KUSAMBUT TAKDIRKU

.

Melanjutkan kembali tulisan saya terdahulu ~Merekontruksi Konstelasi Pemahaman Takdir~. Bagaimana model ini kemudian dapat diaplikasikan dan menjelaskan fenomena yang terjadi di dunia ini, menjadi hal yang menarik~sebagai wacana baru dalam memahami takdir dan menerima sebagaimana adanya.

Kita sering banyak menemukan ~tampaknya seperti sebuah kontradiksi pada beberapa ayat yang dijadikan rujukan dalam memahami takdir.. Namun dengan menggunakan model ini~ nanti dapat kita lihat bahwa sesungguhnya beberapa ayat tersebut justru malah saling melengkapi dan mengkuatkan. Sebagian telah saya ulas, namun akan kita pertajam lagi dalam kajian saya kali ini. (diturunkan dalam beberapa tulisan-insyaallah)).
Ada beberapa pemahaman penting yang ingin saya ingatkan kembali disamping juga untuk memberi pijakan bagi pembaca yang mungkin belum sempat membaca bagian awal dari tulisan ini.

Pemahaman pertama:
Ada dua entitas yang berada dalam tubuh manusia yaitu entitas materi dan anti materi. Entitas materi~ saya menggunkan istilah RAGA; entitas inilah yang bersifat pasrah (Fatalis), kepada aturan Tuhannya (sunatulloh). Didalam raga inilah telah disisipkan rencana-rencana Tuhan~saya analogikan bahwa Raga sendiri adalah hanya sebuah ROBOT Tuhan, yang akan digunakan Tuhan untuk melaksanakan renacana-renacananya yang bersifat fisik di muka bumi ini. Sementara JIWA bersifat bebas, sekehendak dirinya sendiri. Atau..

Saya meng-analogikan sebagaimana halnya seorang Pilot yang berada di dalam Pesawat Tempur super canggih. Layaknya pesawat super canggih, RAGA sudah dilengkapi dengan misi, program-program, rute, pilot otomatis, senjata,; rudal, pemindai, GPS, radar, alat komunikasi dan lain-lain. Sang pilot bebas sekehendak hatinya di dalam kokpit~mau apa saja. Mau hanya sekedar ~journey~ di dalam pesawat, atau mau mempelajari instrument pesawat, mau on line dengan menara pengawas, mau menggunakan fasilitas pilot otomatis~sementara dia tidur. Mau menggunakan senjata untuk bertempur, mau terbang setinggi langit, mau manuver, mau terbang secepat kilat, dan lain sebagainya.. Sang Pilot boleh menginginkan apa saja, namun perlu diingat bahwa Pilot harus tunduk kepada sang perancang pesawat tempur yang sudah mendesign sedemikian rupa. Ingat bahwa sang perancang sudah memasukan program yang hanya tunduk kepada sang perancang. Sang pilot dapat menggunakan fasilitas yang berada di dalam pesawat~jika dan hanya jika memang sudah diprogram terlebih dahulu oleh perancang untuk digunakan pilot, selebihnya, semua instrument tunduk kepada program-program sang perancang.


STOP.!...sebentar~ kemudian imajinasikan dahulu bahwa wujud Pilot adalah seperti ETER, mudah meluas, labil, sangat sensitive, sering terbolak-balik. Memiliki kecenderungan-kecenderungan meluas sesuai dengan ruang yang ditemuinya. Sebagaimana halnya eter, ~seharusnya pilot mampu untuk masuk keseluruh bagian mesin dan instrument pesawat. Banyak perbedaan, saat pilot hanya ada di dalam salah satu ruang saja, dibandingkan bila berada diseluruh ruangan pesawat. Mungkin dari keseimbangan mesin, dan lain sebagainya.

Pemahaman Kedua :
Dalam membahas dan membicarakan Takdir ini, saya menganjurkan agar kita sudah mampu meng-imajinasikan yang mana JIWA dan yang mana RAGA. Amati dengan kejernihan pikiran~dengan kejernihan hati. Sepertinya terlihat gampang. Namun coba kita praktekan sebentar. Pertama ; Tarik nafas beberapa kali sambil penjamkan mata; cobalah anda untuk merasakan setiap detail tubuh anda mulai dari yang terjauh dahulu, dari jari kelingking kaki, terus naik keatas, tangan amati jari jemarinya~terus naik keatas hingga ke ubun-ubun. Kalau sudah berhasil. Selanjutnya rasakan organ-organ dalam anda. Kalau pun ini sudah berhasil. Lakukan secara serentak, ~keseluruh tubuh anda~seakan-akan diri anda sedang anda meluas diri anda untuk mengisi setiap sel di tubuh anda. Kedua ; Amati adakah gejolak rasa sedih, kemudian amati saat anda marah, saat anda gembira, terus lakukan dalam keseharian. Maka anda akan mampu mendeteksi mana Jiwa, mana Raga dengan instrumen-instrumennya. Selamat mencoba.

Menyambut kehadiran takdir kita
Kegamangan akan takdirnya ~membesut setiap hati manusia. Kegalauann akan takdirnya membuat hidup mereka menjadi tidak nyaman. Setiap orang menduga-duga akan takdir terbaiknya. Yang miskin berharap takdirnya adalah menjadi orang kaya. Orang yang kaya berharap takdirnya adalah menjadi orang paling berkuasa. Yang berkuasa berharap takdirnya berumur panjang, kalau bisa tidak usah mati, dan seterusnya, dan seterusnya. Hidup yang tidak berkesudahan. Inilah anomaly kehidupan. Realitas yang meski kita sikapi.

Jangan khawatir meskipun Raga sudah diprogram sedemikian rupa~Allah maha adil. Allah maha tahu bahwasannya ~sifat Jiwa senantiasa meluas. Maka program yang dibuat untuk sang Raga-pun amatlah luas. Coba saja, Raga anda ,~ anda gunakan untuk berjalan, berlari, bersalto, menari, dan lain-lain. Kemudian anda coba gunakan untuk belajar; mau belajar apa saja-fisika, matematika, musik, apa saja, dan lain-lain. Semua bisa..!. Kebisaan yang memiliki ~range~sangat lebar.
Namun perlu diingat bahwa Allah telah menetapkan ukuran-ukuran atas Raga sehingga telah sesuai dengan peruntukan dalam rencana Tuhan. Sehingga disini kita akan dapati ada sebagian manusia memiliki kelebihan dibanding satu dan lainnya ; kecerdasannya, talenta, kondisi fisik yang lebih kuat, dan lain sebagainya.

"Dan tidak ada sesuatu pun kecuali pada sisi Kamilah khazanah (sumber)nya; dan Kami tidak menurunkannya kecuali dengan ukuran tertentu" (QS Al-Hijr [15]: 21)”.
Dia (Allah) Yang menciptakan segala sesuatu, lalu Dia menetapkan atasnya qadar (ketetapan) dengan sesempurna-sempurnanya" (QS Al-Furqan [25]: 2).
“Dan sungguh, Kami mengetahui orang yang terdahulu sebelum kamu dan Kami mengetahui pula orang yang kemudian” (QS; Al Hijr : 24).

Kemudian~Di dalam raga ini Allah sudah memprogram kadar rejeki setiap manusia, Berikut dengan iktiar apa saja yang dapat dilakukannya, misalnya jadi guru, pejabat, pengusaha, dan lain sebagainya. ~Dalam kemungkinan-kemungkinan yang hanya diketahui Allah saja. ~Kalau jadi guru rejekinya segini, kalau pengusaha segini. Dan lain sebagainya. Dari rejeki yang paling minimal ~menengah~hingga maksimal. Sementara itu ~Raga juga sudah disipakan meiliki ~Rejeki yang paling minimal~ adalah rejeki yang dijamin Tuhan untuk sang RAGA agar dapat hidup minimal,~ rejeki yang sudah di support oleh system keadilan Tuhan. Maka kita sering melihat ada seseorang nganggur sekian lama masih tetap bisa makan, dan lain sebagainya.
Sementara itu untuk~ Jiwa~ diberikan kebebasan untuk memilih rejekinya~tergantung tingkat kepuasannya~ mau rejeki yang hanya diperuntukan untuk RAGA saja atau rejeki yang lebih luas lagi. Mau sedikit, menengah atau banyak, silahkan pilih. Seberapa besarkah maksimal rejeki manusia atau seberapa kecilkah rejeki minimal setiap manusia..?. Tidak ada satu mahklukpun di muka bumi ini yang diberikan pengetahuan tentang berapa besarnya rejeki maksimal dari setiap manusia atau berapa kecilnya rejeki minimal. ~Manusia tidak diberi pengetahuan sedikitpun. Manusia dipersilahkan menentukannya sendiri~maka disini JIWA mesti membuat fungsi permintaan tersendiri . ~Fungsi permintaan ini akan mempertemukan titik-titik kemungkinan takdir yang disebarkan Allah di dalam progam RAGA dan/dengan kemungkinan sifat meluasnya Jiwa. Ada sebuat titik pertemuan yang paling optimal~diantara itu.
Keahlian manusia membuat fungsi permintaan inilah yang akan menentukan; apakah manusia itu mampu meraih rejeki maksimalnya. Kesalahan manusia yang terlalu mengikuti ~meluasnya JIWA akan membawa dampak negative yang luar biasa~frustasi bahkan lebih parah dari itu. Demikian juga sebaliknya.

Fungsi permintaan dapat berbeda-beda dari satu orang ke orang lainnya; ada yang merupakan fungsi harta, fungsi jabatan, fungsi ketenaran, yang merupakan fungsi permintaan duniawi atau fungsi ketenangan Jiwa yang merupakan fungsi permintaan akhirat. Atau gabungan dari keduanya.

Nah, saya akan membantu anda untuk menemukan titk temu yang paling optimal agar mendapatkan takdir~rejeki menjadi maksimal; antara JIWA yang kecenderungan meluas seluas luasnya dan RAGA yang pasrah yang sudah ditentukan bagian-bagian rejekinya.

Tahap Pertama ; Pengenalan Ketubuhan
Raga sudah ditentukan telentanya masing-masing, kenalilah raga anda, ~bacalah (amati) perintah-perintah Tuhan yang tersirat maupun tersurat dalam diri anda. Setiap manusia diberikan kelebihannya masing-masing. Bisa saja ~untuk menemukan ini , anda dibantu seorang psikolog dengan melakukan serangkaian test potensi bakat.~ Bisa juga anda amati sendiri~dari pengamatan tersebut kita akan menemukan bakat kita. Kemudian~
Perlahan lakukan latihan seperti uraian dalam pemahaman 2 diatas. Luaskan terus Jiwa anda, isi setiap ruang dalam tubuh anda, hingga ke ujung-ujung saraf yang terjauh sekalipun. Anda akan merasakan badan terasa seperti di pompa perlahan, mengalir ke setiap syaraf~ diatas kulit seperti terasa ada hawa~seperti aliran listrik lembut sekali. Tahan di fase ini, bebarapa saat, ulangi dan ulangi terus.
Fase ini adalah ; pengenalan Jiwa terhadap Raga~sebagaimana ilustrasi saya dengan pesawat diatas. Dalam fase ini anda akan merasa yakin, akan kemampuan anda dibidang apa. Apakah seni, apakah teknik, dan lain sebagainya.

Tahap Kedua : Pengenalan Jiwa
Mengenali kesedihan, kemarahan, dan lain-lain, anda merasakan ada yang mengamati semua itu. Terus lakukan berkali-kali. Kemudian bawa kepada ketubuhan anda, Jiwa memiliki kecenderungan yang meluas~bawalah Jiwa anda pelan~kepada satu-satu bakat-bakat anda yang sudah anda ketemukan tadi. Terus amati~hingga akan muncul sebuah sinergi keyakinan yang sangat luar biasa.
“ Aha…eureka. Aku menemukan siapa diri saya sebenarnya..!. “. Itulah teriakan yang terjadi ketika antara JIWA dan Raga sudah mendapatkan titik temu optimal.

Dengan tahap 1 & 2 ini, kita sedang mencari titik optimal yang mungkin. Dimana Jiwa mampu menemukan titik terjauh dari ‘sukses’ kita yang ditunjukkan/dicirikan oleh adanya talenta yang paling besar yang mungkin dapat diraih sang Raga. Biasanya berkaitan dengan profesi, apakah pengusaha, pejabat, dan lain-lain. Disini kepuasan (keluasan) Jiwa yang mampu diakomodasi oleh Raga. Disini kita sudah menemukan mau jadi apa kita; pengarang, pelukis, penyanyi, pejabat, pengusaha, manager, dan lain-lain sebagainya.

Tahap ketiga ; Pengembalian
Setelah anda menemukan siapa diri anda ~hadapkan semua kepada Allah kembali. Masuki dengan cara yang sama. Tumbuhkan kesadaran bahwa anda adalah sang JIWA yang memiliki kebebasan memilih. Saat ini anda memilih untuk pasrah bersama RAGA. Kuatkan..kesadaran itu..pelan kuatkan lagi…lagi…hingga anda mencapai keheningan. Kemudian ucapkan pengakuan anda itu lirih dalam hati. Dalam keheningan yang dalam..perlahan anda kembalikan posisi RAGA kepada Allah, kembalikan penglihatan, pendengaran, kembalikan pikiran anda kepada Allah. Kuatkan kesadaran bahwa Allah-lah tempat kembalinya semua mahluk, tempat semua makhluk bergantung. Sebagaimana atom-ataom tubuh anda kembali kepada alam nantinya. ~Kemudian, Sampaikan pilihan yang sudah kita yakini tersebut. Dan mohon ridho-NYA. Terus lakukan berkali-kali, sehingga anda dapat melakukan dengan rileks dan dalam situasi apapun. Ini akan melahirkan ketenangan, keyakinan terhadap apa yang sedang kita kerjakan. Insyaallah.

Ketika kita sudah menyatukan proses tersebut, hasilnya adalah energi dan sinergi luar biasa yang tidak ada habisnya~sehingga pada saat kita menjalankan satu-per satu iktiar kita, kita sudah mendapatkan satu keyakinan bahwa hasil sudah ditangan kita saat ini, yang kita jalani hanyalah sebuah ketentuan proses sunatulloh saja. Kita sudah yakin dengan takdir kita. Hakekatnya sudah terjadi apa yang kita inginkan tersebut. Keyakinan inilah ~ hakekatnya yang akan menghantarkan kita kepada kesuksesan yang kita inginkan. Walohu’alam

Dengan demikian. MARILAH KITA SAMBUT TAKDIR KITA DENGAN SUKA CITA.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali