ANOMALI BANYAK ISTRI

Pengantar : Kajian ini mencoba merespon tema yang diusung oleh rekan milis. Perihal Landasan Poligami. Mengambil sudut yang agak tersendiri, mengulas fakta dengan logika. Bukan berada pada tataran yang dipertentangkan, boleh atau tidak boleh. Suka atau tidak suka. Semua kubu baik yang pro dan kontra meyakininya dengan caranya sendiri-sendiri. Inilah problematikanya. Sebegitu peliknya. Saat masing-masing menggunakan persepsinya Polemik ini akhirnya tidaklah berjalan sendiri, menjadi tidak murni lagi. Banyak kepentingan yang kemudian menunggangi. Membuat panas telinga para istri. Ampun deh. Dengan gaya bahasa bertutur, kajian ini dihantarkan dan dimulai. Diturunkan dalam 3 tulisan. Semoga.


Kilasan Mimpi Poligami
Poligami adalah sejarah panjang, sepanjang umur umat manusia di bumi ini. Saat dimulainya, ketertarikan manusia satu dengan manusia lainnya. Manusia dari jenis kelamin laki laki dengan manusia dari jenis kelamin wanita. Cerita bergulir, ketika Habil dan Kabil pertama memperebutkan wanita saudaranya untuk dijadikan istri. Tidak setuju dengan keputusan Tuhannya. Dibunuhlah saudaranya. Kali pertama, Ketertarikan manusia pada lawan jenisnya, menorehkan, mencatat kekelaman manusia pada nafsunya, cinta telah meminta korbannya. Berkembang biak adalah insting dasar manusia paling purba, berkembang sesuai fitrah Tuhannya. Rasa cinta dan nafsu seiring mengiringi jiwa memaknai tugas suci ini.
Setelah itu, selanjutnya, seiring perputaran hari. Diantara umat-umat terdahulu. Pada setiap jamannya. Banyak kisah-kisah kemudian melengkapi, mendasari, penuh romantisme, penuh dengan kasih sayang yang mengharukan. Kisah-kasih tersebut tersimpan sangat rapi dalam kesadaran kolektif manusia. Kisah yang mengharukan, kasih yang mendebarkan, penuh patriotisme, menyentuh kalbu, percintaan antara dua anak manusia. Kisah kasih bagaimana kesucian cinta dipertemukan dengan pertalian Allah. Diantara perebutan kekuasaan, diantara desingan pedang dan teriakan perang, bersama darah yang berkubang, diantara harta yang dipertukarkan. Tragedi insan manusia sedang dipertontonkan. Sungguh ketika cinta bertasbih , kehidupan cinta menjadi makna yang mengguncangkan jiwa. Karena pertalian kasih dua anak manusia, adanya. Begitu menggiriskan hati, bergaung hingga ke jaman ini. Sebagaimana kisah Napoleon dan Cleopatra, Romeo dan Juliet, dan romatisisme lainnya, merambah ke tanah Jawa , dari Dyah Pitaloka dan Prabu Hayam Wuruk, Ratu Kencana Wungu dan Legenda Minak Jinggo. Hingga kisah rakyat jelata Rojali dan Juleha. Semua memberikan nuansa atas nama cinta.

Namun, ketika kehidupan nyatanya selalu berpasangan, siang-malam, suka-duka, hitam-putih. Dan lain sebagainya. Begitu juga atas nama cinta. Sisi gelap manusia, sisi jiwa yang tidak pernah puas, senantiasa meliar. Meminta lebih. Maka , kitapun ternganga saat mendapatkan fakta-fakta, bahwa pada jaman dahulu kala, pada jamannya berhala, ada juga wanita dipertukarkan , dijadikan media negosiasi, dijadikan komoditas untuk memenangkan perang. Untuk meraih kekuasaan. Untuk memuaskan birahi, diperdagangkan. Baik suka ataupun terpaksa. Ketika kekuatan menjadi mediasi dan arogansi maka wanita di jual beli, tak ada yang peduli. Itulah jamannya. Mewabah hingga ke kini. Dunia di bawah dominasi lelaki. Sebuah symbol kekuatan dan kekuasaan yang diberikan Tuhan. Maka menjadi kelaziman saat itu, ketika lelaki berkuasa juga menginginkan banyak wanita, sebagai sebuah symbol kejayaan negaranya. Sebagai sebuah symbol kekuasaan. Dominasi kekuatan kerajaannya.
Kemudian, adalah jamaknya ketika itu, bila seorang raja memiliki banyak istri, tidak saja satu atau dua saja, biasa jika ratusan, atau bisa dan mungkin mencapai ribuan istri. Tidak saja di daratan cina, daratan eropa, atau dipelosok pelosok diujung negri yang tidak terwartakan. dan lain sebagainya. Dibuatkan sangkar emas, dibuatkan romantika para Raja. Di daratan cina para istri ditempatkan khusus di Harem. Dibuatkan bangunan tersendiri. Dinamika masa lalu ini, bisa diketemukan peninggalannya hingga kini. Dengan ribuan istri. Hidup bagaikan kilasan mimpi.

Bagaimana dengan Islam,,?, Nah.. itulah..maka jangan kaget jika Nabi Sulaiman saat itu juga memiliki 1000 istri, dan juga Nabi Daud memiliki 99 istri. Di kisahkan dalam Al qur’an ketika Nabi Daud menikahi istri yang ke 100 nya. Wanita itu adalah istri dari rakyatnya. Datanglah teguran dari Allah. Diutuslah malaikat untuk mengujinya. Dialog ini menjadi kisah tersendiri dalam Al qur’an. Akhirnya, Dengan keimanan yang tinggi, Nabi Daud mengerti, paham, menyesal dan bertobat atas kesalahannya ini. Dikembalikanlah wanita tadi kepada suaminya. Kisah-kisah ini diceritakan dengan hak. Masih cerita terus menggelinding. Cerita para raja dan nabi dengan banyak Istri bersambung terus, di setiap generasi, di setiap peradaban, hingga kepada Nabi Muhammad yang merupakan Nabi terakhir, Nabi umat Islam.

Jikalah kemudian kisah ini kita bawa ke jaman ini, bagaimana persepsi mengembang..?. Mereka para nabi, yang tentunya terlepas dari jeratan nafsu duniawi apalagi nafsu syahwat. Memiliki banyak istri. Skenario apa sebenarnya yang sedang direncanakan Tuhan. Mengapa justru para Raja, pembesar negri, para Nabi, para Ksatria, kaum cerdik pandai, dan para orang-orang pilihan justru banyak Istri. Menjadi pertanyaan lagi.. Dimana system keadilan Tuhan..?. Kenapa tidak sejak dari dahulu Allah menurunkan hukum-hukumnya agar kaum lelaki di batasi istrinya. Kenapa pembatasan banyak istri hukumnya datang bersama hukum Islam. Bagaimana dengan agama-agama sebelumnya. Kenapa Islam kok tidak tegas saja membatasi hanya satu istri. Kenapa nash tentang pembatasan istri, masih bisa ditafsiri. Bukan hukum mutlak saja. Menjadi peluang, bagaimana lelaki masih diperbolehkan dengan 4 istri. Kalau gitu, Enak dong para lelaki..?. Bisa punya banyak istri, sementara kaum wanita satu saja lelaki, masih ada kata tapinya. Harus bisa ngurus suami, harus bisa ngurus anak, atur rumah tangga..sederetan daftar belanjaan, dan sebagainya dan sebagainya. Wuih..sesak jiwa jadinya. Mungkin itu gerutuan para istri. Di dunia terkini jamannya emansipasi.
Kasihan dong kalau begitu nasib kami para wanita sejak dahulu hingga kini..nasib para istri..?.
Bagaimana ini..?. Bagaimana jika kaum istri berdemo kepada para suami saja..?. Waduh..apalagi ini, bukankah ridho Allah bagi istri ada pada ridho suami..?. Kok susah yah..jadi wanita..?. bagaimana Islam menjelaskan ini..?. Membatasi tanpa memberi solusi, bukan agama dong..?. Sudahi, kita endapkan dahulu jiwa yang meliar, memberontak, menyesak itu. Baiklah marilah kita mulai kajian ini, bukan saja untuk para istri namun juga untuk para suami. Agar mengerti, bagaimana skenario Allah tentang Poligami ini.

Membaca Sketsa Poligami
Bumi Allah begitu luasnya, hamparan tanah yang sepi, hutan belantara disana sini, dengan aneka binatang purba meraksasa, alam begitu liarnya, tidaklah banyak kita dapati cerita cerita sejaman dengan ini. Kemudian manusia menghuni bumi.Saat ketika pertama kali di turunkannya Adam di sini. Saat itu, wajah bumi belumlah seperti sekarang ini. Rencana Tuhan tersendiri dalam skenario nya. Rencana Tuhan yang akan membangun peradaban umat manusia melebihi peradaban makhluk-mahkluk lainnya. Melebihi makhluk lainnya di lintas dimensi. Melalui khalifah-nya akan di bangunlah sebuah peradaban akal dan budi. Manusia akan diperkembang biakkan, masing-masing akan diturunkan berkelompok-kelompok, saling mengisi, membangun peradaban di tiap negri. Dipergilirkan kekuasaan, kekayaan, di pelosok pelosok , disudut-sudut bumi, perebutan kekuasan melalui perang dan lainnya. Hingga suatu saat nanti, terjalin kait mengkait, menghasilkan peradaban manusia terkini ini. Tidak ada makhluk satu pun sebelumnya, yang mengerti rencana ini Perbincangan dan perdebatan ini telah diceritakan juga dalam Al qur’an. Kemudian, jika kemudian kita lihat teknologi terbarukan di abad ini, kita jadi mengerti setelahnya. Pada jaman ini semua terjadinya, bertebaran bukti-bukti nyata untuk kita manusia jaman ini menguaknya.

Untuk membangun peradaban, manusia mestilah beranak pinak sebanyak banyaknya. Kecepatan perkembang biakan manusia harus sejalan dengan perkembangan kecerdasan dan jiwa nya. Allah senantiasa akan menyempurnakan ciptaannya sejalan dengan ini. Maka proses seleksi manusia harus dilakukan dengan sangat cepat dan terukur. Raga-raga harus di turunkan dari gen-gen yang sudah teruji memiliki keunggulan tersendiri. Dari gen lelaki, Gen-gen para raja, para nabi, patriot, bangsawan, dan orang–orang terpilih, pada jamanya, gen itu harus diturunkan dengan terukur. Orang-orang ini telah membuktikan dirinya, keunggulan kemampuan fisiknya, kekuatan batinnya, kecerdasannya, dan lain sebagainya , telah dibuktikannya, maka mereka karenanya telah menjadi orang terkemuka dijamannya. Gen-gen ini sudah teruji, maka harus segera diturunkan melalui rahim-rahim yang sudah disiapkan. Agar terjadi proses seleksi alam, dengan cepat. Maka , sesuai dengan jamannya saat itu, hukum Allah tidak melarang bagi orang yang mampu untuk mengawini berapa pun wanita yang dia sukai. Mau satu, sepuluh, seratus ataupun seribu wanita. Agar secepatnya manusia bertebaran di seluruh muka bumi, dengan membawa gen-gen yang terpilih tadi.

Tak diragukan lagi, skenario Tuhan. Berawal dari Adam dan hawa, manusia kemudian membentuk kelompoknya masing-masing, menyusuri seluruh permukaan bumi, membentuk suku-suku, membentuk pemerintahan, membentuk peradaban mereka sendiri. Dari mulai jaman Yunani, Romawi, Persia, Genghis Khan, Kubelai Khan, Hingga mahapatih Gajah Mada dan Sultan Agung. Dari bangsa-bangsa Galia, mongol, Cina , Korea, Jepang, suku Jawa, Sunda, dan lain sebagainya. Setiap kelompok di lahirkan dari gen-gen terbaik pada jamannya. Dari lelaki yang terpilih, itulah rencana Tuhan dengan diperbolehkannya POLIGAMI saat itu. Perkembangan manusia perlu percepatan, keganasan alam dan perang antar suku, dan lain sebagainya, menyebabkan manusia demikian mudahnya mati. Kewajiban lelaki saat itu berperang, berburu, dan pekerjaan berbahaya lainnya membuat ketimpangan populasi yang serius.
Bagaimana jadinya jikalau, bukan dari gen-gen para Raja dan Nabi, serta orang-orang terpilih lainnya, yang menurunkan manusia terkini, bagaimana generasi selanjutnya nanti.?. Maka sekarang kita mengerti mengapa hukum Allah tidak melarangnya. Model POLIGAMI seperti itu masih perlu. Perlu gen terbaik untuk menghasilkan manusia unggul. Maka selanjutnya kita pahami, Hingga di abad kini, manusia tampil dengan struktur terbaiknya, dengan kecerdasan yang sempurna, menciptakan, teknologi dan lainnya. Kita sendiri begitu takjub, bahwa struktur di masyarakat Jawa, sebagian besar adalah para keturunan orang-orang hebat jaman dahulu, jaman Majapahit dan setelahnya. Itu generasi yang paling dekat. Bila melesat lebih jauh, kita akan dapati bahwa kita adalah keturunan para nabi, yang telah terseleksi dengan baik. Bermilyard sekarang jumlahnya. Dengan dinamika yang sangat fantastik. Mereka semua berduyun-duyun mempersembahkan karyanya dalam skenario nyata. Skenario Tuhannya.

Keadilan Tuhan atas Wanita
Memasuki wilayah yang lebih sensitif. Mengapa posisi wanita semenjak dahulu, seakan-akan berada dalam dominasi lelaki. Hidup dalam hegonomi, dibawah bayang arogansi dan kekuasaan. Kelembutan yang disandangnya seakan menjadi komeditas yang bisa diperjual belikan. Sifat kasih yang dimilikinya menjadi hanya diperlakukan bagai sebuah materi. Jikalau kita pikirkan maka kita akan penat sendiri.
Sebagai wanita, pikiran kita melayang, bagaimana jika kita hidup di jaman itu. Bagaimana jika kebetulan menjadi istri yang ke 999 nya. Bagaimana rasanya..?. Apakah remuk rendam, sakit hati, apakah minta cerai saja..?. Berapa tahun sekali mendapatkan gilirannya..?. Apakah setahun sekali..?. Mungkin tiga tahun sekali, itupun jikalau di hitung setiap istri dapat jatah sehari. Apakah mungkin 5 tahun sekali, wah apa tahan yah..Lho..lho..kok jadi gini. Inilah kalau pikiran sudah capai melayang kesana kemari. Tapi mungkin saja kan..?. Giliran bisa jatuh tahunan sekali. Kenyataan bisa begitu..?. Apakah bisa bertahan dengan gaya hidup seperti itu, di jaman itu..?. Coba bayangkan dech. Namun sayangnya kita kecela, wanita pada jaman itu tidaklah berpikir dan berpersepsi seperti itu. Mereka banyak yang bahagia dan menikmati. Kita tidak bisa mengukur masa lalu dengan standart saat ini.
Skala kepuasan, jiwa tenang, jiwa puas dan jiwa di ridhoi. Menjadi tujuan manusia dari dahulu hingga kini. Ketetapan yang tidak pernah berubah, ketetapan Tuhanmu. Tinggal bagaimana setiap jaman memaknai, dengan persepsinya sendiri-sendiri. Dengan dinamika kehidupan yang berbeda dalam peradabannya, di setiap masa. Dan Tuhanmu bersumpah. Demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugiannya, kecuali manusia yang ingat. Kecuali orang-orang yang menyucikan jiwanya. Orang yang saling menasehati dalam kebaikan ini, baik yang lelaki atau yang wanita. Dan Tuhanmu telah memberikan ukuran-ukurannya dalam skala kepuasan ini, skala yang seadil-adilnya bagi wanita. Setiap wanita memiliki skala preferensi (*) yang sesuai jamannya. Setiap wanita di pergiliran jaman, dan dibatas jamannya memiliki preferensi tersendiri, tentang skala kepuasan ini.
(*) Prefrensi atau selera adalah sebuah konsep, yang digunakan pada ilmu sosial, khususnya ekonomi. Ini mengasumsikan pilihan realitas atau imajiner antara alternatif-alternatif dan kemungkinan dari pemeringkatan alternatif tersebut, berdasarkan kesenangan, kepuasan, gratifikasi, pemenuhan, kegunaan yang ada. Lebih luas lagi, bisa dilihat sebagai sumber dari motivasi. Di ilmu kognitif, prefrensi individual memungkinkan pemilihan tujuan/goal. Dimana goalnya adalah kepuasan setiap individu. Setiap individu unik dan berbeda dalam preferensi ini.

Pada wanita yang di takdirkan raganya di jadikan istri ke sekian, dimungkinkan memliki skala kepuasan yang gampang dijangkaunya. Dia akan lebih mudah berada pada posisi jiwa tenang, posisi jiwa puas, dan posisi jiwa ridho. Sehingga seluruh kehidupan menjadi sangat bermakna. Hanya dengan sedikit menggunakan akalnya dan kesadarannya, dia akan lebih mudah mendapatkan posisi itu. Melihat anaknya yang tumbuh dan berkembang, dia sudah gampang bersyukur, dan sebagainya. Skala inilah yang di gunakan sebagai parameter pengukuran. Bukan apa yang terjadi, namun lebih bagaimana cara memaknainya. Bagi sebagian wanita saat itu, akan menjadi kebahagiaan tersendiri bila menjadi istri Raja meski istri ke seratus barangkali. Namun tidak bila kita bicara di jaman ini. Inilah keadilan Tuhan, yang senantiasa mengalir bersama penyempurnaan jiwa.
Raga-raga meski dilahirkan ke dunia, diberikan keterbatasan, batas-batas kemampuannya, diberikan takdir kepada Raga. Diberikan rejekinya, dan jodohnya. Dalam skenario Tuhan. Apakah nanti akan menjadi istri petani, istri Raja, istri Nabi, dan lain sebagainya. Kemudian juga diberikan skala kepuasan yang setiap raga itu berbeda-beda. Sangat spesifik, makanya kita dapati, minat, bakat, hasrat, dan sebagainya, setiap wanita berbeda. Parameternya pada hati dan jiwa setiap raga. Sangat berbeda, sangat misteri. Maka bersyukurlah wanita yang menyucikan jiwanya. Dalam keadaan raganya, dalam realitas raganya. Maka setelah ini kita mampu membaca betapa Keadilan Tuhan amat sempurna. Tidak pandang apakah dia di poligami atau tidak semua jiwa mampu mencapai skalanya berdasarkan realitas raganya saat ini.

Keadilan Tuhan atas laki Laki
Bagaimana yang laki-laki sekarang ini, apakah jadi merem melek..?. Membayangkan jaman itu.. Waduh..inilah susahnya jikalau kita terhijab pada persepsi kita, mengukur semua, segala sesuatu dari ukuran baju kita sendiri. Mengukur masa lalu dengan ukuran terkini. Kalau begitu apakah anda mau punya istri 1000, seberapa kuatnya manusia abad ini..?. Pada jaman ejakulasi dini, maka apalagi yang untuk dibagi dengan para istri..?. Ini namanya keblinger alias kebangeten deh.
Inilah keadilan Tuhan, setiap jaman Allah telah memberikan batasan kepada RAGA. Semua keinginan jiwa meliarnya Jiwa, harus berhadapan dengan keterbatasan RAGA-nya pada jamannya masing-masing. Untuk mengikuti skenario Tuhannya. Pada jaman dahulu stamina lelaki demikian luar biasanya. Struktur tubuh harus sesuai dengan peruntukannya , sesuai dengan keganasan alamnya. Maka perkembangan olah tubuh dan kedigdayaan. Menjadi sebuah kebiasaan. Semua membuat fisik manusia jaman itu dalam vitalitas yang tinggi. Sehingga dalam sehari mampu melayani beberapa istri. Ini diperlukan untuk percepatan perkembang biakan manusia itu sendiri. Jangan dibandingkan dengan sekarang ini. Diceritakan saat itu Nabi Sulaiman mampu menggilir istrinya 70 orang dalam sehari. Begitu juga Rosululloh memiliki stamina yang luar biasa.
Pada jaman itu, desain RAGA para wanita juga, sedemikian rupa. Setelah menikah, wanita pada umumnya disibukkan dengan anak-anaknya . Jumlah anak jangan ditanya seberapa banyaknya. Jaman nenek saya saja masih memiliki anak 13 belas orang. Jaman Ibu saya masih 6 orang. Dan jaman sekarang ini , meyusut menjadi cuma 2 orang anak rata-ratanya. Bahkan di Negara-negara maju para wanita malah sudah enggan untuk punya anak lagi, merepotkan katanya. Sehingga pemerintah setempat memberikan stimulus biaya gratis dan bonus bagi yang mau melahirkan anak. Anehkan..?. Ini sudah kodratinya, fitrah jiwa pada setiap jamannya.
Apakah jaman nenek-nenek kita, tidak bahagia dengan situasi dan kondisi itu?. Sungguh mereka bersyukur dan bahagia. Inilah luar biasanya, jikalau kita sekarang dengan anak 13 orang, kelaut aja deh. Itu kata para istri sekarang ini. Saat itu, kesibukan wanita, menjadi tersalurkan kepada anak, rasa cinta kepada anak-anak mendominasi perasaan wanita saat itu. Mendidik dan membesarkan anak-anak menjadi sangat tinggi nilainya dalam persepsi wanita saat itu. Persepsi kesadaran kolektif juga dibangun oleh masyarakat seperti itu. Wanita akan merasa bangga jikalau dapat dinikahi sang Raja, pembesar, atau satria. Perasaan agar dapat melahirkan keturunan yang luar biasa, dari lelaki perkasa, menjadi kebanggan tersendiri. Allah juga menurunkan nilai ‘puas’ tersendiri kepada jiwa-jiwa sesuai jamannya.

Keadilan Pada Setiap Jaman
Tingkat kepuasan JIWA sudah dalam takaran dan dalam ukuran-ukuran tertentu, diukur sedemikian rupa oleh Allah dengan sangat teliti dan sempurna, disesuaikan dengan peradaban dan jamannya masing-masing. Dipergilirankan, disempurnakanlah JIWA manusia pada setiap masa. Maka persepsi kepuasan berkembang setiap masa dan setiap peradaban. Maka dari waktu ke waktu , para wanita pun mengalami pergeseran persepsi mereka. Semula tugas membesarkan anak dan mendidik anak menjadi prioritas utama, dapat membahagiakan mereka. Maka sekarang tidak cukup hanya itu, emansipasi Kartini menuntut lebih.
Demikian juga bagi lelaki, kesibukan dan kompleksitas jaman sekarang sudah menjadi kelaziman, sudah menyita seluruh perhatian. Raga juga sudah mengalami perubahan tidaklah sebaik jaman-jaman itu. Namun jangan salah, parameter ‘kepuasan’ Allah tetaplah tidak berubah. Hanya persepsi manusia saja yang berubah. Pada setiap jaman tetap sama saja JIWA HARUS TENANG, JIWA HARUS PUAS DAN JIWA HARUS RIDHO. Dalam ranah ketuhidan, jiwa senantiasa harus mampu mengingat Tuhannya. Inilah masalahnya, apakah dengan POLIGAMI jaman sekarang ini bisa idarahkan kesana. Dengan keterbatasan RAGA yang ada, apakah Jiwa masih bisa tenang, puas dan ridho. Saya khawatir justru akan sebaliknya. Inilah yang perlu disikapi bagi pengusung POLIGAMI untuk jaman kini.

BERSAMBUNG….


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali