CAHAYA MATAKU 1 (INI NUR'AINI)

Kaki melangkah serasa berat, menapak satu meraih pintu yang tak terkunci. Suara deritan menyadarkanku, ternyata sudah sekian tahun pintu kamar anak-ku tak pernah diminyaki. Nampak wajah demikian polos menyingkap, bukan lagi membayang, seperti saat tergesa dari kantor tadi, wajah cantik merona, bersih, dengan lekuk yang sempurna. Nafas satu-satu, terlihat letih seharian. Sejenak meyakinkan diriku, kupandang, helaan nafas pendek, mengantarkan anganku.."Kecantikanmu tak kalah dengan bulikmu nak..". Bisikku lirih dalam hati, rasa syukur, atau mungkin ada kebanggaan juga..?. Betapa tidak, Bulikmu dulu di era tahun 90-an , banyak menghiasi media masa, beberapa ajang ratu kecantikan tingkat nasional diraihnya. Tapi itu dulu. Sekarang bulikmu telah menutup semua auratnya, hanya nampak kedua matanya yang indah saja. Gelora jihad membahana dari setiap tarikan suaranya. Bukan lenggokan gemulai penari, sekarang lebih kepada gairah Islami . Tentu tak lupa ayahmu juga mensyukurinya. Dan kali ini, meski hanya 1 jam ayah ingin memandangimu nak. Memandang wajahmu. "Berita hari ini benar telah meng-gentarkan ayah..". Menggumam lirih..seakan berusaha menyapa, memelas berbisik, namun nampaknya kau tak mengerti ini, kau tetap pulas, mungkin sedang ber mimpi. Sementara Ayahmu senantiasa mengkhawatirkanmu. Begitu pula disini, saat ini.

Mencoba menenangkan diri, masih saja nafas agak tertahan, ketergesaan saat pulang dari kerja, tak mampu disembunyikan. Ada lara yang tersudut, ada sakit yang membesut, ada khawatir, ada galau disana, bukan karena apa..?. "Kekhawatiran seorang Ayah terhadap anak perempuannya..". Sepertinya tak tega, kucium keningnya perlahan, seakan takut membangunkan kenyenyakan tidurnya. Nampaknya tak terpuaskan , tak tuntas !. "Nak..jawablah dengan jujur pertanyaan Ayah..apakah engkau unduh vidio Luna Maya-Ariel-Cut Tari...?..jawablah nak..apakah engkau menyaksikannya..?" . Sepertinya kuberteriak ..Diam..keheningan malam..yang diam. Nyatanya tak bersuara. Bagaimana diriku ini..! Layaknya aku ingin menanyakan seperti itu. Bukankah pertanyaan itu telah aku hapalkan berulang kali, sejak kepulanganku dari tempat kerja ?. Kenapa..?. Kini, hanya tersekat dikerongkongan saja. Tak mampu. Benar aku tak mampu menanyakan itu. Apakah aku takut akan jawabannya..?. Tidak..bukan..bukan itu. Lebih dari itu semua. Ugh..Badan letih ini kuhempaskan, di sofa tempat biasa anak-ku belajar, di kamanya. Hati ini telah berkeping, sebagaimana cermin yang terlempar. Rasa berkecamuk memaksa jiwa dan raga meronta, merampas semua harapan yang kupunya. Ingin kuteriakan kata kepada siapa?, siapa yang bertanggung jawab memimpin negeri ini?. Yang telah membiarkan kenistaan itu merajalela. Membiarkan , meliarkan nafsu merajai dunia maya dan realita. Dalam angan manusia. Mencabut norma dari akal manusia. Melepaskan hasrat dari sangkar jiwanya.

Bukankah kementerian yang bertanggung jawab terhadap peredaran vidio porno di internet, di nakhodai oleh tokoh utama organisasi Islam yang mumpuni di negeri ini..?. Apakah mereka tidak memiliki keberanian menutup akses ini. Duh.. Meski mengerti itu, tetaplah nelangsa, mau di bawa kemana bangsa yang memiliki penduduk mayoritas muslim ini. Hati tak kuasa bertanya miris "Mungkinkah mereka punya anak-anak seperti kami..?.". Ataukah mereka merasa tidak dititipi apa-apa dari Tuhan-NYA..?. Kepada siapakah mereka takut..?. Kulemparkan pertanyaan bodoh. Karena tahu hanya orang bodoh yang mau menjawab ini. Mereka yang merasa pintar, merasa tak perlu menjawabnya. Karena bagi mereka Tuhan adalah sesuka mereka mem-presepsi-kannya. Kalaupun sekarang mereka berkuasa dan kaya, tak perlu merasa berdosa, sebab sebelum matinya, pintu tobat toh masih bisa. Begitu enaknya Islam mereka kibulin dengan begini ini. Mereka mau menipu Allah..?.

Mengapa jadi seperti ini, kutepis pikiran yang mengembara. Kutepis, Jiwa yang merasa menjadi hakim mempersalahkan semua. Adakah yang salah..?. Tapi tidak dengan anakku. seakan tak rela, jika ada yang menyakiti. Bagaimana lagi jika tak mampu kubendung ini. Dimanakah peran pemerintah..?. Dimanakah peran para ulama-ulama kita, dalam membentengi umatnya dari serbuan ini..?. Mereka sibuk mengaji..?. Mereka sibuk dengan majelis-majelis dzikir mereka. Kalau begitu, berteriak sajalah, karena toh hanya ini yang bisa dilakukan, .?. Apa mau dikata, jika umat Islam ternyata hanya baru bisa jadi pengguna saja. Terhadap teknologi informasi internet ini. Islam tidak mengarahkan umatnya untuk mengekplorasi, menggunakan akalnya untuk membangun peradaban terkini. Jangan disalahkan jika kemudian, teknologi ini telah mencerai beraikan , tanpa sadar telah mencabik-cabik tradisi ke Islaman itu sendiri. Tanpa kita mampu memberikan solusi. Kemudian kita terperangah, tergagap gagap, seakan terbangun dari mimpi. Internet ternyata di temukan oleh bangsa yang konon berasal dari kera dan babi. Yang sering kita sembur dengan caci maki, itu Bangsa Yahudi !. Namun tanpa malu kita membe-0 saja, dan dengan bangga terus menggunakannya. Termasuk saya ini. benar-benar keterlaluan ya..?. Sudah terlanjur memang. Apalagi memang berguna untuk keseharian kita. Untuk malu pun sudah terlambat, bukan..?. Sayangnya karena kita tidak menguasai teknologinya, jadinya ya..terserah apa kata dan apa mau mereka saja. Semua hidangan , semua kita lalap habis saja tak bersisa. bahkan sampah peradaban mereka pun pun , tidak lupa juga kita sikat . Maka ketika banyak peradaban mereka, peradaban sisa-sisa mereka, masuk melalui internet ini, para orang tua hanya nestapa. Mau dibawa kemana anak-anak muslim kita ini nantinya. Oleh bapak-bapak kita tercinta yang duduk di kursi ber wibawa di singgasana istana para raja di senayan sana. Kita bertanya upaya apa yang dilakukan mereka ya..?.

Mencoba menelusuri lingkaran yang membebani, kembali pandangan tak lepas dari wajah polos yang terlelap. Wajah yang seakan tak mengerti kegalauan Ayah-nya, lelaki setengah baya ini." Bukan karena Ayah takut jawaban mu nak..". Seperti bergumam..bergaung terus dalam rongga pikiran. Mencari jawaban yang lebih pasti. Menggeleng lagi.."Bukan..bukan itu..!". Hanyut dalam pikiran yang dalam. Dalam keyakinan yang mulai menguat. Kepercayaan..itulah nak. Ayah bangun kepercayaan kepadamu. Sebagaimana kesepakatan kita dahulu. Saat ketika pertama engkau mendapatkan tanda kedewasaanmu. KIta bangun kepercayaan bersama. Dalam sebuah ikrar perjanjian antara engkau dan Ayah. Apalah artinya jawabanmu bila Ayah tetap tidak percaya padamu. sambil meringis lirih, mencoba menaklukan kegalauan , yang terasa menghujam di hati. Serasa nafas mulai longgar, pemahaman menghantarkan dalam kesadaran bahwa kepercayaan lebih dari semua itu. Kegalauan itu sedikit demi sedikit memudar, berganti sebuah keyakinan yang dalam. rasa saling percaya. Bisa saja engkau membohongi Ayah, bila Ayah menanyakan itu. Biasa saja Ayah mencari tahu detil dan mengkorek dari mana saja, agar Ayah tahu. Namun, bukankah itu mengkhianati kita. Kalaupun kemudain Ayah tahu, apakah akan memperbaiki akibat sesudahnya. Bukankah lebih baik sekarang Ayah melebihkan waktu untuk keseharian denganmu. Engkaulah CAHAYA MATAKU NAK..seharusnya engkau kunamakan INI NUR'AINA. Namun nama itu mengingatkan akan seseorang. Maka kunamakan saja engkau NISRINA NUR'AATHIF..Mawar putih dengan cahaya kasih. Engkaulah mawar putih-ku, kuharapkan memancarkan cahaya kasih kepada sesamamu, sebagaimana doa Ayahmu. Sebagai wujud syukur, kasih Tuhanmu kepadamu. Namun sesungguhnya engkau tetaplah INI NUR"AINA. Engkaulah cahaya mataku.

Catatan:
Kalau begitu jadinya, tak boleh kah jikalau , dengan ini kemudian kita bertanya menjadi tugas siapakah, melindungi dan menjaga generasi-generasi muslim kita nantinya. Jikalau dan hanya oleh kita orang tua, seberapa kita bisa. ?. Sementara teknologi sudah semakin merajalela..?. Anak-anak kita bisa mendapatkan dimana saja. Sungguh ini mesti mulai dipikirkan, jika tidak beberapa generasi lagi hancur sudah peradaban muslim, yang tinggal hanyalah buih-buih Islam saja, yang akan musnah tersapu angin pantai. Ampuni kami ya Allah..

Membuka halaman baru, meski letih sudah seharian, meski lelah sudah menahan gejolak kekhawatiran yang kadang sulit kumaknai sendiri. Bukankah ini kisah sehari hari di metropolitan ini. Apa saja bisa terjadi..?. Belum lagi lainnya, lebih 'memiriskan hati' kisah para pejabat negri ini, yang menyandang gelar haji. Sudahlah. Itu baru kisah asyik masyuk , yang membuat pendengar maupun pencerita menjadi penikmat yang terlongok saja. Mungkin malah 'merem-melek'. Ups.. Bisa terjadi. "Luna Maya-Ariel-Cut Tari". Namun patutkah dinikmati, kemudian di konsumsi, menjadi menu sehari-hari..?. Bukanlah rekayasa, Hanyalah fenomena gunung es saja. Puncaknya begitu, kemudian seberapa dalam , dan seberapa lebar dasarnya..?. Wow.. Pada negri ini gampang saja tersaji, tinggal memilih koki kemudian bersantap ala maniak lagi..(?). sesuai selera..(?). Makanya meskinya tidaklah perlu ditanggapi. Mungkin hanya para Ayah yang ortodoks yang kelimpungan bingung sendiri mencari jawaban. Seperti saya ini. Karena memang ada anakku. Itulah jawabku. Kemudian alih-alih mencari jawaban, malahan sekarang saya masih saja termenung memandang anak yang lama tertidur, nyenyak saja, seperti dia tak mau peduli.

Helaan nafas, aliran udara masuk ke rongga dada demikian terasa, menghantarkan hawa dingin. Menghantarkan kembali kepada keheningan. Masih sangat jelas, bagaimana saat itu. Ketika Ibumu mengabarkan kepadaku, saat datangnya, pertama kali tanda kedewasaanmu, tanda dirimu menjadi wanita dewasa. Haidmu yang pertama, saat itu umurmu barulah 13 tahun. Gadis kecilku.. Entah apa yang kurasa, apakah sedih, apakah gembira, apakah.. mestinya berbuat apa..apakah jadi seorang Ayah begini..(?). Apakah harus kuberteriak mengabarkan kepada dunia..apakah harus kubenamkan kepalaku ke dalam air yang tak berhingga dinginnya. Membiarkan buih mendidih dikepala menjadi beku lagi. Bukankah ini fenomena manusia biasa..?. Bukan karena itu nak.. !. Bukan nak..bukan itu maksudku..!. Sungguh engkau tidak akan mengerti , engkau akan menjadi manusia dewasa, itulah yang kutakutkan. Engkau akan merasa sakitnya mencintai, engkau akan merasakan sakitnya tak dicintai, engkau akan merasa sedih, gembira, senang, duka, lara, kecewa bahagia, silih bergantinya merontanya jiwa. Engkau mulai mematut diri, engkau akan mulai membandingkan dirimu dengan lainnya, engkau akan mulai melihat teman-temanmu yang kaya,engkau akan membandingkan Ayahmu dengan Ayah teman-temanmu. Engkau akan sering merasa sendiri, merasa sepi, engkau akan mempertanyakan dirimu sendiri..?. Dan semua itu akan menyakitkanmu nak.. dan sungguh jikalau engkau tak mampu mengalahkan itu semua, engkau berada di dalam derita dunia. Engkau hanyalah seorang gadis kecil, yang serasa baru beberapa saat lalu kutimang. Kini dengan jelas nampak di depanku , akan menghadangmu..semua itu.. DIRIMU AKAN MENGHADANGMU..bagaimana Ayahmu, bagaimana cara mendampingimu nak..?. Jikalau musuh sebenarnya adalah dirimu sendiri. Bagaimana menghantarkanmu, menghantarkan kesadaranmu , untuk menyadari bahwa hakekatnya engkau adalah 'manusia'. Tentunya, Sebagaimana dimaksud Tuhamu, itulah persoalannya. Karena begitu sering dan banyak kali kita tidak tahu bahwasanya kita adalah 'manusia'. Kesadaran terkini, sudah di manipulasi untuk duniawi.

Apakah engkau masih Ingat..?. Saat tersebut, Maka , meski dengan terbata Ayah berbicara padamu, meski engkau hanya bisa menangis tak mengerti. Seperti tak mengertinya Ayah, melakukan semua itu. Meng-interograsi pemahamanmu nak..Engkau mesti mengerti tanggung jawab sebagaimana menjadi manusia, itu saja sebetulnya yang ingin Ayah sampaikan. Bukan kepada bagaimana proses fisiologi dan biologismu. Bukan saja karena engkau telah matang secara bilogis. Bukan karena indung telur telah meluruhkan telor pertama, sebagamana tanda haidmu itu. namun lebih kepada, bahwa engkau telah memiliki nafsu seksual, itulah yang harus engkau pertanggung jawabkan. Engkau telah memiliki rasa mencintai kepada lawan jenismu. Engkau telah memiliki ego untuk diakui dari lawan jenismu. Kemudian, engkau juga tidak akan sebebas dahulu, etika Islam telah memagarimu. Sedikit saja nafsumu diikuti, maka lepaslah kendali kesadaran manusia pada dirimu. Maka engkau jauhi sajalah lawan jenismu. Walau untuk beberapa saat saja. Bahaya bagimu nak.. Apakah engkau pernah membaca berita bahwa 6 dari 10 cewek abg di ibukota sudah tidak perawan lagi..?. Itu menakutkan Ayahmu. Namun, katanya engkau telah mengerti itu semua dari teman-temanmu, katamu pada Ibumu. Kemudian akupun, diam sudah, tak mampu berkata apapun. Sudah begitu bodohkah..kami-kami generasi para Ayah..?. Tidak mampu mengikuti perkembangan remaja terkini.?. Benarkah sekarang mereka lebih pintar..?. Apakah internet yang mengajarkan mereka, sebagaimana "Luna Maya-Ariel-Cut Tari" mengajarkan teknik-tekniknya. Mohon ampun..ya Allah..terlalu liarkah pikiran saya. Meski Ayahmu belum melihat..namun Ayah sudah menikah dengan Ibumu hampir 20 tahun nak, cukuplah untuk mengerti itu. Dan mampu menerangkan kepadamu. Begitulah nak..

SALAM..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali