aaf . Demi
Al-Qur'an yang sangat mulia. (QS. 50:1)
Sesungguhnya
Kami telah mengetahui apa yang dihancurkan oleh bumi dari (tubuh-tubuh
mereka), dan pada sisi Kamipun ada kitab yang memelihara (mencatat). (QS.
50:4)
Tulisan
ini masih mencoba mengkomunikasikan symbol. Serasa senantiasa
memohon bimbingan dan ampunan-Nya.
Sejak
jaman purba kemudian memasuki jaman para nabi, sampaipun menembus jaman
peradaban tekhnology di milinium ini. Banyak jiwa yang tetap dalam
keraguannya. Mempertentangkan dan mempertanyakan.
“Apakah
kami setelah mati dan setelah menjadi tanah (kami akan kembali lagi)?, itu
adalah suatu pengembalian yang tidak mungkin” (QS. 50:3).
Ya, jiwa akan senantiasa
mempertanyakan itu. Tidak pandang dia ber agama ataupun dia tidak ber agama.
Pertanyaan yang tersembunyi jauh di lubuk hati setiap manusia. Lintasan ini
kadang tidak mampu di tahan begitu kuatnya menyelimuti hati, menimbulkan
‘keraguan’ dan kegamangan’ setiap diri dalam mengambil sikap atas
hempasan dan ‘cobaan’ kehidupan. Semua jiwa sulit sekali menetapi dirinya
dalam sebuah keyakinan yang satu. Senantiasa mereka akan berada dalam suasana
‘dualitas’. Inilah problematika setiap jiwa manusia.
Berita para nabi yang
mengkhabarkan bahwa setiap apapun yang diperbuat manusia akan di mintakan
pertanggung jawaban di akherat. Menjadi sebuah berita yang kurang diminati
lagi.
Banyak jiwa manusia dalam
keraguan atas pertanggungang jawaban yang akan dimintakan Tuhan terhadap
dirinya selama dia hidup di dunia. Inilah masalahnya !.
Kehidupannya yang terasa
berat,, mencari nafkah untuk makan sehari-hari, tanggung jawab sosial dan
juga demi banyak gengsi telah melingkupi, belum lagi beban
pekerjaan, beban tanggungan anak, suami/ istri, orang tua dan
saudara. Tanggungan bayaran angsuran rumah, mobil, motor, kartu kredit, dan
banyak sekali beban keuangan, telah membuat manusia berfikir pragmatis.
Berita para nabi menjadi
urusan yang di gampangkan “Bagaimana nanti sajalah”. Bukan menjadi sebuah
pemikiran “Nanti saya akan di bagaimanakan ?”.
Sehingga karenanya, agama
tidak lagi memberikan peranan atas perubahan akhlak manusia. Sungguh menjadi
kepenatan tersendiri, menyoal perihal ini.
Namun biarlah setiap diri
menjalani lakon kehidupannya masing-masing. Menjadi warna-warni kehidupan
anak manusia. Maka bagi mereka yang perlu saja, kajian ini dihantarkan. Dalam
sebuah niat saling mengkhabarkan dan berbagi pemahaman.
Entitas ‘Universe’
di alam semesta
Entitas ‘universe’ sebagai 'server'
Siklus alam semesta,
siklus rantai makanan, siklus air, siklus energy, bahkan siklus kejadian
manusia dan masih banyak siklus lainnya. Nampak nyata sekali terpampang di
hadapan kita. Semua berjalan begitu harmoni, terasa biasa dalam pandangan
mata. Seperti tidak ada yangmengaturnya, serba otomatis terjadinya. Maka
manusia terbuai menyaksikannya. Menganggap bahwa semua itu terjadi begitu
saja, tidak ada yang mengaturnya. Itulah anggapan sebagian manusia.
Bagi manusia yang
berfikir semua itu akan nampak begitu luar biasanya, maha dasyat proses
terjadinya. Keseluruhan sistem yang memerlukan ‘kecerdasan’ yang Maha
Sempurna untuk mengatur semua itu tetap dalam keadaannya
“….dan pada sisi Kamipun ada kitab yang
memelihara (mencatat). (QS. 50:4)
Semua proses, semua
kejadian di catat dengan begitu rapinya dalam suatu kitab. Informasi ini
begitu jelas. Namun jika khabar ini diterima manusia di abad-abad sebelum
tekhnology mungkin akan dianggap sebagai berita pemanis saja. Maka banyak
orang yang kemudian meragukannya. Perlu berapa milyard kertas
untukmencatat setiap kejadian di muka bumi ini. Mungkin begitu pertanyaan
mereka. Sulit mereka menerima berita ini.
Kita yang terlahir di ere
komputer ini, mestilah bersyukur, sebab ayat ini akan mudah kita pahami. Jika
‘kitab’ tersebut kita ganti dengan istilah ‘server’, tempat penyimpanan
data, maka semua itu menjadi mungkin. Bayangkan saja komputer pribadi di
tempat kita saja mampu menyimpan seluruh rekaman aktifitas kita dari bayi
sampai kita mati. Bagaimana dengan kemampuan ‘server’ di google
dan yahoo ?.
Kemudian mari kita
teruskan imajinasi saja. Jika kita hanyalah satu bagian dari sebuah
program di dalam server tersebut yang terkoneksi dengan mereka. Maka tentunya
google atau yahoo Akan mampu meretas file kita. Meskipun kita
sudah dimatikan, tidak dimainkan lagi, dan file sudah di close. Mereka tetap
akan dengan mudah memanggil file kita untuk di buka kembali. Dan ketika file
kita di panggil otomatis kitapun akan hidup kembali. Inilah pendekatan
‘analogy’ untuk memahami ayat tersebut.
Seperti kita tahu bahwa
seluruh alam semesta ini penuh dengan gelombang elektromagnet. Gelombang
elektromagnet memiliki kemampuan menyimpan informasi. Maka menjadi mungkin
jika saya mengasumsikan bahwa data seluruh umat manusia tersimpan di alam
semesta ini. Maka hakekatnya alam semesta ini adalah kotak server itu sendiri
dalam sebuah kesatuan ‘universe’.
Begitulah perumpamaan dan
analogy yang saya coba sandingkan. Sekaligus juga untuk menjelaskan bahwa ada
suatu ‘entitas’ yang bekerja merekam dan mencatat semua rangkian kejadian.
Dan semua itu, terakumulasi dalam pemahaman saya bahwa ada suatu
entitas ‘universe’ yang bekerja secara
simultan di alam ini. Mungkin saja gelombang elektromagnet atau mungkin
juga adalah ‘ether’, yang secara berkesinambungan menjadi lalu lintas
informasi di jagad raya ini.
1. Entitas ‘universe’
sebagai penyusun tubuh
Kemanakah atom-atom tubuh
kita setelah menjadi tanah ?
Bisakah atom-atom tubuh
tersebut di panggil kembali ulang menyusun tubuh kita kembali ?.
Setelah kita mati, tubuh
kita terurai menjadi atom-atom kembali. Atom-atom ini kemudian berikatan
dengan senyawa lainnya. Mengalir bersama air tanah, masuk menyelusup ke
relung-relung tanah. Mungkin juga ada yang terbang ke udara bersama bau
sisa-sisa mayat. Menjadi bubur alam semesta kembali. Bubur ini entah di makan
siapa dan apa saja. Tidak ada satupun yang berusaha meng’kode’ dan me’mindai’
perjalanan setiap atom-atom tubuh manusia. Manusia menganggap sebagai 'proses
yang biasa saja.
H20 akan larut dan
bersatu dengan air-air tanah lainnya, meresap ke dalam tanah, mengalir
bersama sungai-sungai di dalam tanah, menuju lautan dan danau-danau di dalam
tanah.
CO2 dan O2 akan berikatan
dengan lainnya dan atau terbang ke angkasa bersatu dengan lainnya.
Fe, Na, Cl, dan banyak
unsur lainnya bersatu menjadi unsur-unsur tanah.
Kesemuanya itu seperti
menjadi sebuah adonan fluida raksasa, menjadi bubur alam semesta. Menjadi
bahan yang siap untuk di cetak kembali, menjadi penyusun tubuh manusia,
binatang, dan juga lainnya.
Maka menjadi sangat
mungkin, bila (maaf) air kencing anda sekarang berada di dalam tubuh saya.
Karena air kencing anda yang masuk ke tanah, secara kebetulan masuk ke air
minum saya.
Karena
sesungguhnya~keadaannya, kita secara bersama-sama menjadi bubur
semesta. Berada di dalam ‘universe’. Diantara ‘universe’ diliputi ‘universe’
dan juga menjadi bagian dari ‘universe’. Kita secara bersama-sama
menggunakan ‘universe’ secara bergantian. Air dan udara, itulah
‘universe’, yang secara bersama-sama menyusun tubuh kita.
Tubuh kita dan seluruh
instrumennya membutuhkan air dan udara. Kedua komponen ini secara bebas ada
di alam semesta setiap saat bisa kita ambil. Satu jam yang lalu udara
masuk ke paru-paru seorang presiden, satu jam ke mudian udara tersebut
sudah bebas lagi di pakai siapa saja. Mungkin saja di pakai oleh saya. Maka
bukankah saya adalah ‘sebagiannya’ adalah presiden juga ?.
Udara dan air yang keluar
masuk di raga yang terberkati, semisal nabi dan orang-orang suci. Tentunya
telah mengalami ‘pemurnian’ kembali. Dan sekaligus juga mengalami ‘getaran’
frekwensi tersendiri yang ‘unik’. Udara dan air seperti ini (terberkati) akan
bekerja semisal ‘anti oksidan’, akan menyelaraskan ‘getaran anion dan kation’
di dalam tubuh kita. Sehingga tubuh kita akan kembali harmoni dengan alam
semesta. Air dan udara tersebut akan berpasangan di tubuh kita membantu kita
harmoni dengan alam semesta. Maka kita dapati kita menjadi mudah khusuk,
perasaan kita tenang, dan senantiasa tidak ada rasa takut juga tidak ber
sedih hati.
Simbolisasi ini kemudian
menjadi ‘keyakinan’ umat Kristen, dalam acara pemberkatan kepada umatnya.
Dimana kepada umatnya di haruskan untuk minum air suci (terberkati) dan
memakan roti yang di simbolkan sebagai ~ di manifestasikan kepada Yesus.
Kepada umat Islam,
disarankan berdoa untuk keselamatan para nabi dan orang-orang suci (dalam al fatehah dan
dalam tahiyat, di khusukan lagi dalam sholawat).Doa-doa tersebut akan
menyelaraskan tubuh kita. Saya umpamakan dengan doa tersebut aalah, ~ kita
seakan-akan sedang menyusun ‘baut-baut’ di dalam tubuh kita, mempersiapkan
jika suatu saat ‘sekrup’nya (berupa melekul air dan udara yang telah
digunakan para nabi dan orang suci) bersirkulasi di dlaam tubuh kita, maka
‘klek’, terpasang sudah antar baut dan sekrupnya. Tubuh kitapun terasa
nyaman, dan enak sebab terpasang arid an oleh melekul-melekul yang sudah
ter-harmoni keadaannya dengan alam semesta. Maka jangan segan-segan berdoa
dan ber sholawatlah untuk nabi dan orang-orang suci.
Air dan udara inilah
entitas ‘universe’ selanjutnya yang saya maksudkan. Inilah nafas kita, yang
kita gunakan secara massal bersama-sama dengan manusia lainnya. Maka tidakkah
hakekat ini ‘membuka’ mata batin kita, bahwasanya kita sebenarnya adalah
satu. Hanya saling bergantian saja menggunakan entitas ‘universe’ ini.
Bukan tidak mungkin
(maaf) air kencing anda saat ini telah terminum oleh saya dan sekarang ini
air tersebut telah berada dan ada di badan saya. Bukankah kalau begitu kita
merupakan satu tubuh yang sama. Jika kita analogykan maka kita bagaikan satu
tubuh yang tergabung di dalam tubuh alam semesta. Karenanya
sesungguhnya, kita manusia adalah umat yang satu. Persepsi manusia itu
sendiri saja yang menyebabkan ‘serasa’ ber golongan-golongan.
Menarik
interprestasi symbol
Pemahaman tersebut
menghantarkan keyakinan saya, (tentunya untuk keperluan pribadi) atas
pemahaman symbol Qaaf, yang mengawali surah ini.
Pemahaman ‘universe’ yang
panjang lebar saya uraikan di muka, dalam interperstasi saya, nyatanya oleh
Al qur an hanya di symbolkan dengan satu huruf Qaaf.Sangat sederhana dan
simple sekali.
Dalam agama Hindu
pemahaman atas ‘universe’ yang saya usung juga di symbolkan berada di bawah
pengawasan para Dewa-dewa. Pemahaman yang cukup rumit dalam
mitology Hindu. Nyatanya di dalam Al qur an di akomodasi dengan hanya satu
buah symbol huruf saja yaitu Qaaf.
Penghancuran tubuh-tubuh
manusia berlangsung dengan sangat tertib sekali, dan tidak mungkin salah.
Atom-atom akan mengurai sebagaimana asalnya. Kemudian atom-atom ini (juga)
terpelihara dan terjaga sebagaimana keadaannya, sebagai bahan baku
untuk menyusun senyawa berikutnya. Siap menjadi penyusun tubuh manusia
kembali. Dan juga siap untuk melakukan penghancurkan diri kembali. Ada
‘entitas’ yang cerdas memelihara keadaan ini. Atom-atom ini sepertinya
patuh saja, untuk menyusun apa saja. Menjadi sesuatu yang menurut kita
‘menjijikan’ pun, atom-atom ini menurut saja.
Sebagian atom-atom
lainnya ini juga siap merekam semua jejak-jejak manusia, menjadi saksi
perilaku manusia. Setiap diri manusia memiliki medan elektromagnet yang khas
dan unik, ter-kode dengan akurasi maksimal, dan tidak mungkin salah. Sehingga
mudah saja di panggil kembali untuk saling membentuk dan menyusun tubuh
kembali. Sebagaiman menghidupkan ‘file’ game dalam komputer. Meskipun sang
jagoan sudah hancur lembur di akhir episode, namun pemain masih bisa
‘starting’ kembali, untuk menghidupkan ‘jagoan’nya.
Karenanya ; Qaaf (bersumpah), Demi Al
qur an yang sangat mulia.
Bahwa ‘entitas’ ini
akan menurut saja, menghancurkan diri, menyusun, memelihara, membentuk, dan
lain sebagainya. Menjadikan alam semesta beserta isinya ini sebagaimana
keadaan yang dikehendaki-Nya. Sebagaimana yang di di isyaratkan Al qur an.
Maka
dari itu patutkah kita mempertanyakan keadaan ini, sebagaimana pernyataan
penuh keraguan yang di kisahkan oleh Al qur an kepada kita, (yaitu)
sebagaimana umat yang mempertanyakan ini.
Apakah kami setelah mati dan setelah
menjadi tanah (kami akan kembali lagi)?, itu adalah suatu pengembalian yang
tidak mungkin” (QS. 50:3).
Qaaf. Demi Al-Qur'an yang
sangat mulia. (QS. 50:1)
“Mereka tidak menerimanya) bahkan mereka tercengang
karena telah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan dari (kalangan)
mereka sendiri, maka berkatalah orang-orang kafir: "Ini adalah suatu
yang amat ajaib" (QS. 50:2)
“Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang
dihancurkan oleh bumi dari (tubuh-tubuh mereka), dan pada sisi Kamipun ada
kitab yang memelihara (mencatat)”. (QS. 50:4)
Demikianlah, Al qur an
ingin berkomunikasi dengan kita, melalui bahasa yang sederhana. Menampakkan
‘realitas’ di depan mata kita, menampakkan ‘kebenaran’ yang akan di akui
bersama. Sebegitunya Al qur an membimbing kita.
Hmm..!. Maka
interprestasi ini pun dalam wilayah ‘pribadi’ , untuk menambah keyakinan
diri. Maka selayaknya kajian ini seumpama sebuah khabar saja. Sebagaimana
kita memeperlakukan khabar lainnya. Kebenarannya berada dalam dimensi
keyakinan masing-masing. Bagaimana keadaannya ?, walohualam
bisawab.
salam
arif
|
Komentar
Posting Komentar