasan hati kita
sendiri. Bukankah kalau begitu kita
sendiri yang menentukan surga ataukah neraka ?. Dan Tuhan hanya pengabul doa
kita. Tuhan akan mewujudkan apa-apa yang ada di lintasan hati kita. Sebab DIA
Maha Pengabul doa. Maka perhatikanlah hati kita sebab itu adalah doa kita. Perhatikanlah pergilirannya di
setiap detiknya. Sebab karena itulah, mengapa kita perlu selalu ingat Allah.
Hati kita selalu ber dzikir.
Inilah sebuah Revolusi Kesadaran yang luar biasa. Rahasia kekuatan Hati manusia. Ketika hati manusia selalu
ber dzikir maka secara perlahan kita sedang melakukan Revolusi Kesadaran guna
menyusun kekuatan hati sebagai pondasi pergerakannya. Bukankah sudah selayaknya
begitu ?. Jika kita ingin merubah nasib kita maka lakukanlah Revolusi
Kesadaran. Rubahlah koordinat rahsa di hati kita. Itulah Rahasia Kekuatan Hati.
Dengan Revolusi Kesadaran maka keadaan seakan neraka dunia dengan sekejap
menjadi surga dunia. Cobalah jika tidak percaya, sebab itu adalah hukum
kepastian alam semesta.
Pesan yang ingin disampaikan tulisan ini
adalah, ‘JIKA INGIN MERUBAH NASIB MAKA LAKUKANLAH DARI MERUBAH POSISI HATI
TERLEBIH DAHULU, MAKA PERHATIKAN SAJA KEAJAIBANNYA’. Buktikanlah keajaiban The
Consciousness Ultimate.
Walohualam
Komentar
Posting Komentar