HAKEKAT SANG IHSAN (AL MUHSINIIN)

Sebuah akhlak
Sebuah perilaku akhlak manusia, adalah sebuah rangkaian panjang, resultan dari pelbagai macam fungsi dan daya pendukungnya. Jiwa, raga, akal, dan kesadaran kolektif penyertanya. Perilaku juga merupakan rangkaian kejadian yang berulang-ulang, ibarat sebuah titik-titik pada suatu fungsi. Fungsi akhlak. Maka untuk mengkajinya, kita membutuhkan pemahaman fungsi fungsi yang menciptakannya. Islam telah menyerdehanaan semua itu, bila manusia berkeyakinan menetapinya, melalui sebuah 'mujahadah' berkesinambungan yang istikomah. Manusia akan mencapai semua itu. Bagaimana perilaku sang Al Muhsaniin. Dalam sebuah methodology yang amat sederhana. RUKUN ISLAM, RUKUN IMAN DAN IHSAN. Adalah sebuah methode ISLAM.

Islam. dan pintu masuknya 3 pilar, yaitu Rukun Islam, Rukun Iman, dan Ihsan. Menjadi problema tersendiri, kelebihan dan kekurangan dalam memahami Islam secara utuh, ternyata disebabkan, pemahaman yang hanya parsial dari ketiga pintu tersebut. Kajian sekarang ini fokus untuk mengkaji melalui pintu Ihsan. Agar ketiga pilar tersebut dapat dipahami secara utuh, untuk membentuk perilaku Ihsan. Ini adalah pintu yang diajarkan agama Ibrahim yang yang lurus. Yang telah banyak ditinggalkan oleh umat Islam. Melalui kajian, mengkaji sang AL MUHSINIIN. Dan bagaimana mendapatkan sebutan itu. Kajian ini dihaturkan. Tujuan semua itu, muaranya, sebenarnya adalah, menghantarkan kita, untuk memasuki dan berada dalam makom KETAKWAAN. Takwa adalah fungsi dari Jiwa TENANG, JIWA PUAS DAN JIWA YANG RIDHO, dalam balutan dan dinamika takdir manusia. Makom TAKWA adalah tempat bagi setiap muslim, tahapan yang harus dilalui dengan pengamalan Rukun Islam, Rukun Iman, di dalam setiap kesempatan. Makom ini adalah makom yang diharapkan dapat senantiasa dan selalu serta menjadi hal yang sudah inheren, permanen dalam JIWA manusia. Dalam realitas yang dapat kita saksikan sekarang ini, Kedua pintu lainnya telah membawa peradaban Islam, seperti saat terkini. Sebagaimana kita saksikan saat ini dengan perpecahan umat Islam menjadi 73 golongan. Maka tidakkah kita layak jika memasuk semua dinamika itu, melalui pemahaman ini. “Innallaha yuhibbul-muhsiniin.” "Sesungguhnya Allah mencintai Al-Muhsiniin." (Al Baqoroh ;195). Bagaimana MENETAPINYA kesana..?.

Rasionalitas
Pintu Ihsan, masuk melalui kesadaran akal dan pikiran manusia, ketundukan akal akan membawa kepada ketundukan Jiwa, dan seterusnya. Sebagaimana jalan masuk Ibrahim, MUSA dan para nabi lainnya adalah jalan RASIONALITAS. bahkan saking rasionalnya Musa memohon untuk dapat melihat Tuhan. ( Ingatlah bahwa sesungguhnya Allah maha Dhzohir) . Ketundukan rasio kepada sunatulloh. Sebuah sikap pada posisi saat dialog antara nabi Khidir dan nabi MUSA. Maka mengapakah Nabi Khidir yang lebih memiliki pengetahuan kasyaf, yang memiliki kemampuan membaca rencana Allah, tidak dipilih untuk membawa risalahnya kepada umat abad terkini. Mengapakah Allah lebih memilih risalah Nabi MUSA daripada risalah Nabi Khidir..? Mengapa..?. Al qur'an menceritakan bagaimana jalan mereka. Jalan Nabi Ibrahim dan jalan Nabi Musa adalah jalan rasionalitas !. Bagaimana diceritakan Nabi Ibrahim melakukan pengamatan kepada alam semesta. Mengapa risalah MUSA yang diridhoi untuk umat manusia terkini abad sekarang ini. Padahal nabi Musa, nyata-nyata malahan memohon untuk dapat 'melihat' Tuhannya. Mengapa..?. Mengapa bukan risalah Khidir..?, yang serba tahu, serba mengerti, bukankah menjadi lebih enak bagi Tuhan, sebab kehendaknya dapat dengan mudah dipahami..?.Nyatanya Allah telah menetapkan ketetapannya, risalah Nabi Musa, yang diridhoiNYA, yang dibawa kepada umat manusia, dan kemudian akhirnya di sempurnakan Nabi Muhammad saw. Inilah ISLAM, Jalannya keselamatan bagi umat generasi terkini, ISLAM methodology yang sempurna dengan 3 pilar ajarannya. Rukun Islam, Rukun Iman dan Ihsan. Sebagaimana Jalannya Ibrahim dan Musa.

1) Sucikanlah nama Tuhanmu yang Maha Tingi, (2) Yang Menciptakan, dan menyempurnakan (penciptaan-Nya), (3) Dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk, (4) Dan yang menumbuhkan rumput-rumputan, (5) Lalu dijadikan-Nya rumput-rumput itu kering kehitam-hitaman. (6) Kami akan membacakan (Al Quran) kepadamu (Muhammad) Maka kamu tidak akan lupa, (7) Kecuali kalau Allah menghendaki. Sesungguhnya dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi. (8) Dan kami akan memberi kamu taufik ke jalan yang mudah. (9) Oleh sebab itu berikanlah peringatan Karena peringatan itu bermanfaat, (10) Orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran, (11) Dan orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya, (12) (yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar (neraka). (13) Kemudian dia tidak akan mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup. (14) Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), (15) Dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang. (16) Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. (17) Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (18) Sesungguhnya Ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (19) (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa. (QS Al-A’la: 1-19)

Subhanalloh. Inilah skenario Tuhan. Allah ingin menciptakan peradaban manusia yang berbeda dari perdaban mahkluk lainnya.Sebagaimana kita lihat sekarang ini.

Berkontempelasi satu demi satu, syahadat, sholat, puasa, zakat, dan haji, hari demi hari, bersama di dalamnya adalah pemahaman ; Iman kepada Allah, malaikat, kitab terdahulu, nabi dan rosul, dan Takdir. Amati semua dengan menggunakan Fenomologi, (ilmu tentang pengalaman masa lalu). Yang sering dilupakan adalah kitab-kitab terdahulu. Fungsi malaikat disisi Allah, serta para nabi dan rosul, bagaimana kita sejatinya akan melakukan kontemplasi tetang bahasan ini. dalam realitas keseharian kita, disetiap waktu. Ini yang terpenting.

Kesadaran vs Zero Mind
Sesungguhnya yang kita latih adalah bukan 'zero mind' ,. Itu hanyalah untuk memudahkan dalam penyampaian saja. ITULAH MAKOM TOBAT pada pemahaman tasawuf. Tobat yang Zero~NOL~Dalam bingkai Ihsan dikenal sebagai KESADARAN. Saat kita telah zero ~kemudian pelan-pelan kita bangkitkan kesadaran dari zero~maka ada sesuatu kekuatan, maha dasyat, kosong tapi ada. Kekuatan itu memiliki ide, Ada sebuah ide dasar, dari ide menjadi pikiran, dari pikiran menjadi realitas,. Ide dasar termuat meliputu, apakah pada quark dan neutronio atau diantaranya, menyertainya, menjadi atom, membentuk senyawa, membentuk benda, dan seterusnya. Dari situ kemudian kita keluar menjadi realitas alam semesta. Diri kita. manusia dan Realitas alam semesta yang tak berkesudahan. Menghamparlah jagad raya.

Semua dalam kesadaran kita saja. Saat kita tidur kesadaran akan diri kita tidak ada. Jiwa kita tidak ada, ditahan oleh kesadaran hakiki/universal/murni. Allah. Adalah pembuatan Ide-ide dasar dalam atom tadi, dalam tubuh manusia, ide-ide dasar atom bertemu membentuk RAGA, membentuk sebuah rasa yang hidup, mewujud menjadi JIWA. Sebegitu banyaknya ide yang termuat dalam satu inti atom saja. maka ketika bersatu dalam diri manusia menimbulkan berjuta kemungkinan sifat dalam kombinasinya. Sebagaimana ilustrasi dalam bentuk sederhana adalah sifat GULA. Dalam tulisan pertama. Maka menjadi dimengerti, ketika jiwa kadang dapat berupa angan, pikiran, menjadi memory. Dengan ketetapan yang mendahului, dibebaskannya JIWA mengambil peranan, sebagaimana peranan Tuhan. Maka JIwa adalah refleksi dari sang penciptanya sendiri. Kumpulan dari ide. Kumpulan ide ini harus melebur kepada kesadaran hakiki, Dzat Allah.

Wujud ide
Karena berwujud ide~ Karena itu Jiwa mampu berada dimana-mana , bahkan menciptakan realitas-realitas baru. Dalam ajaran Hindu karena kekuatan Jiwa (ilusinya) Jiwa dapat lahir beberapa kali. Ide-ide yang berkumpul membentuk eter~ sebuah frekwensi yang mampu memasuki raga siapa saja. Inilah teori reinkarnasi. Raganya diri kita namun, pemikiran (ide/jiwa) adalah Ronggowarsito, atau lainnya, atau mungkin sultan Agung. Sebab apa ?. Ide ini tersimpan dalam susunan atom, yang senantiasa akan memunculkan radiasinya. Efek radisasi akan bertahan dialam semesta, Ingat hukum kekekalan energi..?. Jadi siapapun yang mampu menggetarkan atom-atom ini akan mampu berada diwilayah manapun yang dia suka, bahkan membentuk realitas-realitas baru. Inilah penjelasan kenapa, kita mesti membentuk imajinasi kita, mengapa kita mesti membingkai imajinasi kita pada realitas terkini saja. Sebagaimana yang diajaran Islam.

Namun bila Jiwa menciptakan realitasnya sendiri, dalam angannya sendiri, maka bersiap-siaplah untuk menerima efek sampingnya. Yaitu penderitaan, kesedihan, kesakitan, dan lain sebagainya. Kecuali jiwa mengembalikan dahulu ide-ide tersebut, kepada Dzat pemilik sejati atas Ide atas KUN. Sehingga yang bekerja adalah sang pemilik Ide itu sendiri dan kita tinggal mengikuti. Kita tinggal mengamati atas bekerjanya ide-ide tersebut.

Ide-ide ini saling terikat (baca; Jiwa) satu dan lainnya, membentuk sebuah rencana besar. Saling melengkapi saling bersubititusi, bersublimasi, menjadi sebuah Takdir (program). Sehingga jika kita mampu membuka hijab ini, maka kita akan mampu berkomunikasi dengan jiwa-jiwa yang lain. Bila kita lebih kuat kita dapat mempengaruhi sesuai dengan keinginan kita. Agak berbeda dengan hypnotis. Kalau hypnotis memanipulasi. Maka yang ini hanya menyamakan frekwensi atas ide-ide, sehingga orang tersebut akan merasa dekat, tunduk, atau apa saja yang kita inginkan.

Kemampuan inilah yang dimiliki para wali. Kemampuan ini akan memuluskan jalan bagi sebuah rencana, bagi yang memahaminya, jikalau memang menjadi sudah menjadi ketetapan Tuhan. Silahkan berkontempelasi dengan ini. Dalam dimensi Jiwa,seperti itu adanya. Semua menjadi realitas karena berada pada tataran antimateri. Apapun bisa terjadi mau dimasa lalu atau masa kini, atau mencipta apa saja, membuat realitas-realitas baru apa lagi. Sebagaimana sang Pencipta yang mampu menciptakan apa saja. Dalam dimensi Jiwa, bila kita berkehendak KUN, jadi maka jadilah. Kita menginginkan jadi raja, seketika Jiwa kita telah menjelma menjadi Raja. Karena sesungguhnya Jiwa sekali lagi adalah refleksi dari sang Penciptanya sendiri. Ibarat cermin yang memantulkan cahaya. Jiwa adalah refleksi atas pantulan tersebut. Kemudian sang Pencipta mensifati dirinya dengan Ar rohman-Ar rohim. Inilah batasan 'karma' dalam hindu-budha, atau sunatulloh dalam Islam, yang harus diemban dalam menjalankan rencana sang Maha Pencipta ini.

Dzat ini senantiasa sibuk dengan ide-kreasi-kehendak-nya, dia yang Maha Hidup. Karena sesungguhnya dialah yang HIDUP bukan refleksinya, bukan pantulan cahaya-NYA. Hidup dalam ide-ide dalam atom-atom yang membawa kepada realitas. Atom ini tersimpan dimana saja, tersimpan rapat dalam sperma. Berupa rangkaian DNA-RNA, perbedaan susunan atom ini, membedakan ide yang terkandungnya, sehingga manusia memiliki potensi JIwa dengan ukurannya masing-masing. Ide (KUN) belum menjadi kehendak jika belum diucapkan rangkaiannya FA YA KUN. Maka ide ini kadang tidak muncul belum merupakan KEHENDAK, tersimpan saja, bersama jutaan sperma lainnya yang mati. Maka semua berproses ketika mansuia masih dalam perut ibunya, melakukan perjanjiannya dengan Tuhannya. Ketetpannya hidupnya, takdirnya, jodohnya, dan matinya. Semua dalam kesepakatan dan persetujuan dengan sebuah persaksian manusia dan Tuhan. Yang menciptakan dan yang diciptakan. Hamba dan KHALIK. "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi" (7:172)

Manusia dengan ilmu-nya mampu memberikan kesadaran ini, sehingga dia tidak terjebak kepada ilusi. Ilusi adalah refleksi Jiwa yang tidak diarahkan kepada Dzat pemilik ide. Bila kesadaran manusia berada pada refleksi ini maka dia akan merasakan tersiksa.

Islam mengajarkan~sebagai penyempurnaan agama-agama terdahulu~dan kitab-kitab terdahulu. Agar JIwa dalam kesadaran bersama Raga-nya. Menyempurnakan takdirnya, penghayatan yang sempurna. Menjadi wujud sempurna, ide dan jasadnya. Anti materi dan materi. Jiwa dan Raga. Agar JIwa tidak meliar kemana saja, atau menciptakan realitas-realitas baru, sebab mencipta adalah wilayah KEKUASAAN TUHANNYA. Agar manusia selamat.
Refleksi sejatinya hanya refleksi. Ketika dia berupaya merefleksikan lagi, maka hakekatnya dia menyaingi Dzat awal yang menyebabkan dia ter-refleksi. Maka kemudian dia akan tersiksa amat sangat.

Mengamati dan menganalisa adalah langkah bijak, untuk dapat mengenali dan memahami hal ini, dengan sebuah keyakinan hakiki. Hingga mampu melihat dengan keyakinannya bahwa Alam semesta sejatinya adalah hanya refleksi, yang ada hanyalah ALLAH. Kita yang mengkabarkan dan menjadi saksi adanya ALLAH ini, yang kelihatan lebih NYATA dari realitas alam semesta ini.

Gunakanlah mata hati, seringkali dengarkanlah bashiroh saja. Ikuti karena dia akan menuntut kepada Dzat Mutlak. Sekarang kita semua masih dalam keadaan HAL dalam derajatnya masing-masing belum ke makom yang sesungguhnya. Masuklah ke dalam diri, ke dalam inti atom yang tersembunyi, hingga terasa tidak ada inti lagi, hingga tidak ada yang bisa dibandingkan lagi, wilayah kosong yang isi. Rasakan inti tersebut diliputi ide, dan kehendak, kehendak menjadi NIAT, Niat kemudian menjadi gerak yang meliputi kita. Sang MAHA GERAK yang MAHA HIDUP. Pertanda adanya gerak tersebut adalah aliran masuk nafas, aliran keluar nafas. Rasakan kita, atom kita, badan kita diliputi SANG MAHA GERAK, MAKA KEMUDIAN KITA HIDUP. Menjalankan seluruh aktifitas. Maka fungsi NIAT menjadi penting dalam setiap aktifitas kita. saat niat diarahkan kepada pemberi gerak, maka itulah ibadah. Demikian.

Sang Bashiroh
Bashiroh dapat sebagai sang pengamat , dapat sebagai sang hakim, yang akan mengadili jiwa saat bersalah (hingga timbul siksa), dapat pula sang penunjukan jalan menuju Dzat, karena dia-lah yang terdekat kepada Dzat. Bashiroh dapat meliputi apa saja, apakah JIWA< AKAL, RUH, RAGA, bahkan alam semesta ini dapat diliputinya. Perlu kontempelasi dahulu , tundukkan pikiran (Jiwa) dengan pemahaman ini, agar tidak menghijab. Mulai dari penciptaan manusia dahulu ikuti dengan rasa, siklus rantai makanan, kemana saja atom-atom bergerak di alam raya ini. Saat kita mati kemana saja atom bergerak, kemudian terkumpul di tumbuh manusia, menjadi kumpulan ide di dalam sperma. Dan terrciptalah manusia. Pahami ide-ide dasar ini dahulu. Jangan langsung masuk. Tundukkan pikiran dengan pemahaman dahulu. Mulai rasakan saja, kalau sudah 'ngeh' baru masuk ketahap latihan.

Pada saatnya sang AKU harus kembali jua, INALILAHI WAINAILAHI ROJIUN, janganlah sang AKU , mengaku aku lagi. Dari Allah kembali ke Allah. maka selesai sudah tugas sang AKU. Meski Raga kita masih mengikuti takdirnya namun sang AKU, telah kembali dalam dekapan TUHANNYA. Maka yang tampak adalah pujian Alhamdulillah. Sebab semuanya adalah hanya Allah adanya. SEGALA PUJI BAGI ALLAH. segala daya yang menggerakan adalah ALLAH adanya LAHAULA WALA KUWATA. Sungguh tanpa batas semuanya diamana-mana, pada mikro kosmos, pada makro kosmos. Maka tak lelah kita ber takbir ALLAH HU AKBAR. Selesai sudah makrifat kita sampai disini. Itulah hakekat do'a dan pujian kita. saat kita mampu melafadz satu tasbih saja, gunung akan hancur luluh.

Sebuah ilusi
Kalau sudah semua terakumulasi, telah berada dalam kesadaran sang observer, maka kita telah mengamati 'hal' sebuah ilusi, yang dengan kesadaran sang 'AKU' menjadi sebuah persepsi. Ingat Oberserver tetap subjektive, meski hanyalah mengamati, namun akan selalu dikonversi terhadap pemahamannya (baca; memory). Inilah EGO manusia. Alam semesta tidaklah kelihatan sebagaimana adanya, tubuh kita tidaklah seperti itu. Hanya rangkaian atom, rangkaian atom yang kemudian bila kita singkap , nyatanya hanyalah kekosongan. Maka yang tadi nampak nyata nyatanya hanyalah ~semua ilusi saja, Maka pasrahkan 'sang pengamat' 'sang hakim' atau apa saja sebutannya.(.Di Islam disebut AKU. ) Pasrahkan pengamatan kita, jangan berpresepsi lagi, akui kelemahan kita. kepada Dzat yang sering kita tasbihkan ...SUBHANALLOH , Dzat yang maha suci, pasrahkan kepada dzat ini, sebut terus dengan lirih, terus menerus, asosiasikan kita kepada dzat ini,kepasrahan total tanpa reserve, pengamat tidak ada lagi. Akui Ego kita telah melakukan pengamatan kepada alam semesta yang ilusi Pasrahkan kepada Dzat ini. Hanya Dzat inilah yang mutlak adanya, bukan ilusi.. kita bersamanya..suci bersama-NYA bebas dari ilusi dan persepsi...bersama kehadirannya..tidak akan ada ilusi.
Kalau masih sulit; coba imajinasikan, jikalau semua manusia di alam semesta tidur semua, apakah masih ada alam semesta ini..?. Saat kita memikirkan sesuatu benda, maka benda lainnya tak terpikirkan lagi alias tidak ada dalam kesadaran kita. Maka benda sejatinya adalah ilusi sebuah kesadaran. KESADARAN MURNI ADALAH KESADARAN , Dzat yang senantiasa hidup dan bergerak. YANG BEBAS DARI ILUSI DAN PERSEPSI ~YANG MAHA SUCI. Inilah arti Subhanalloh...dalam sujud kita...maka pasrahkan disini.

Dari pemahaman ini kita akan mendapatkan pemahaman, sebuah hadist Qudsi "Bahwa jika Allah mencintainya, maka Allah Allah yang akan menjadi telinganya yang digunakannya untuk mendengar, Allah akan menjadi matanya yang digunakannya untuk melihat, Allah akan menjadi tangannya yang digunakannya untuk memukul, Allah akan menjadi kakinya yang digunakannya untuk berjalan". BAHWA SEJATINYA BUKAN KITA YANG MELEMPAR NAMUN ALLAHLAH YANG MELEMPAR. Tidak ada lagi kehendak kita, yang ada adalah kehendak Allah. Bukan lagi kita yang menggerakkan tubuh kita, namun Allah yang menggerakan atas kesadaran diri kita. maka disini kita telah stabil...tercapailah JIWA YANG TENANG ITU. Maka saatnya, berikutnya, kita melangkah kepada MAKOM TAKWA. Maka tidakkah kita layak jika kita masuk kajian melalui pemahaman ini. “Innallaha yuhibbul-muhsiniin.” "Sesungguhnya Allah mencintai Al-Muhsiniin." (Al Baqoroh ;195).Yaitu orang-orang yang IHSAN. Wallohualam.

wasalam



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali