SEGUMPAL DARAH 1

Seri Kajian Lanjutan : Menapak Jalan Spiritual Subtema Membaca Sunatulloh (Bagian Akhir). Diturunkan dalam 2 tulisan. Insyaallah.




SEGUMPAL DARAH


Udara tiba-tiba senyap. Keheningan menyapu merambah memasuki setiap relung gua. Hawa dingin menusuk tulang. Mencengkeram apapun yang berada disitu. Langit malam begitu hening. Binatang disekitar tidak ada satupun yang berani bersuara apalagi menampakan dirinya. Mereka beringsut perlahan menjauhi gua yang semakin dingin, nyaris mendekati kesenyapan. Rerumputan disekitar meruduk tak bergoyang dan tidak juga menengadah. Merunduk semampunya, sepertinya ada sebuah kekuatan dahsyat yang menahannya menunduk. Tidak ada angin, tidak ada udara, di kehampaan, udara yang kosong, dan kosong saja. Tidak ada suara apapun, tidak ada denting tidak ada desir. Hanya sedikit cahaya bintang yang menembus ke dalam relung gua. Udara padang pasir yang biasa masih menyisakan panasnya, seperti mengalah. Dan ketika saja..Tiba-tiba..!. Melesat tanpa bersuara dan BLAAR..!. Diiringi seperti gemerincing lonceng yang ditalu, menggetarkan jantung, sinar berkilau, seketika munculah JIBRIL dihadapan Rosululloh yang sedang tafakur. “BACALAH..!.”. Sambil mendekat, mendekap tubuh yang terdiam, tubuh yang masih belum mengerti apa yang terjadi, dan apa yang tengah dialaminya. “Aku tidak bisa membaca..!.” BACALAH..!. Dekapan mengencang, mengunci seluruh tubuh, nafas tertahan, sendi-sendi tulang seakan remuk, bergetar, gemetar otot-otot sendi, menggeletarkan seluruh tubuh, seluruh permukaan tubuh tepat di ujung-ujung syaraf. “Aku tidak bisa membaca !”. Nafas semakin memendek, tersekat di kerongkongan, oksigen semakin menipis. Kesadaran semakin nanar, nyaris hilang. Antara ada dan tiada hampir lenyap. Terdengar sayup suara memerintahkan kepada diri yang hampir tiada. BACALAH..!. Seiring dengan perintah itu, dekapan seketika terbuka. BLAST..!. Himpitan tadinya bagai palu godam menindih dadanya, yang membuatnya sesak sulit bernafas, baru saja terlepas, oksigen mengalir dengan cepat ke seluruh tubuh, memasuki otak, memasuki ke seluruh ujung syaraf yang hampir saja mati. Memasuki ke pori-pori hingga ke ujung yang terjauh sekalipun. Dada yang nyaris pecah, tiba-tiba PLONG luar biasa..

He..eh..!. Helaan nafas mengalir amat dalam. Bersama aliran oksigen yang bak air bah menghujam syaraf, mengalirkan pemahaman luar biasa.Menjungkir balikan semua logika. Mengerti.. NGEH..ya..mengerti sudah !, siapa yang membaca..ya..mengerti kini !.. apa yang di baca.. YA MENGERTI SUDAH. Paham ya Beliau sekarang dipahamkan, Beliau amat paham sekarang. Semua seperti disusupkan begitu saja, seperti di tarok . BLEGH..DER..!. Kemudian tubuh kembali bergetar, mengeletar dengan lebih hebat lagi, Mengigil ..syaraf seperti diserang hawa dingin yang maha dahsyat, tak mampu ditolaknya, terjadi begitu saja, saat tengah membaca dan saat semakin membaca. Hati diliputi rasa takut yang dalam, mencengkeram sendi dan urat syaraf. Memaksanya tersungkur, merunduk dan bersujud. ”BACALAH ATAS NAMA TUHANMU YANG MENCIPTAKAN”. Menjadi sebuah rangkaian pembuka..membuka hijab selama ini. Akhirnya semua dimengerti..menjadi mengerti..dan paham.. menimbulkan ketakutan yang maha dahsyat..gemeletak geraham menahan dinginnya hawa yang merasuk..tubuh, tak kuasa, tak mampu lagi dikuasainya..maka Beliau berlari dan berlari meninggalkan goa Hiro. Dan berucap lirih ”Selimuti aku..selimuti aku..!”.

Apa yang di baca. Mengapa nampak begitu nyata, mengapa mengakibatkan efek sedemikian dahsyatnya bagi ketubuhan. Peristiwa apakah yang di baca..?. Kejadian apakah yang dibaca ?. Bagaiman menjelaskannya..?. Jangan dibayangkan, sebagaimana halnya orang presentasi. Malaikat Jibril melakukan presentasi dengan membawa OHP (Over Head Projecktor) di hadapan Rosululloh, dengan Power Point dan Beliau kemudian di suruh meembacanya. Ups, tidak..bukan begitu..! Jangankan membaca, melihat tangan sendiri di dalam gua dalam kondisi malam hari tentunya sulit, apalagi melakukan aktifitas membaca.

Pertanyaan itu mungkin menggaung hingga kini, banyak orang menafsirkannya dengan pelabagai macam asumsi dan versi. Ada yang bersikap menafikan kejadian tersebut, menganggap bahwa perintah “BACALAH..!” hanya berlaku untuk nanti. Dengan asumsi bahwa aktifitas membaca adalah hanya untuk mata saja. Dengan menganggap bahwa itu adalah perintah untuk mempelajari ilmu pengetahuan. Perintah “BACALAH” di persepsikan dengan persepsi manusia tentang aktifitas baca dan tulis saja. Benarkah begitu..?. Namun mengapa saat dan sesudah datang perintah tersebut saat itu, tubuh rosululloh menggigil sedemikian hebatnya. JIkalau Rosululloh tidak melakukan aktifitas real saat itu ‘membaca’ mana mungkin mungkin berakibat hebat terhadap ketubuhannya. Bukankah ini logikanya..?.

Menjadi jelas kemudian saat setelah Al qur’an turun secara berangsur-angsur. Kita jadi mengerti, rupanya, Al qur’an Itulah yang dibaca Rosululloh. Kitapun menjadi paham. Saat itu kejadiannya, satu demi satu diperlihatkan kepada Rosululloh berupa rangkaian, berupa lintasan-lintasan, gambaran kisah-kisah kejadian, berupa puzzle-puzle yang demikian jelas terbaca. Seperti melihat, merasakan, berada bersama, mengikuti dan tenggelam di dalamnya, berjalan bersama lorong waktu. Saat penciptaan alam semesta, saat langit masih berupa kabut, saat diperintahkan langit dan bumi untuk tunduk, saat di tegakkannya langit tanpa tiang. Bagaimana digelar perhelatan akbar oleh Tuhannya dan berlaku hukum-hukum yang mendahului semuanya itu. Sunatulloh yang berlaku atas seluruh ciptaan-NYA.Nampak dengan nyata sekali terbaca di depan matanya. Masih tarus berlanjut, Kemudian bagaimana gunung di pancangkan, di jatuhkannya air hujan dan tanah menjadi subur, di antaranya kemudian muncul kehidupan satu demi satu, dari jasad renik, hingga tanaman yang menjulang ke angkasa, dari binatang melata hingga Dinasaurus yang meraksasa begitu fenomenal tampaknya. Dari jin hingga kemudian di turunkanya manusia. Di mulai kemudian dari kisah Adam dan penciptaannya. Skenario Tuhan terlintas satu demi satu, puzzle itu harus Beliau baca, tidak bisa tidak, sukarela atau terpaksa Beliau harus melihat semuanya itu. Merasakan dengan membaca. Bagaimana bergulirnya waktu, bagaimana selanjutnya, manusia ber golong-golongan, ber suku-suku, dan lain-lainnya. Dipergilirkannya malam dan siang, si kaya dan si miskin, si jahat dan si baik, hingga kemudian akhirnya diperlihatkannya isi surga dan neraka. Bagaimana manusia, dan nasibnya bergulat di dalam neraka jahanam. Memilukan sekali..!. Semua jelas sekali terbaca. Ya Beliau bisa membaca dengan detail sekali. Beliau membaca sudah..!. Dari dunia pada awalnya hingga dihancurkannya jagad semesta ini. BLANG…!. Betapa dahsyatnya peristiwa-peristiwa itu. Bagaimana menceritakannya, Beliau harus mengabarkan semua itu kepada manusia yang mau. Manusia yang bersedia di selamatkan. Itulah kejadian yang benar. Bagaimana sesudahnya..sungguh menggiriskan hati..maka luluh lantaklah persendiannya..dingin teramat dingin hawa merasuk ke tulang .. telah membuatnya tak mampu berkata..tak mampu sudah..tak mampu bicara..!. Sungguh sulit mengkhabarkan semua kejadian itu..ya Beliau telah membaca semua.. maka Beliau hanya mampu berucap, dengan bibir yang bergetar hebat..”Selimuti aku..selimuti aku..!”.

Sungguh jikalau manusia mampu membaca sebagaimana Rosululloh membaca, manusia akan semakin yakin bahwa berita akan hari akhir itu benar adanya. Untuk itu marilah kita masuki kajian terakhir dari serangkain kajian MENAPAK JALAN SPIRITUAL subtema MEMBACA SUNATULLOH. Marilah kita masuki kajian membaca SEGUMPAL DARAH, Mencoba ikut membaca sebagaimana Rosululloh ‘membaca’-nya dahulu. Merasakan hal yang mendekati saja, tak perlu sama !. Tak apa walaupun tak bisa dikatakan sama persis. Setidaknya kita mencoba ikut merasakan apa yang dialami Rosululloh di goa Hiro saat itu. Setelah sebelumnya beberapa kajian telah coba dihantarkan. Hasil bacaan salah seorang anak manusia. Semoga dengan kajian ini, kita dapat memahami JIWA, RUH, AKAL, dan RAGA, SERTA BASHIROH, dan siapakah atau apakah hakekat manusia itu sendiri. Memahami beberapa istilah yang selama ini sering muncul dalam beberapa kajian sebelumnya.


Mengapa darah..?
Setelah Jibril memerintahkan membaca, kemudian di kenalkanlah kepada Tuhan, dikenalkan dengan Allah oleh Jibril. Rosululloh dikenalkan..“dengan nama (Allah) Tuhanmu yang menciptakan “. Dikenalkan Bahwa yang menciptakan alam semesta dan semua kejadian-kejadian menyertainya adalah Allah dengan segala sifat-sfat-NYA. Hal yang sama, sebagaimana saat ketika nabi Ibrahim ingin mengenal Tuhannya, diamatinya matahari dengan siangnya, dan malam dengan bulan dan bintangnya, seluruh alam semesta dan jagad isinya berserta kejadiannya. Hingga sampailah nabi Ibrahim kepada pemahaman bahwa Ada Tuhan yang menciptakan semua itu. Allah Tuhan Ibrahim yang menciptakan.!. Dan Rosululloh kemudian mengerti serta paham sekali. Dari pemahaman satu ke pemahaman lainnya, seterusnya semua bergulir. Berlanjut bagaimana manusia dan penciptaannya. Bagaimana Tuhan menciptakan manusia dari segumpal darah. Nah..!. Sebentar kita berhenti disini untuk mengkaji. Mengapa informasi yang diterimakan pertama kali, tentang penciptaan manusia adalah dari segumpal darah..?. Manusia dari segumpal darah..?. Bukankah pengetahuan kita saat ini, manusia di ciptakan dari tanah. Kemudian di lainnya di informasikan dari tulang sulbi laki-laki, dari air yang memancar. Bagaimana menjelaskan ini..?. Mengapa dan ada apa dengan darah..?. Petunjuk apakah yang diberikan dengan membaca ‘segumpal darah’ manusia..?. Apakah JIwa, Ruh dan Akal manusia berikut raga dan bashiroh, rahasia-nya kemudian tersimpan dalam ‘segumpal darah’. Mungkin inikah hakekatnya, menjadi petunjuk yang menuntut kita untuk mengkajinya..?.

"Bacalah !. dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.Bacalah !. dan Tuhanmulah yang paling Pemurah, Yang mengajar manusia dengan kalam.Dia mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya"
(QS Al-’Alaq : 1-5).

Mengapa..?. Logika kita kemudian bekerja. Bukankah tubuh kita saat ini memang terdiri dari darah. Tidak ada satu inci pun bagian tubuh kita yang tidak teraliri dengan darah. Hingga titik terujung sekalipun pasti mendapatkan aliran darah, dari rongga dada hingga ujung syaraf terjauh manusia. Semua teraliri darah, jika tidak maka sel-sel di tempat tersebut akan mati dan jaringan di tempat itupun akan ikut mati pula. Pendeknya seluruh antifitas ketubuhan kita di supply dari bahan-bahan yang dibawa darah. Darahlah yang mengatur sirkulasi itu. Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme berupa karbon dioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa kembali ke jantung melalui vena pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta. Darah mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh melalui saluran halus darah yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena cava superior dan vena cava inferior. Luar biasa.

Itulah hal penting pertama yang dapat kita rasakan. Hal penting lainnya, adalah komposisi darah. Apakah yang terkandung di dalam darah manusia. Unsur-unsur apakah yang di bawanya..?. Setelah mengetahui apa yang terkandung dalam darah. Maka kita jadi tersadar, ternyata darah manusia membawa unsur-unsur tanah yang menjadi asal-usul dalam penciptaan manusia. Maka tidaklah bertentangan antara ayat pertama tersebut dan yang turun kemudian. Unsur-unsur tanah di bawa dalam darah, ada yang telah berikatan menjadi protein, lemak, gula, garam, hormon-hormon dan lain sebagainya. Maka kata ‘segumpal darah’ menjadi tepat sekali menjelaskan dari awal kejadian ataupun sesudah menjadi manusia itu sendiri. Segumpal darah mengandung seluruh unsur-unsur tanah yang menjadi penyusun tubuh manusia, menjadi cikal-bakal penciptaan manusia. Dan segumpal darah tersebut kemudian menjaga ketubuhan itu tetap sebagaimana pencipataannya, dengan terus menerus senantiasa mengalir di sekujur tubuh manusia. Mengganti sel-sel baru, organ-organ yang usang dan sudah mati. Hakekatnya setiap saat diciptakan lagi dan lagi, setiap sel yang mati diganti, diciptakan lagi. Maka tak heran jika manusia hari ini tidaklah sama 100% struktur tubuhnya dengan 1 hari yang lalu. Mungkin malahan sudah berbeda sama sekali. Apalagi bila dibandingkan masa bayil dan dewasanya. . Atom C H dan O,serta atom-atom penyusun tubuh lainnya di saat bayi mungkin sudah disubtitusi dan diganti oleh atom-atom sejenis dari lainnya. Atomnya sama namun bukan atom yang kemarinnya lagi. Tukar shift-lah. Begitu silih berganti, menandai waktu dan hari. Atom terus berkreasi membongkar tubuh manusia. Banyak bagian tubuhnya yang diciptakan , diganti, dirombak, ditukar dengan yang baru, dari dan oleh segumpal darah. Menciptakan manusia dari setiap sel-nya, setiap saat dari hari ke hari dengan segumpal darah. Di dalam tubuh manusia itu sendiri tanpa disadari oleh manusia itu sendiri. Kulit kita tanpa sadar telah berganti setiap kali dan setiap hari. Maka dari ke hari hakekatnya kita adalah manusia baru. Betul-betul ciptaan baru, jika kita lihat dari hakekat atom penyusun tubuhnya. Dan Tuhanmu Maha Kuasa melakukan itu.

Kemudian apakah dengan membaca pergerakan unsur-unsur tersebut dalam darah dan juga sifat perilakunyanya, maka kita akan mampu membuatkan analogi dan berikutnya kita juga dapat mengenali dan membedakan setiap entitas dalam diri kita, hakekat diri kita..?. Mengenali Jiwa, ruh, akal raga dan bashiroh. Semua entitas yang ada di dalam ketubuhan kita ?. Mungkinkah..?.


Hakekat Jiwa dan Ruh
Apabila kita membicarakan Ruh atau Jiwa maka senantiasa kita akan menyandingkan dengan beberapa nash dari Al qur’an yang dapat di jadikan petunjuk atas pemahaman itu. Beberapa ayat tersebut juga akan kami sandingkan dalam kajian ini ;

"Maka apabila telah Aku menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan kedalamnya Ruh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud." (Al Hijr,29).

Menjadi pertanyaan kita. Entitas seperti apakah Ruh yang ditiupkan itu..?. Bagaimana wujudnya..?. Apakah Ruh yang dimaksud adalah sebagaimana entitas yang menggerakan ketubuhan..?. Action..?. Jikalau hanya ini yang dimaksud, kenapa malaikat dan makhluk lainnya di suruh bersujud. Mengapa ?. Kenapa begitu dimuliakannya manusia, sedemikian rupa hingga seluruh mahluk di suruh bersujud kepada Adam..?.

Pemahaman Ruh dan Jiwa sering kali membingungkan kita, apakah Ruh sama dengan Jiwa. Apakah Jiwa dapat menjadi Ruh..?. Atau sebaliknya. Yang manakah yang Jiwa dan yang manakah yang Ruh. Lalu kemudian, sebenarnya entitas manakah yang dimaksudkan dengan Ruh itu sendiri..?. Oleh Al qur’an. Sering Ruh dimaksudkan sebagai entitas yang ‘menggerakan’ ketubuhan kita. Baik menggerak Jiwa ataupun menggerakan Raga. Artinya Ruh-lah yang menggerak An-nafs. Namun kenapa saat tidur manusia masih bisa bergerak..?. Bagaimana dengan binatang, apakah Ruh-nya sama dengan manusia..?. Bukankah binatang juga bisa bergerak. Seperti monyet misalnya memiliki ketubuhan yang nyaris sama betul dengan manusia. Monyet juga bisa ‘action’ seperti kita. Kalau begitu Ruh monyet akan sama dengan Ruh kita..?. Bagaimana ini..?. Masih banyak sekali pertanyaan yang tidak terungkap. Bagaimana jikalau kita mati, apakah Ruh akan terus mengikuti jiwa kita. Bagaimana kalau Jiwa mengalami siksaan kubur. Apakah Ruh akan ikut serta di siksa..?. Lha..Kalau begitu Ruh manakah yang kembali kepada Tuhan..?. Kemudian menjelaskannya bila pemahaman ini kita sandingkan dengan ayat "Dan demi jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya)" (QS Asy Syams: 7 ). Apakah yang dimaksud Jiwa pada ayat tersebut sama dengan pemahaman Ruh. Jika Ruh hanyalah entitas penggerak ?. Apakah yang akan di sempurnakan..?. Inilah yang membingungkan kita jikalau kita tetap berasumsi dan menganggap bahwa Ruh yang dimaksudkan dalam Al qur’an hanya di ‘persepsi’kan sebatas Ruh sebagai entitas yang ‘menggerakan’ An nafs saja.

Kemudian bagaimana juga dengan pemahaman ayat berikut ini;

“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; Maka dia tahanlah jiwa (orang) yang Telah dia tetapkan kematiannya dan dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan *]. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.” (QS. Az Zumar ; 42)

[*] Note pada tafsir : Maksudnya: orang-orang yang mati itu rohnya ditahan Allah sehingga tidak dapat kembali kepada tubuhnya; dan orang-orang yang tidak mati Hanya tidur saja, rohnya dilepaskan sehingga dapat kembali kepadanya lagi.


Nah. Ternyata Ruh juga bisa di tahan dan dikembalikan lagi. Maka jika Ruh adalah hanya dipahami sebagai entitas pemberi gerak saja atau ‘action’ nya saja, tentunya ketika di tahan orangnya juga tidak bisa bergerak. Bukankah logikanya begitu. Selanjutnya, beberapa pengertian yang ada mengenai Ruh tersebut, menjadi pertanyaan kita kemudian, apakah sebenarnya Ruh yang dimaksudkan dalam Al qur’an. Dan menjadi pertanyaan berikutnya. Mungkinkah Ruh yang ditiupkan kepada manusia saat penciptaannya, memiliki banyak tampilan yang tampak dari luarnya. Sebagaimana pemahaman manusia perihal wajah. Pada pemahaman ‘wajah’ manusia banyak sekali persepsi yang bisa dinisbatkan kepada satu hal saja pada tampilan ‘wajah’. Wajah sedih, wajah gembira, wajah kecewa, dan lain sebagainya. Apakah begitu. Apakah Ruh memiliki banyak wajah..?. Sungguh kita diberikan pengetahuan hanya sedikit, inilah masalahnya. Bagaimana untuk mengerti semua itu..?.

"Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Roh, katakanlah : Roh itu termasuk urusan-Ku (amr-Tuhanku) dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit ." (QS; Al Isra' :85)

Sungguh ayat ini melegakan sekali. Karena setelah berkutat sekilian lama, kesana kemari berabad-abad lamanya hingga sekarang ini. Setelah lelah sudah dan tak kurang sudah ribuan ulama mencoba mengurai dan mengkaji, dan mengkhabarkannya kepada manusia. Tetap saja manusia tidak akan mengerti dan juga tetap saja manusia tidak akan mampu menjelaskan hakekat sebenarnya apa itu RUH. Karena sudah ketetapan Allah begitu adanya. Meskipun manusia mendapatkan hidayah-NYA, hingga paham dan mengerti akan Ruh, namun sejatinya tetap saja dia tidak akan mampu menjelaskannya kepada orang lain. Pengetahuannya hanyalah cukup untuk diri sendirnya saja. Jelas sekali ayat itu berkata kepada kita. Sebagaimana ayat ini berkata kepada Muhammad seorang Rosul Allah. Bahwa sesungguhnya urusan-KU (Allah) yang akan menjelaskan tentang bagaimana hakekatnya Ruh itu. Terserah kepada Allah bagaimana cara DIA mengajarkan pemahaman itu kepada setiap hamba-hamba-NYA. Itu Urusan ALLAH nanti yang menjelaskannya kepada mereka sendiri !. Memberi jawaban kepada penanya yang ingin tahu. Karena pemahamannya sangat individual sekali. Itulah yang disampaikan ayat tersebut.


Maka ayat tersebut meski dipahami, bahwa bukan entitas RUH itu sebagai bentuk ‘wujud’ yang urusan Allah sehingga manusia tak perlu ambil pusing dan juga tidak peduli. Tidak perlu tahu. Cuek saja deh !. Urusan Allah kok !. Namun harus dipahami bahwa Allah yang akan memberikan hidayah-nya. URUSAN-KU (ALLAH) tentang hakekat Ruh seberapa banyak perlu diketahui manusia dan maka AKU (Allah) sendiri yang akan memberitahu , memberikan petunjuk,. URUSAN-KU (Allah) untuk memberikan pengajaran apa saja seperlunya agar manusia mampu memahami hakekat Ruh itu. Urusan-KU untuk memberikan hidayah itu, kepada siapa saja yang ALLAH kehendaki. Urusan-KU (Allah) sedikit atau banyak pemahaman yang akan diajarkan. Urusan-KU (Allah) untuk menjelaskan apakah RUH itu. Apakah RUH itu, yang telah di tiupkan pada penciptaan manusia..?. Dan akan disempurnakan pengajarannya kepada manusia yang ingin mengerti dan sungguh-sungguh mendekat kepada-NYA. Maka hanyalah Orang-orang yang memohon untuk di selamatkan. Yang kan diberikan pengajaran-NYA.Bentuk pengajaran yang unik, dan caranya akan disesuaikan berdasarkan prinsip keadilan Tuhan atas setiap hamba. Pengajaran itu tidak sama kepada orang yang berilmu dan yang tidak, juga kepada si miskin dan si kaya, atau kepada si baik dan si jahat, serta kepada yang berpangkat dan rakyat jelata. Bahkan kepada setiap manusia per-individu juga akan tidak sama, sangat personal sekali antara Khalik dan Hamba. Maka setiap manusia harus mampu belajar sendiri memohon hidayah-NYA, menghadapkan diri kepada Illahi. Maka manusia akan di berikan pemahan ‘sedikit’ demi ‘sedikit’ tergantung kepada kemampuan dan kesungguhan setiap manusia. Ruh itulah URUSAN Tuhanmu dalam mengajarkan cara-nya agar manusia mampu membaca dan mengerti untuk dapat memahami. Sebagai mana sumpah Allah "Dan demi jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya)" (QS Asy Syams: 7 ). Maka tugas kita hanyalah menyiapkan diri kita untuk diberikan pengajaran dan dipahamkan.

Makna ‘sedikit’ dalam memahami ayat tersebut bukanlah kepada aspek kuantitasnya. Namun lebih kepada kualitasnya. Meski diberikan pengetahuan ‘sedikit’ namun rasanya sudah cukup untuk menghantarkan manusia menghadap kepada Tuhannya. Dengan pemahaman yang ‘sedikit’ itu pun manusia akan mampu ‘melihat’ Tuhan-nya. Itulah yang diperlukan manusia. Bila di buatkan skala mungkin makna ‘sedikit’ menempati skala 1 s/d 10. Ada orang yang cukup untuk meraih iman dengan pemahaman Ruh di skala 3, namun ada orang lainnya yang membutuhkan skala 8 atau 9. Semua sangat tergantung kepada manusianya. Latar belakangnya, persepsinya dan banyak sekali faktor yang mempengaruhi. Semua itu nanti akan kita bahasa dalam subtema lainnya PENGAJARAN ALLAH.


Ruh adalah rahasia Tuhan yang di tiupkan kepada nafs (jiwa atau badan). Roh ini menyebut dirinya AKU, yang disebut bashirah (yang mengetahui atas jiwa, qalb, fisik dll. - lihat tafsir Shafwatut Attafaasir surat Al qiayamah: 14 ). Baiklah untuk sedikit mengurai rasa penasaran kita, marilah kita coba kaji dengan menggunakan beberapa percobaan pada bab berikut ini; Bab Tentang Atom dan Kreasi-nya. Dari uraian tersebut di harapkan kita sedikit mendapatkan gambaran apakah itu Ruh dan apakah itu Jiwa. Meski dengan keterbatasan tadi. Karena begitu sedikitnya pengetahuan tersebut, sebagaimana bila kita ter hijab. Akan kita kija di halaman berikutnya. Wollohualam



BERSAMBUNG …

Atom yang cerdas yang merangkai menjadi bentuk sekarang manusia ini..



Salam Arif



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali