PENCIPTAAN WAKTU (BAGIAN I)

Langit masih berkabut
Lauh Mahfud selesai ditulis sudah. Jauh sebelum alam semesta bisa disebut. Jauh sebelum semua dimensi terbentuk. Saat itu disana, pada suatu keadaan diluar angan manusia, dimana nampak ruang dan waktu namun sejatinya juga bukan , entah apa karena belum disebut, disana ada kehendak muncul seketika. Kehendak sang Pencipta. Mencipta dari ketiadaan, dari kehampaan, dari kekosongan, entah apa namanya, sesuatu yang tiada menjadi ada. Mencipta sesuatu yang kosong menjadi isi. Mencipta sesuatu yang semu menjadi nyata. Mencipta sekehendak diri-NYA. Berikut bersama rencana-NYA. Dituliskannya dengan rinci dan terukur, aksara tanpa rupa tanpa makna, entah program atau suatu apa, pada suatu kitab Lauh Mahfud disebutnya. Begitu kejadiannya, maka seketika, semua yang kosong bergerak dengan patut, dengan percepatan yang tak berhingga, menjadi sesuatu, berkesinambungan, tak berkesudahan, dan setelahnya, kemudian kepada masing-masingnya di wahyukan urusan-urusannya. Belum tuntas, saatnya sesuatu yang sedang bergerak dengan percepatan maha dahsyatnya, mengarah pada titik kulminasinya, hingga sesuatu itu pada titik didihnya, kemudian mengalami perlambatan yang tak terkira, menjadi sesuatu lainnya sesuai rencana Tuhannya.

Kemudian Dia mengarah kepada langit yang masih berupa kabut lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi. silahkan kalian mengikuti perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa. Jawab mereka "Kami mengikuti dengan suka hati" (QS 41:11)

Langit masih berkabut, begitu kejadiannya saat ketika petala langit di dentingkan, ketika bandul jam di goyangkan, ketika cakra penggilingan di gulirkan, ketika roda kehidupan mulai di putar. Ketika peluit SANG WAKTU di tiupkan. Menandai perhelatan akbar, mengkhabarkan, kekuasaan Tuhan dari ufuk hingga tak berbatas tepi. Dengan kalimat KUN. Bergaung entah sampai dimana, diujung dimensi yang bias dan tak bisa disebut lagi. Maka setelahnya, serentak atom-atom mulai bergetaran, berdenyut , menyebar ke nadi alam semesta. Bak perlombaan lari masal, menjadi gelombang kejut dengan sendirinya, bermilyard atom-atom, bermilyard kreasi dan ide meliputinya, melakukan reaksi berantai, berkreasi, tak berkesudahan. Membentuk langit sebagaimana kehendak-NYA, membentuk bumi sebagaimana kehendak-NYA.

“Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada diantara keduanya dengan bermain-main” (Al Anbiyaa’ ; 16)

Menandai laju kehidupan alam semesta. Kepada langit kepada bumi di wahyukan segala urusan. Maka kemudian babak jagad raya mulai membentang ter-gelar dengan segala kebesaran-NYA. “Bacalah. Dengan nama Tuhanmu yang menciptakan”. Entah perintah dan urusan apa yang di berikan kepada langit dan kepada bumi. Kepada langit yang masih berkabut, dan kepada bumi yang sudah mulai menyusun dirinya. Ketika saat di wahyukan segala urusan . Kehendak Tuhan meski dijalankan, dengan patuh, tertib dan santun. Kehendak yang sudah ada dari dahulu kala, sebelum sesuatunya belum dapat disebut. Suatu kehendak maha dasyat yang berada, meliputi, diantara, diluar dan di dalam partikel-partikel atom yang menyusun bumi, yang menegakkan langit. Maka tak pelak sesudahnya bumi, setelahnya mampu menampakan jati dirinya. Berkata bumi, bersujud “Kami mengikuti dengan sukahati”. Dan juga halnya, Begitulah keadaannya, tidak ada pilihan bagi langit. Dan langitpun bersujud “Kami mengikuti dengan sukahati”.
Ketika wujud bentangan langit dengan tujuh lapisan orbitalnya, telah tegak dengan jati dirinya. Dan ketika “ Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya.”. Memang Sudah tidak ada pilihan bagi bumi dan bagi langit, mau terpaksa atau sukarela, atom-atom yang menyusun dirinya berada dalam liputan KEHENDAK Tuhannya, mereka sangat patuh kepadaTuhannya. Maka bumi dan langit tunduk. Sungguh Tuhanmu Maha Perkasa dan Maha Memaksa.

Sebuah kepastian
Setelah menjadi sesuatu yang bisa disebut. Benda padat, cair dan gas. Materi atau anti materi. Organisme bersel tunggal atau bersel banyak. Binatang melata, tumbuhan atau jin dan manusia. Menjadi sesuatu yang bisa disifati dengan aromanya, dengan rasanya, menjadi sesuatu yang memiliki sifat kimia dan fisika. Panas, dingin, terbakar, membeku, menguap, menyublim, mengembun, menetes, memadat dan lain sebagainya. Menjadi realitas yang terbentang di jagad raya dan isinya. Ternganga. Menjadi larut dalam kontemplasi, ketika fenomena ini memasuki logika kita. Mengapa sebuah atom tanpa rasa tanpa warna. Tanpa rupa tanpa aroma. Tak kasat mata. Namun ketika menggabungkan diri membentuk senyawaan berbeda. Menjadi zat yang ada rupa ada aroma, ada rasa dan ada warna. Kemudian, apakah atom itu kuasa berencana membentuk diri , menggabungkan diri mereka sendiri bersama atom-atom lain lainnya. Mengikatkan diri mereka di dalam bentuk senyawa yang bernama. Apakah ada yang menggerakkannya. Bersama kehendak yang menyertainya. Dzat yang memiliki kehendak itu sendiri. Atau sudah di wakilkannya kehendak itu kepada atom-atom tersebut. Bersama programnya. Sungguh kecerdasan yang sangat luar biasa. Atom-atom bergerak, bertahan, berikatan, melepas, dan lain sebagainya dalam tatanan ketentuan yang sempurna. Air tetap adalah air. Ikatan H2O sebuah ikatan yang stabil dan pasti. Atom 2H dengan 1 atom O adalah AIR adanya. Tidak menjadi minyak atau lainnya. Atom tersebut taat pada ide yang dibawanya. Ide dari kehendak Tuhannya. Inilah Sunatulloh, hukum kepastian, keberaturan atom-atom penyusunnya. Dan hukum tak beraturan yang mendampinginya. Hukum kepatuhan atom kepada Tuhannya. Sungguh ternyata atom-atom tersebut yang mengisi tubuh manusia. Kehendak Tuhannya yang menggerakkannya. Maka manusia kemudian lahir, tumbuh dan mati. Bergerak dalam lintasan hidupnya. Sebuah kurva dengan lengkungan yang menurun. Dari atom tanah menjadi atom tanah lagi. Bagaimana manusia memaknai semua ini. Lintasan waktu keberadaannya di bumi ini. Adakah sang waktu memainkan peranannya ini.

Sesuatu disifati
Mengapa sebuah ikatan senyawa yang memiliki rumus melekul C6H12O6, atau disebut GULA, menimbulkan sensasi rasa MANIS. Apakah ide rasa manis itu ada dalam setiap atom penyusunnya..?. Ketika setiap atom berdiri sendiri, tidaklah menunjukkan sifat seperti itu, tidak ada sensasi rasa manis itu sedikitpun. Bahkan terpikirpun tidak. Sebab ketika setiap atom di pasangkan kepada atom lainnya. Malahan menghasilkan senyawa yang sangat bertolak belakang sama sekali. Bahkan menciptakan senyawa lain yang berbahaya bagi manusia. Berada dimanakah ide rasa manis tersebut. Apakah hasil pertemuan ide antara atom satu dan lainnya memiliki ukuran tertentu dan unik. Kalau begitu setiap atom memiliki banyak ide yang hanya akan muncul jika dan hanya jika bertemu dengan atom yang sesuai yang di pasangkannya. Jadi ide ini pasti dan unik. Kepada atom yang mana ide tersebut akan dimunculkan. Bersama ide pasangannya. Luar biasa. Zarah sekecil itu memuat jutaan kemungkinan sifat, dan rasa, dan bentuk yang dapat dimunculkan.

Maka tak diragukan lagi, ketika ribuan kombinasi menyusun sebuah sel, bermilyard model dan bentuk, menyusun sebuah RAGA, dalam ukuran yang sudah direncana Tuhannya. Memunculkan sensasi rasa, rasa di JIWA, ketika bersama dirinya, diliputi Dzat hidup, maka JIWA menjadi tercipta dalam kegamangan dirinya, terbolak-balik. Begitu kuatnya pengaruh tarik menarik antar ide sang atom pada dirinya. Begitu juga ketika para atom yang memiliki ide, berjuta kreasinya mencipta, didalam otak manusia ide-ide mencipta, menciptakan ruang pada dimensi AKAL manusia. Begitulah AKAL, JIWA dan RAGA manusia. Ruh membuat semua menjadi hidup dan bergerak, berada meliputi sang atom, bersama diri manusia. Berada dalam sifat, berada dalam rasa, berada dimana saja. Kemana saja engkau hadapkan. Maka disitu Ruh ada.

Lintasan waktu
Menjadi keheranan yang tak habis-habisnya, mengerti kejadian ini. Berawal dari penciptaannya. Ternyata semua adalah kreasi sang atom adanya. Atomlah yang bergerak atomlah yang senantiasa sibuk, menyusun, membentuk, mengurai, melepas, dan lain sebagainya, sebuah gerak alam dan gerak kehidupan. Semua ada dalam benda padat, cair dan gas, dalam benda mati atau benda hidup. Gerak yang menuju kepada suatu titik. Bermula di awal dan menuju di akhir. Sebuah lintasan waktu. Semua dalam serangkaian kerja dalam lingkupan dimensi kurva sang WAKTU. Siklus kelahiran dan kematian. Semua yang bermula akan menuju berakhirnya. Sebagaimana keyakinan kita pasti mati. Dan ini adalah juga sebuah kepastian sebagaimana keyakinan kita akan kiamat dunia. Ketika sebuah atom juga dapat mengalami peluruhannya. Sebuah kematian sang atom.
Ternyata atompun kalah dan harus menyerah kepada sang WAKTU. Apakah sang waktu itu..?. Begitu dasyatnyakah sang waktu membatasi. Semua di alam semesta dari zarahnya hingga ordo dengan dimensi tertingginya dibatasi oleh sang waktu. Lintasan waktu berbatas namun tidak bertepi. Sebuah rangkaian kejadian super sibuk, rangkai merangkai sang atom saatnya nanti akan berhenti.
Menjadi pertanyaan penting, untuk apakah adanya sang waktu..?. Bilakah hanya membatasi saja..?. Bagaimana manusia memaknai ini..?. Dengan kedahsyatan atom saja belum kita mengerti, bagaimana dengan sang waktu ini..?. Bagaimana kaitan bergeraknya atom, dinamikanya atom dalam lintasan waktu dan memaknainya dalam kehidupan kita..?. Bagaimana kaitan semua itu dengan kita manusia..?. Apakah waktu..?. Sungguh dengan sekelumit kajian ini, belumlah tuntas.

Sang waktu-diam diatas gerak
Diam diatas gerak itukah sang waktu..?. Siapakah yang diam dan siapakah yang bergerak..?. Waktu adalah dimensi ruang yang relative. Dimana harus ada suatu pergerakan yang dilakukan oleh sesuatu bersama lintasannya atau jarak yang dituju. Pergerakan itu harus diamati oleh pengamat. Jadi pengamat itulah yang menghitung selisih waktu awal dengan waktu akhir. JIka pengamat diam tentunya hasil perhitungan akan berbeda jika dibanding bila pengamat juga ikut bergerak. Maka waktu menjadi relative tergantung posisi pengamat sedang apa, apakah diam apakah bergerak. Inilah konsepsi waktu. Kemudian oleh manusia waktu diberikan kode, detik, menit, jam, hari, bulan, tahun. Dan kode tersendiri dengan nama bilangan. Tanpa sadar kita juga menghitung waktu hidup kita, berjalannya hari dan tahun. Lha siapakah yang mengamati..?. Siapakah pengamatnya..?. Siapakah yang bergerak..?. Apakah lintasannya..?. dalam iuinterval kurva sang waktu bagaimana memaknainya.

Dalam ulasan dimuka sudah diulang-ulang bahwa ternyata RAGA kita adalah rangkaian atom yang senantiasa bergerak. Ada entintas luar biasa yang menggerakan semua itu. Mulai dari bayi dewasa merenta tua dan mati. Inilah lintasan hidup kita, mungkin 50 tahun, mungkin dapat juga lebih. Jikalau RAGA digerakan oleh atom. Atom di gerakan oleh yang Maha GERAK. Bagaimana menjelaskan ini. Lha.. ternyata ada AKU yang mengamati ketika kecil hingga dewasa dan mati. Ada AKU yang ternyata diam saja, mengamati sang atom itu berkreasi, bergerak di dalam tubuh kita. AKU yang diam. Ternyata AKU diam diatas Gerak sang MAHA GERAK. Meliputi tidak di luar tidak di dalam, Diantara atom-atom. Subhanalloh. Siapakah AKU, ternyata adalah AKU yang SADAR sang KESADARAN ini mengamati, bila dia mengamati bila dia DIAM. DIAM DIATAS GERAK.

Bila AKU sudah menyadari, bahwa dirinya adalah hanya sekedar penikmat ‘journey’ di kehidupan ini saja, hanya penyaksi atas kreasi sang atom atas jagad raya ini, hanya penonton atas permainan sang atom, kemudian menyadari bahwa AKU sejatinya adalah DIAM, tidak bisa apa-apa maka, menjadi jelaslah firaman Allah di bawah ini berkata kepada siapa dia berkata.

"Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman serta bertaqwa, (maka) Allah akan memberikan pahala kepadamu, dan Dia tidak meminta harta-hartamu". (QS. Muhammad, 36)


BERSAMBUNG..

Tujuh bentangan langit
Ketika tujuh bentangan langit, berada dalam urusannya, berada dalam kecepatannya masing-masing, dan ketika Tuhanmu mengarah kepada Arsy. Maka mulailah dentuman waktu…BLANG..merambat dengan kecepatan pasti, akan memaknai yang terlewati..

Allah berfirman "AKU-lah Waktu, Di tangan-KU kugenggam sesuatu. Aku membuat perubahan malam dan siang" (HR. Bukhari . no. 4826)




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali