Merekontruksi Pemahaman Takdir 1

Ketiga tulisan saya yang lalu~Dalam Skesta Permainan (1-3)~mencoba menghantarkan kita kepada~ sebuah pemahaman konsep Takdir melalui sebuah model perumpamaan; kesulitan dan kerumitan sedikit banyak terbantu dengan dilakukanny analogi, meski memang belum memuaskan ~namun seridaknyaa cukup memberi gambaran, dalam memahami konsep takdir yang akan saya tawarkan dalam tulisan ini.

Re-kontruksi: Sebuah komputer~gambaran alam semesta, bumi beserta isinya, aktivitas manusia, dan semua makhluk, termasuk dimensi-dimensinya~ didalam tersusun dalam file-file yang sangat rapi, lengkap dengan softwer-softwernya~tersimpan di dalam sebuah hardsik dengan kapasitas memory yang tak berhingga yang di sebut LAUHMAHFUD~Ketika softwer umat manusia di proyeksikan dan ditampilkan dilayar. Maka dimulailah re-kontruksi. Tampilan manusia (raga) dalam layar~ditiuplah masuk JIWA dari luar. Kemudian ‘Sang Creator’ memainkan program dalam softwer yang sudah dibuat-NYA secara on line. Tinggal sang JIWA dituntut untuk dapat kembali ke tempat asalnya. Dengan reward surga yang di dalamnya mengalir air, dan bidadari yang sedap di pandang mata, dengan makanan yang nikmat. Sayang JIWA saat di transport ke layar telah kehilangan ingatannya atas semua perjanjian itu. Sungguh bersama raga JIWA tertatih tatih. Ketika sang utusan datang membawa buku petunjuk (kitab), mereka banyak yang tidak mengerti.

Konstelasi Takdir

Dikotomi pemahaman takdir telah banyak menimbulkan ~ambivalensi~ bagi pemeluknya. Konsep yang ditawarkan para ulama, para pemikir, dan para Teologist~yang sering memaknai dan menterjemahkan takdir hanya sebagai fungsi linear ; hanya sebagai sebuah fungsi garis lurus dalam sebuah bidang. Banyak menimbulkan kekecewaan. Model ini sangat sulit untuk menjelaskan keadaan di dunia nyata. Banyak sekali varian dan variable, kemungkinan-kemungkinan yang tidak bisa dijelaskan dengan memuaskan oleh konsep ini.

Melintasi ruang dan waktu~menimbulkan gelombang kejut pada setiap generasi~lahirlah sebuah peradaban manusia, dengan konstelasi pemahaman takdir seperti sekarang ini. Setiap pemeluk terseok-seok, tertatih, ketika berhadapan dengan ‘sang takdir’ ‘si nasib’. Bukan sikap pasrah, lebih sering adalah sikap ‘nelongso’ dan keputus asaan. Mengapa..?

Sebagian besar umat pemeluk Islam (mungkin agama lain), sangat meyakini bahwa takdir manusia; Setiap detail kejadian dalam hidupnya , termasuk di dalamnya,jodoh, mati, rejeki, dan lain-lain, sudah ditentukan oleh Sang pencipta. Bahkan tidak tanggung-tanggung surga-neraka pun sudah ditentukan baginya. Mereka tinggal melakoni saja dengan pasrah. Meskipun mereka berusaha, namun dalam lubuk hati mereka tersirat akan takdir, sehingga dalam berusaha-pun mereka jadi maju-mundur. Pemahaman ini secara serius membawa kemunduran bagi umat Islam dari generasi ke generasi.

Pemahaman ayat setiap mahzab memang tidak utuh, parsial hanya merupakan bagian integral dari sebuah bangunan matrik saja. Ketidak mampuan transformasi pengetahuan~yang disebabkan oleh kompleksitasnya konsep takdir~ditengarai menjadi penyebabnya. Sangat sulit untuk membuat perumpamaan dalam konsep takdir ini~jika tidak kita analogikan dengan komputer~konsep takdir akhirnya hanya sebuah abstraksi saja.

Skema Model takdir

Dengan model tadi~telah di jelaskan bahwa ada dua elemen penting yang harus kita pahami.;

Pertama ; JIWA sebagai ‘dzat’ yang bertanggung jawab atas ‘misi’ yang diberikan oleh ‘sang Creator’. ~ berasal dari dimensi di luar dimensi alam semesta ini. Sehingga ‘dzat’ ini setelah melaksanakan ‘misi’nya harus kembali keasalnya. Karena asal ‘dzat’ ini adalah dari dimensi yang‘suci’, maka ‘dzat’ ini harus kembali dalam keadaan suci pula. Masalah muncul~yaitu pada saat proses transport ke dalam ‘raga’, ‘dzat’ ini tidak mampu mengingat siapa dirinya. Ingatannya telah hilang bersama dirinya yang mewujud. Jika keterikatannya nanti pada ketubuhan dan materi lainnya~tidak mampu dilepaskannya~materi itu akan mengikat ‘kesadaran’nya~hingga dia tidak akan mampu kembali. Inilah yang dimaksud ~dimensi yang suci, yaitu dimensi di luar materi. Selesaikanlah ‘misi’ dan kembalilah sebagaimana awal ~ JIWA bersifat bebas dalam menentukan kehendaknya apakah dia mengikuti sifat-sifat raga nanti, atau dia berusaha menjaga kemurnian sifat asalnya. Makanya bagi JIWA diberikan ‘reward dan punishment’. Surga dan neraka.

"Wahai jiwa yang tenang datanglah kehadirat Tuhanmu dengan keadaan ridho dan diridhai " (QS 89:27-28)

Kedua; RAGA adalah sebuah bio-mechine (robot) dibuat dan diprogram sedemikian rupa sehingga mampu beradaptasi dengan kondisi apapun. Memiliki daya tahan, daya serang, mampu memperbaiki systemnya sendiri,mampu perkembang biak , dan seabrek talenta lainnya. Support system memberikan dukungan penuh agar raga ini dapat bertahan hidup. Telah diprogram setiap raga akan mendapatkan jaminan rejekinya masing-masing. Setiap raga dibuat dan diprogram secara unik. Masing-masing raga ada yang dipersiapkan untuk jadi pemimpin, untuk jadi ilmuan, dan bermacam-macam profesi lainnya. Untuk itu setiap raga dibekali keunggulan fisik , baik otak, tubuh, system metabolisme, dan lain-lain, sesuai dengan peruntukkan akan sebagai apa raga ini nanti. Disamping itu raga juga sudah deprogram setiap detil perbuatannya, dari melangkah, berlari, meloncat, dan lain sebagainya, sebagaiamana program dalam software permaianan. Dengan memadukan berjuta-juta kemungkinan dan kejadian-kejadian yang akan muncul dalam pergerakan sang raga ini.

Sifat alamiah dari raga adalah kecenderungannya kepada pemenuhan kebutuhan metabolisme tubuhnya; makan dan berkembang biak. Kedua sifat dasar ini membesar seiring dengan kebiasaannya. Dari kedua sifat dasar secara potensial menjadi ~evolusi sifat-sifat lainnya. Akan melahirkan keserakahan, ketamakan ; harta-tahta-wanita. Haru biru-nya dunia berawal dari kecenderungan primitip sang raga ini.

Meskipun begitu ; dalam konsep ini raga tidaklah bertanggung jawab terhadap hasil dari ‘misi’ yang dilakukan oleh JIWA , raga hanya menjadi saksi atas perbuatan sang jiwa. Sebab pada hakekatnya pengendali raga adalah JIWA.

“Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan”. (QS;41:20)

Ketiga : Sistem operasi dan Program, adalah sebuah system yang akan meng-operasikan raga. Dari milyaran raga yang ada dengan bilyunan kemungkinan kejadian secara detail. Raga diatur dan disetting oleh system ini, apakah raga itu miskin, kaya, cacad, pandai, senang, susah, dan lain sebagainya.

"Sebagai sunatullah (atau peraturan Allah) yang telah berlaku sejak dahulu, sekali-kali kamu tak akan menemukan perubahan bagi sunatullah (atau hukum-hukum yang telah ditetapkan Allah) itu" (QS 48:23).

Keempat : Virus dan Hoach, dalam dunia nyata di kenal sebagai syetan dan Iblis.

Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis diantara mereka. (QS 38:75-83)


Maka dapat disimpulkan skema Visi dan Misi Jiwa adalah : Melaksanakan kehendak Allah ~senantiasa meningkatkan kesadaran terhadap ciptaan dan kekuasaan Allah~Jiwa harus dalam kesadarannya kepada sang Pencipta-nya~dan saling mengkabarkannya kepada manusia lainnya sesuai dengan kapasitas dirinya; kaya, miskin, ilmuan, presiden, dan lain-lain. Melalui pengoperasi-an raga dan mengarahkannya demi pencapaian misi itu. Dalam menjalankan misi dan visi Jiwa mendapat tantangan dari syetan dan Iblis.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali