Kajian Al Hal 2, Manusia Banyak Wajah


Penulis akan mencoba memasuki pemahaman jiwa melalui perumpamaan-perumpamaan, yang dekat dengan diri kita. Melalui beberapa pendekatan hukum-hukum dalam ilmu pengetahuan Penulis akan mengajak kepada sidang pembaca untuk memahami suasana jiwa manusia dan bagaimana pengaruhnya kepada tampilan wajah sang jiwa tersebut. Hukum hukum ini perlu penulis sandingkan, sebab hukum-hukum ini telah menjadi konsesus bersama, yang kita yakini memiliki kebenaran secara ilmu pengetahuan, adalah hukum-hukum yang mampu menjelaskan bekerjanya suatu system di alam raya ini.

Analogi atas hukum-hukum ini, akan membawa kita untuk memahami mengapa jiwa manusia dalam keadaannya begitu. Serangkaian bekerjanya hukum-hukum alam akan coba disajikan. Hukum kekekalan energy, hukum kelistrikan, hukum medan gaya magnet, atau hukum yang menjelaskan adanya sebuah system yang menjadi penyebab  terjadinya cuaca atau iklim di suatu daerah. Dan lain sebaginya.

Beberapa hukum diantaranya sudah penulis paparkan dalam kajian-kajian terdahulu. Maka dalam kesempatan ini penulis akan mengusung hukum-hukum yang mempengaruhi iklim suatu wilayah. Hukum yang menjelaskan keadaan iklim atau cuaca suatu daerha di permukaan bumi, yang menjelaskan mengapakan keadaan wajah belahan bumi yang satu berbeda dengan belahan bumi yang lainnya.  Hukum-hukum inilah yang  mungkin sedikit lebih mendekati untuk menjelaskan keadaan jiwa (wajah-wajah) manusia. 

Wajah-wajah bumi

Sebagaimana kita ketahui bersama. Susunan tubuh kita terdiri dari atom-atom penyusun bumi. Maka karena ini penulis memberanikan diri  menganalogikan bahwasanya tubuh kita adalah seumpama bumi itu sendiri. Bumi memiliki udara, tanah dan air. Unsur-unsur inilah yang menjadi bagian tubuh bumi. Demikian halnya juga manusia. Manusia juga memiliki unsur udara, tanah, dan  air, yang menjadi bagian dari tubuhnya.

Bumi akan beputar, ber rotasi, bumi juga akan mengelilingi matahari (revolusi). Pada saat sisi bagian bumi menghadap matahari, maka tampilan wajah bumi di belahan tersebut akan menjadi panas. Panas ini akan mempengaruhi banyak hal, seperti; Suhu, Tekanan udara,  kelembaban udara, hujan dan angin. Komponen-komponen inilah yang mempengaruhi keadaan suasana suatu wilayah di permukaan bumi, sehingga terbentuklah keadaan yang kita namakan dengan cuaca atau iklim. Keadaan iklim disuatu wilayah  belahan bumi inilah yang akan memjadikan wajah bumi ini, menjadi berbeda-beda tampilannya dari satu belahan bumi di bandingkan dengan  belahan bumi lainnya,  diseluruh permukaan bumi ini.

Dengan kata lain; terjadinya iklim yang bermacam-macam di muka bumi, disebabkan oleh rotasi dan revolusi bumi serta adanya perbedaan garis lintang. Yaitu suatu garis  yang dapat kita maknai sebagai garis yang menjelaskan seberapa banyak permukaan bumi tersebut terkena cahaya matahari di bandingkan dengan permukaan bumi lainnya.

Intensitas cahaya matahari yang mengenai suatu wilayah menjadi faktor penentu, Kemudian atas pembagian garis inilah, secara aklamasi kita bagi bagian bumi menjadi beberapa potongan di dalam sebuah garis (lintang). Kemudian selanjutnya melalui pengenalan atas wilayah yang diarsir oleh garis ini kita dapat membagi wilayah permukaan bumi menjadi bagian-bagian yang memiliki wajah masing-masing.  Maka karenanya wajah bumi kita kenali dengan iklimnya; Tropis, sub tropis, sedang dan dingin.

Ketika belahan bumi menghadap matahari maka akan terjadi panas yang terus menerus di belahan tersebut. Panas matahari  akan menaikan suhu udara, suhu udara yang meningkat akan menjadikan tekanan udara menjadi rendah. Sementara tekanan udara belahan bumi lainnya dalam keadaan tinggi. Perbedaan tekanan  ini akan menggerakan udara, gerakan udara inilah yang kita sebut angin. Pergeseran angin inilah yang mampu kita amati. Jika perbedaan tekanan udara ini demikian besar dan dalam situasi ekstrem maka angin akan bergerak dengan kecepatan dan dengan intensistas, serta densitas yang akan hebat sekali, yang kemudian kita kenali sebab angin toufan dan lainnya,  Angin inilah yang nampak dalam pengamatan kita. Angin inilah yangmampu kita rasakan sebagai realitas atas udara itu sendiri.

Perlahan marilah kita analogikan kembali. Saat kita hadapkan diri kita kepada selain Allah. Jika kemudian selain Allah kita analogikan adalah matahari. Maka selanjutnya tentunya kita dapat menjelaskannya sendiri dari ilustrasi diatas. Energy selain Allah kita umpamakan memiliki sifat panas. Panas ini akan menaikkan suhu, suhu yang tinggi menyebabkan tekanan udara menjadi rendah. Maka udara akan mengalir dari tekanan tinggi ke wilayah yang bertekanan udara rendah. Udara akan mengalir ke wilayah yang memiliki suhu udara yang lebih panas. Pergerakan udara ini disebut angin. Pergerakan udara (hawa) ini lah yang mampu dirasakan oleh jiwa manusia. Jika pergerakannya sedemikian cepat dan dahsyat maka akan dahsyat pula yang dirahsakan sang jiwa. Jika pergerakan ini menjadi menetap maka akan disebut iklim. Maka wajah bumi akan dapat kita bedakan dari iklimnya.


Dari analogi tersebut dapat kita ambil hikmahnya adalah, bahwa wajah bumi (iklim) disebabkan oleh karena bumi menghadapkan dirinya kepada matahari. Matahari adalah sumber panas (cahaya). Panas inilah yang akan berperanan besar  terhadap bekerja system perubahan iklim di permuakaan bumi ini. Secara lebih tegasnya adalah, bahwa iklim bumi akan dipengaruhi oleh komponen-komponen cuaca yaitu; Suhu, Tekanan udara,  kelembaban udara, hujan dan angin. Komponen-komponen ini akan bekerja secara sinergis dan simultan mempengaruhi cuaca atau iklim suatu wilayah di permukaan bumi. Dimana semua bisa terjadi dikarenakan belahan bumi dimaksud menghadap dirnya kepada matahari.

Marilah kita coba analogikan dengan wajah-wajah kita (sifat-sifat) jiwa manusia. Kemudian mari kita lanjutkan analogi ini. Bagaimanakah system bekerjanya komponen cuaca  telah mempengaruhi wajah-wajah bumi. Maka demikian pula komponen keimanan telah mempengaruhi keadaan jiwa manusia. Kita telah tahu bahwa komponen keimanan kita adalah Iman kepada Allah, malaikat Allah, Rosul Allah, Kitab Allah, hari Akhir, dan iman kepada Qodho dan Qodhar. Komponen ini akan menjadi faktor penentu perubahan wajah (sifat) manusia, Jika diri manusia menghadapkan dirinya kepada selain Allah maka komponen tersebut akan bekerja secara otomatis, menimbulkan pergerakan hawa, yang kita kenali sebagai hawa nafsu. Maka  jika pergerakan hawa tersebut bersifat menetap maka akan nampak tampilan wajah jiwa manusia tersebut. kafir, fasik, munafik, atau beriman. Sebagaimana tampilan wajah bumi yang ber iklim tropis, sub tropis, sedang dan dingin. 


Menjadi sebab semua itu terjadi adalah bahwa setiap komponen atas unsur-unsur cuaca memiliki dualitasnya masing-masing. Suhu memiliki dualitas panas dan dingin, tekanan udara memiliki dualitas tinggi dan rendah, kelembaban udara memiliki dualitas basah dan kering, curah hujan memiliki dualitas banyak dan sedikit,  angin memiliki dualitas mampat dan masif (kerapatan tinggi dan kerapatan rendah). Keadaan dualitas inilah yang akan mempengaruhi adanya pergerakan angin (hawa) . Pergerakan angin (hawa) hawa inilah selanjutnya akan dapat diamati oleh kita, melalui (dengan) indra kita. Pergerakan ini dapat kita rahsakan betapa dahsyatnya. Pergerakan yang membawa hawa panas, pergerakan yang menghantarkan hawa dingin, pergerakan yang mengandung kekuatan perusak dan penghancur, pergerakan yang akan mampu memporak porandakan apa saja. Dan lain sebaginya dan lain sebagainya.

Maka dengan memahami prinsip-prinsip dualitas inilah, setidaknya (selanjutnya) kita akan mampu memahami pergerakan hawa nafsu kita. Melalui analogi cuaca yang kita ulas, sedikitnya kita juga akan mampu memahami bagaimanakah keadaan pergerakan angin (hawa) yang membawa rahsa tersebut. Sehingga karenanya kita akan mampu meniadakan faktor penyebab timbulnya angin (hawa). Hawa yang membawa rahsa, adalah suatu  rahsa yang dapat kita kenali. Rahsa yang memiliki potensi untuk  memporak porandakan jiwa manusia. Rahsa yang (mampu) menjadi penyebab dan menghalangi kita menuju Tuhan.

Meniadakan rahsa berarti meniadakan hawa. Meniadakan hawa berarti meniadakan perbedaan suhu, meniadakan perbedaan tekanan udara, menjaga kelembaban udara, meminimalkan hujan,  menjaga pergerakan angin. Marilah kita pahami analogi ini untuk memudahkan kita dalam memahami bagaimanakah kemunculan hawa yang memiliki rahsa, dan mengapakah kita manusia senantiasa diaduk-aduk rahsa. Dan bagaimanakah menetapinya.

Hawa yang terhimpun

Hawa dalam diri manusia terhimpun melalui kehendak dalam diri manusia tersebut. Hawa adalah semisal udara dalam analogi diatas. Angin adalah udara yang bergerak. Maka angin sama halnya dengan analogi udara dan analogi hawa. Udara adalah bagian yang inheren dalam system bumi. Maka dalam tubuh manusiapun demikianhalnya, udara sudah menjadi bagian inheren dalam tubuh manusia. Keluar masuknya nafas adalah memasukan udara bumi ke dalam system ketubuhan manusia.

Udara pada dasarnya masih bersifat netral, sebelum bumi menghadapkan wajahnya kepada matahari. Demikian halnya udara yang terdapat pada tubuh manusia akan masih bersifat netral sebelum manusia tersebut memiliki persepsi-persepsi. Dimana persepsi tersebut menjadi sebab arah jiwa, semisal bumi yang mengarahkan dirinya kepada matahari.

Ketika manusia telah mengarahkan persepsi-persepsinya maka udara dalam tubuh manusia menjadi mampat. Ketika udara menjadi mampat maka terhimpunlah menjadi sekumpulan hawa yang selanjutnya kita sebut sebagai hawa nafsu.  Ketika hawa nafsu ini bergerak, maka sebagaimana angin yang bergerak. Angin akan membawa potensi panas dan potensi dingin. Maka hawa yang bergerakpun akan memiliki potensi rahsa. Potensi rahsa ini bermacam-macam, seperti takut, sedih, kecewa, dan lain-lain. (Yaitu) Potensi tersebut yang pada gilirannya akan muncul nantinya dan menghijab jiwa manusia. Ketika manusia di uji ketika amnesia mengalami hempasan hidup, maka saatnya potensi ini akan muncul. Kemudian menjadi jelas wajah seperti apakah jiwa yangkita miliki.

Semakin banyak wilayah jiwa yang kita hadapkan kepada persepsi-persepsi tersebut, maka akan semakin panas wilayah tersebut, akan semakin besar perbedaan tekanan. Perbedaan yang besar akan membawa pergerakan hawa yang semakin kuat terasa di jiwa. Pergerakan ini, semakin lama semakin kuat, sehingga kadang jiwa tidak mampu menahannya. Ketika jiwa tidak mampu mengendalikan dirinya. Maka potensi di dalam hawa ini akan muncul dalam bentuk-bentuk yang dapat kita saksikan menjadi wajah-wajah manusia. Muncullah dalam sikap kita sehari-hari. Muncullah dalam akhlak kita sehari-hari. Karena diri kita mengikuti rahsa yang  dimiliki hawa tersebut. Seberapa banyak arsiran wilayah jiwa yang terkena panas, akan menjadi penyebab penampaan  wajah-wajah  (sifat) jiwa tersebut. Wajah-wajah jiwa manusia yang telah banyak diungkap oleh Al quran. Wajah kafir, munafik, fasik dan beriman. Sebagaimana analogi wajah-wajah bumi diatas. Walaohualam.

Memasuki wilayah jiwa, memasuki kajian selanjutnya..
Bersambung..

Salam
arif

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali