DALAM SKETSA PERMAINAN 2

Sebuah Persimpangan

Tak jauh di depan nampak persimpangan, perlahan mulai saya lambatkan laju kendaraan saya. Dari arah belakang, terdengar bunyi klakson berkali-kali. Seorang pengendara sepeda motor, berteriak dan mengacungkan tanganya yang terkepal kepada saya. Tidak jelas apa yang dikatakannya. Nampaknya dia sangat kesal dengan saya. "Ups,..". Saya hanya bisa tersenyum kecut: " inilah Jakarta ..!". Gumam saya , sambil menghela nafas. Kenapa saya jadi ikut menyalahkan keadaan begini. Mungkin bisa saja tadi kesalahan saya sendiri~secara tidak sadar, laju kendaraan saya menghalangi kendaraannya. "Ya...sudah...terima sajalah ".

Setelah lampu kembali hijau, saya tekan pedal gas mobil saya.Kendaraan mulai melaju dengan tenang. Tanpa terasa, pikiran kembali
menerawang, meng-akses literatur-literatur dan file-file yang masih tersisa dan terekam jelas di ingatan saya. Betapa agama-agama besar dunia, merasa berkepentingan sekali untuk menjelaskan fenomena takdir ini. Kaum agama berusaha melakukan 'justifikasi'. Melalui serangkain pemahaman-pemahaman yang seklias nampaknya seperti dipaksakan sekali. Betapa tidak..?

Perhelatan -pergulatan-pergumulan manusia dengan takdir dan usaha-usaha untuk memahami, menguraikan dan menjelaskan~agar terlihat dan nampak sejalan dengan pemahaman kitab suci~tidak pernah berhenti, setiap generasi muncul kaum agama yang mencoba memberikan sumbangsih pikirannya kepada umatnya masing-masing. Ribuan buku sudah dibuat,ditelaah, didebat dan dibedah, dituntas hingga me'latah' bahkan mewabah.
Alih-alih memberikan pencerahan, rupanya umat dengan tertib memilih berkiblat kepada ulama yang mereka sukai. Kepada rasa yang mereka sukai saja. Tersibak..seperti air bertemu tanggul~ mencari jalan masing-masing~mencari pengeluaran terhadap kepenatan kehidupan yang mendera mereka.
Saat mereka malas atau cenderung masa bodoh dengan hidup akibat kemiskinan , mereka berdalih kepada mahzab Jabariyah, pasalnya ini adalah takdir mereka ya terima saja. Saat mereka sukses dan kaya raya~dengan gagah berkata "ini lho usaha saya sendiri, nggak ada takdir nggak ada campur tangan Tuhan". Dengan enteng menyalahkan orang-orang yang masih susah bergelut dengan hidup.
Bahkan tidak sedikit orang yang senantiasa maju mundur diantara keduanya. Sebentar dia semangat bekerja, manusia harus berikhtiar. Qodariyah tulen. Namun saat kebentur suatu masalah dan usahanya gagal, lemas sudah, goyah sudah keyakinan Qodariya-nya yang sempat diagul-agulkannya. Dia nyerah, menyerah ..total.
"..hh.. ternyata Jabariyah yang benar". Keluhnya.
" Saya gagal karena memang takdir saya begitu".
Blep.. .Silih berganti, perasaan tersebut saling bertukaran, berebut seiring dengan perputaran jalan hidup manusia. Namun, kenyataannya takdir bekerjanya takdir tidak mampu dipahami sebagian besar manusia, sebagaimana dakwah para ulama mengenai kehidupan dan takdir itu sendiri.

Hingga akhirnya~sekarang ini~ takdir masih tetap 'misteri'. Dan menyimpan tanda tanya dalam relung dada setiap umat~menyesak kadang mampu menghimpit,
melahirkan 'sergahan' yang dialamat-kan kepada Tuhan. Keluhan, tidak terima, sanggahan, protes, menjurus kepada apriori dan apatis bahkan skeptis.
Diujung pencarian, yang melelahkan akhirnya manusia ngomel dengan bahasanya.
"Ya sudah sekarepmulah Tuhan..toh". " Tuhan sendiri yang menciptakan manusia!". Lho....!. Ngambek nih...!.". dalam hati saya tersenyum simpul, mengamati dialog yang terjadi dalam otak saya sendiri.

Jauh menerawang~Sayang sekali saya hanya menemukan file-file literatur dari teologi Islam di otak saya, maklumlah saya masih belum sempat mempelajari kitab-kitab yang lain. File inipun sisa-sisa saya ngaji dulu. Jadi saya harap dimaklumi saja. Saya coba ngeles nih.Maklum kapasitas saya tidak sampai kesana studi lintas agama. Wah...jauh sepertinya.

Dua mainstream besar yang mewakili paham kepercayaan manusia akan takdir~ dalam teologi Islam adalah Jabariyah dan Qodariyah. Saya anggap ini mewakili dari teologi yang lain. Mewakili paham Fatalis dan Free Will. . Pertanyaannya mengapa manusia masih terus mempertanyaakan takdir dan nasibnya..?. Kepada siapa mereka bertanya?. Lihatlah praktek para juru ramal, para normal, dan dukun-dukun menjadi terkenal dimana-mana di televisi koran , radio, internet, sms, bak selebritis sekarang ini. Fenomena apa sebenarnya.
Jelas bahwa agama disini tidak mampu memberikan pemahaman yang cukup kepada umatnya masing-masing. Bukan begitu ya ?. Wah, kesannya saya jadi menghakimi ya?. Lah siapa sih saya!. "Ya nggak apa-apa saya cuma ngomong dalam pikiran saya sendiri kok". Membela diri rupanya saya ini.

Terbayang cukup jelas dalam ingatan saya ayat-ayat yang digunakan untuk mendukung masing-masing paham mereka, dan ironisnya ayat-ayat itu semua termuat dalam satu kitab suci (al Qur'an) yang sama. (Mungkin hal ini terjadi juga pada Injil dan kitab lainya). Jikalau masing-masing termuat di dalam kitab yang terpisah, sendiri-sendiri mungkin saya masih maklum kalau ada pertentangan diantaranya. Lha , ini semua termuat dalam kitab yang sama kok di pertentangkan ya...?. Saya tidak habis pikir, ulama-ulama yang begitu amat sangat terkenal dan memiliki wawasan yang sangat luar biasa. Hanya mengedepankan salah satu ayat dan mengabaikan ayat yang lainnya. Masing-masing berpegang kepada penggalan-penggalan secara parsial dari sekian ayat yang berada di kitab Dan mengabaikan ayat yang lainnya. Kalau diambilnya cuma sepotong bagaiaman memahami secara utuh..?..Waa.. lagi-lagi saya menghakimi. Duh, otak memang kagak bisa di atur.
Samar-samar dalam ingatan saya,~menguat ingatan~ ada satu paham yang menyeruak ditengah-tengah, diantara Jabariyah dan Qodariyah. (Fatalis dan Free Will)~. Kecele rupanya saya ini.~ Paham ini sepertinya, mengakui keberadaan semua ayat dalam sebuah pemahaman yang utuh. Kalau begitu masalah selesai bukan ?. Kenapa kenyataannya paham ini tidak mampu berdiri ditengah-tengah, memberikan kesejukan kepada umat. Bahkan paham ini justru menjadi aliran baru lagi~tak pelak paham ini pun menjadi sasaran tembak bagi lainnya. Jadi makin ramai deh. Dunia 'persilatan lidah' dalam ranah teologi Islam, menemukan bentuk baru yang unik.?.
Etika apa sebenarnya yang terjadi dalam komunitas Islam itu sendiri.?. Setiap golongan menggumuli, dan menbentuk sekterian-sekterian baru, ada wahabi, salafi, ahli sunnah, belum ranting-ranting lainnya. Berkotak-kotak memberikan warna yang kadang malah jadi kumuh. Atau mungkin ini terjadi juga dalam umat umat agama lain ?. Makin liar rupanya saya menjelajah.

Pikiran coba saya hentikan, sudah makin dekat rupanya kantor tempat saya bekerja, sekitar 2 jam perjalanan dari rumah . Entah kenapa perjalanan pagi ini hampir tidak terasa. Apa karena banyak pikiran menggayuti saya. Wah...mikir opo rek.?. Sayang rasanya otak saya tidak mau dihentikan begitu saja, dan dalam waktu yang singkat semacam tarikan kuat memaksa saya agar menjelajah ke file-file di otak saya lagi.

Baiklah nanti sesampainya di kantor saya akan main game saja...sungguh ini bukanlah masalah yang sepele. Ulama-ulama besar dunia sudah menghabiskan berpuluh-puluh kajian untuk mengupas semua ini sampai tuntas. Tak peduli umat yakin , mengerti, sampai atau tidak maksud yang diinginkan?. Sudah!. Yang penting bikin fatwa saja, sebanyak-banyaknya. Siapa yang bikin fatwa terbanyak itulah yang benar. Maka berlomba-lombalah semua orang yang mengaku ulama memproduksi fatwa. Bila memungkinkan menggunakan mesin yang otomatis, sehingga akan lebih cepat dan masal. Waa.. ini namanya skeptis dong. Lha terus.. Bagaimana lagi...namanya juga sudah mumet nih.


okelah...mendingan dilanjutkan nanti dikantor saja.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali