DALAM SKETSA PERMAINAN 1

Tak kuasa saya menolak rengekan anak saya, untuk bermain bersama dia. Meski sudah kelas 2 SMP, nyatanya umurnya 2 tahun lebih muda dari yang semestinya. Saya relakan komputer satu-satunya ini untuk bermain game online bersamanya.
Dengan trampil, dia mengeluarkan CD dan mulai mengakses, sambil menunggu search enginge, dia berlari ke belakang, rupanya dia mengambil Joy Stick, perangkat bantu untuk bermain komputer. Melihat kesibukannya lari kesana kemari. Saya hanya memandangnya dengan senyum sayang "dasar anak-anak" gumam saya.
"Ini Ayah main pakai stick, ini saja ", dengan logat kental anak-anak dia menyodorkan sebuah alat yang berbentuk seperti pesawat, dengan tombol-tombol untuk mengendalikan permainan. Dengan setengah agak malas saya terima. Dengan sedikit dipandu ~akan fungsi tombol-tombol saya mulai terbiasa. Rupanya asyik juga, sayapun larut bersama kegembiraan anak-anak. Karena tidak terbiasa , saya lebih sering kalah dan kehilangan point, tokoh yangsaya mainkan tidak pernah berjalan dengan benar, kalau tidak tersesat, ketemu jalan buntu, apalagi kalau tidak mati karena tidak mendapat point yang cukup.

Hingga tiba-tiba, ada perasan menyergah saya, sedikit nyeleneh. Sesuatu yang biasa di mata saya jadi terlihat luar biasa, tapi itulah saya. Bagaimana tidak nyleneh, tiba-tiba terbesit begitu saja. Sebuah permainan yang sudah di setting sedemikian rupa dengan kecanggihan teknologi, meliarkan imajinasi saya;
"bagaimana ya kalau tokoh yang saya mainkan ini komplain kepada saya,karena begitu buruknya permainan saya, hingga dia selalu mati dengan sia-sia , dia akan laporkan saya kepada pembuat permainan ini, pembuat program permainan ini, atas ketololan saya dalam memainkan lakonnya".
Wah ngeri juga pikir saya, lantas kepada anak saya, saya beritahu, agar tokoh yang saya mainkan, dibiarkan saja main sendiri , mungkin akan lebih baik. Sebetulnya saya tahu, tokoh yang saya mainkan tidaklah kalah hebat dari tokoh yang dimainkan anak saya itu. Oleh pembuatnya sama-sama sudah dibekali senjata dan kemampuan masing-masing.

Jadilah anak saya main dengan sendiri~dan tokoh yang saya mainkan tadi juga memainkan diri sendiri~ luar biasa anak saya selalu mendapatkan bonus dari tiap etape perjalananya, kadang tokoh dia harus meloncat untuk mengambil bonus, kadang merunduk mengambil senjata lagi.Ternyata tokoh yang main sendiri dalam komputerpun tidaklah lebih bagus dari permainan saya, memang sih lebih baik, namun tidak begitu-begitu amatlah.
Permainan sang tokoh memainkan diri sendiri barusan memang tampak meyakinkan, dia lompat, lari kesana kemari, jumpalitan , mengambil bonus, lari lagi menuju etape berikutnyake sekehendak hatinya, bebas tidak ada yang memerintahkan lagi. Tapi anehnya ketika saya ulangi lagi kok bonusnya ya itu-itu saja ya, memang perjalanannya berbeda-beda, tetapi ada satu kesamaan. Langsung otak saya menebak, mungkin semua gerak, semua peristiwa yang terjadi sudah di program sama pembuat-nya. dalam berjuta-juta kemungkinan yang ada. Misal, jika tokoh lari kekiri maka akan begini-begini, ke kanan akan begini-begini. Jika diam akan begini-begini. Masih ada parameter lagi, ternyata jika tokoh anak saya juga mendekatinya, terjadi peristiwa yang berbeda dibandingkan jika dia tidak di di samping tokoh yang lain. Bukankah sangat rumit ya, membuat program ini, dia harus memasukan semua kemungkinan, semua data, semua tokoh, dst...dst... ke dalam permaianan tersebut, agar nampak betul-betul alami.

Tiba-tiba pikiran lebih gila lagi terlintas, jika saya sebagai tokoh permainan tadi, tentunya saya tidak akan mau bila dimainkan oleh seorang anak, atau bila saya harus memainkan diri saya sendiri. Karena seorang anak tidak mengetahui detail , kemungkinan-kemungkinan yang akan muncul dalam permainan, sehingga kemungkinan nanti saya mati konyol besar sekali. Saya juga tidak akan mau memainkan diri saya sendiri, karena bagaimana setting-nya saya tidak tahu. Apakah saya akan bisa memenangkan permainan ini atau justru saya malahan jadi mati konyol juga. Jadi bagaimana dong.?.
Lantas dalam pemikiran saya langsung terlintas, saya harus ketemu dengan sang pembuat program permainan ini, yang tahu betul detail permainan, program apa saja yang dimasukan, meliputi kejadian, dan berjuta-juta kemungkianannya, dsb....dsb.... Kalau begitu amankan.?. Setelah menemukan jalan keluarnya, sayapun tersenyum. "Ya...ya...betul juga hm..". Kemudian saya akan minta kepada dia agar supaya dia saja yang memainkan saya. Pasti saya akan memenangkan permainan ini. Enak bukan..?.

Kemudian aliran yang meliar saya stop...saya tutup imajinasi saya. Blek...saya lihat kekanan ke kiri. Yah..saya masih di alam nyata.

Permainan Yang harus Dimainkan
Besok paginya, saya kembali menapaki rutinitas, ruwetnya jalan-jalan Jakarta mau tidak mau harus ku nikmati. Perlahan mata dalam slow motion, ratusan orang ber duyun-duyun lengkap dengan atributnya masing-masing, berjuta lintasan pikiran, bersliweran ~mungkin mamput membuat frekwensi radio di Jakarta tenggelam.
Perlahan alam pikiran saya membawa kepada permainan game yang kemarin saya mainkan. Saya coba ber-ilustrasi, apakah semua orang ini melakoni permainannya masing-masing..?. Apakah sketsa permainannya memang sudah di program sebagaimana game..?. Kenapa ada orang yang susah payah, kenapa ada orang yang hanya duduk manis, ada yang kaya, ada yang miskin, kenapa carut marut dunia menjadi satu. Jikalau dan hanya jika hidup ini sebuah permainan, kenapa saya harus memainkannya..?. Pertanyaan satu demi satu meluncur tanpa dapat di tahan, kadang setengah menggerutu, kadang berdesah, dan kadang dejak kagum, begitu kompleksitasnya yang namanya hidup itu. Kalau toh itu sebuah program, berapa juta mega bite kapasitas yang dibutuhkan untuk menampung program setiap orang..?.
Perlahan saya coba analogy program permainan game, kemudian saya copy dengan sedikit imajanasi ~saya jadikan ini sebagai model alam nyata kehidupan manusia~hal ini perlu sebagai bahan acuan saya untuk memahami sketsa permainan di alam nyata yang mungkin saja telah di program juga. Dan agam-agama besar dunia membenarkan adanya program itu dan program itu bernama TAKDIR.

Dua mainstrem besar yang melanda dunia~bak gelombang kejut. Memaksa para penganutnya menerima pemahaman yang ada. bahwa hidup manusia itu sudah ditentukan (diprogram) melawan bahwa hidup manusia itu belum di program, manusia bebas menentukan nasibnya sendiri. Determinime melawan In determinisme. Jabariyah melawan Qodariyah. Pelegenisme melawan Agustinisme. Pertarungan ini melintas ruang dan waktu, menghabiskan banyak energi dan waktu. Menyisakan banyak tanda tanya dan kebingungan 'payah' malah bagi para penganutnya.

Dengan menggunakan model permainan game itu ~ bagaimana menjelaskan kehidupan manusia. Bagaimana posisi kedua paham itu..?. Apakah TAKDIR dapat dijelaskan dengan model tersebut. dan Bagaiaman Teologi Islam menjelaskannya..?.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali