Misteri Ruang dan Waktu : Bab Bingkai Kajian



Pengantar : Masih teringat email dari sdr Tebe, yang dibagian akhir bertanya perihal WAKTU, sehingga dalam hadis Qudsi Allah sendiri berfirman, menyatakan dirinya sendiri, “Akulah sang WAKTU...” (Lihat kajian Misteri Sang Waktu). Meski penulis sudah membalasnya, namun hingga saat ini terasa masih ada yang menganjal. Hati kecil menyatakan bahwa bukan itu jawaban yang dimaksudkan pertanyaannya. Sehingga rasanya penulis masih ada hutang yang masih belum terbayarkan. Maka dengan kajian ini penulis mencoba membedah kembali rangkaian  kajian Misteri Ruang dan Waktu.   Membayar hutang yang belum terlunasi.

Kajian Yang Berat
Sungguh kajian yang sangat berat, hal inilah yang menyebabkan penulis saat itu belum mampu menuliskannya. Kita akan memasuki sebuah rentetan kajian yang akan menghantarkan kita melintasi dimensi ruang dan waktu. Sebuah pemahaman yang akan menghantarkan kita kepada realitas akherat. Realitas kiamat, realitas surga dan neraka. Keghaiban yag akan menjadi realitas kita. Kesadaran kita akan dibalik-balikkan, yaitu yang tadinya berita tersebut  ghaib  nantinya akan menjadi realitas yang sangat real adanya, namun yang realitas nyata di depan mata malahan akan menjadi ghaib keadaannya.  

Berita tentang surga dan neraka yang kita anggap ghaib justru harus dimaknai sebagai realitas. Berikutnya keadaan bumi dan seisinya yang seharusnya real (nyata),  nampak bahkan seakan  hilang menjadi ghaib bagi kesadaran kita.  Keadaan ini sangat membingungkan sekali. Jiwa kita seperti mengalami ‘jetlag’. Inilah masalahnya. Mengapa saya katakan berat sekali.

Belum lagi, bagaimana menghantarkan kajian yang hanya ada dalam sebuah kesadaran kita saja. Bagaimana menuliskannya ?.  Dari mana akan memulai kisahnya ?. Apakah manusia akan percaya ?. Semua pertanyaan seperti berentetan. Betapa tidak. Kesadaran manusia akan selalu menolak informasi apapun yang masih belum ada referensinya (yaitu) referensi perihal hal tersebut  yang tersimpan didalam file otak kita. Inilah yang menjadikan penyebab kemudian berkembang banyak spekulasi perihal berita akherat ini. Seluruh manusia kemudian menduga-duga. Sungguh jika kita tidak mengeksplorasi sendiri, menemukan sendiri keyakinan ini maka kajian ini hanyalah sebuah bacaan saja, seperti bahan bacaan lainnya semacam cerita fiksi saja. Sebab problematika ini.

Disinilah titik permasalahannya, maka meskipun  ribuan kitab, jutaan kajian dihantarkanpun, keadaannya  nyaris bagai daun yang tertiup angin saja. Menjadi sekedar bahan  bacaan pengantar tidur tentang bidadari di surga.

Dimensi ruang dan waktu, beserta dimensi kesadaran yang mengamati keadaan itu. Menjadi kegamangan manusia untuk meyakininya.  Berada diruang manakah ‘manusia’ diantara dimensi-dimensi tersebut ?. Berada diwaktu kapankah manusia itu ?. Berada pada  dimensi ruang dan waktu yang manakah manusia itu?.

Kemudian pertanyaan akan berlanjut lagi. Apakah surga dan neraka benar adanya ?. Apakah surga dan neraka sudah diciptakan sekarang  ?. Ataukah baru diciptakan nanti mendekati hari kiamat ?. Untuk apakah konsepsi dunia akherat dikhabarkan ?. Mengapakah Allah menetapkan keadilan dengan perimbangan   konsep surga dan neraka ?. Dan juga perimbangan dunia dan akherat. Kenapakah kita sulit memahami ini ?. Sungguh kesadaran kita tidak mampu berada dalam dua dua dimensi yang berbeda, kesadaran manusia tidak akan mampu berada di dua dimensi ruang dan waktu. (Yaitu) berada di dimensi ruang dan waktu dunia dan di dimensi ruang dan waktu akherat. Kesadaran manusia akan mengalamai ‘tubulensi’ jika mencoba memasuki dua dimensi yang berbeda ruang dan waktunya (yaitu dimensi alam dunia dan alam akherat). Inilah penyebab utamanya.

Sehingga keadaannya, sekali lagi dituliskan,  surga dan neraka hanyalah menjadi  sebuah dongengan semata. Antara percaya dan tidak percaya. Keimanan kita jadi setengah-setengah saja. Sebab kesadaran tidak mampu menetapi keadaannya. Karenanya berita tentang kiamat, berita perihal akherat, berita tentang surga dan neraka hanya menjadi sepenggal berita. Enak dibaca dan perlu. Selebihnya nasibnya sama saja, berita ini akan kita perlakukan seperti koran saja yang akan kita tarok di bawah kaki meja. Nah mungkin saja nasib kajian ini  tak jauh berbeda dengan lainnya ini. Sebab apa, jika al qur an yang disucikan saja hingga berdebu dan berlumut, maka bagaimana  dengan kajian ini ?.  Sejujurnya inilah keadaan kita umat Islam.

Namun ada secercah harapan, mengapa kajian ini dituliskan, hal itu  ternyata tidak berlaku  bagi manusia yang sadar, yang berniat untuk  mampu melihatnya sendiri. Melihat dengan haqul yakin atas kebenaran berita ini, dengan mata batinnya sendiri. Melihat surga dan neraka dengan mata batinnya sendiri (makrifat). Orang seperti ini akan memperlakukan berita ini  sebagai suatu realitas di depan matanya. Neraka akan nampak nyata (real) seperti menari-nari di kepalanya sungguh itu menakutinya. Surga akan terasa keindahannya dan kenyamananya diseluruh kesadarannya dan sangat  terasa sekali di badannya. Sehingga karenanya dia berjalan di muka bumi dengan santun sekali. Inilah orang yang telah mendapatkan nikmat.

Sekali lagi kepada orang yang menginginkan nikmat itulah kajian ini dihantarkan.  Sebagai salah satu upaya  memberikan pembanding, bagaimana  memasuki keadaan sebenarnya. (Yaitu) Keadaan bagaimana sejatinya dimensi surga dan neraka di akherat sana. Sebagai referensi untuk mendapatkan gambaran yang utuh sehingga karenanya kesadaran kita mampu menangkap keadaan yang dimaksudkan atas dimensi surga dan neraka yang diberitakan al qur an. Sehingga harapannya kajian inipun akan bermanfaat adanya. Maka guna keperluan tersebut,  penulis akan mulai terlebih dahulu dengan  menghantarkan pemahaman makna realitas dan ghaib, dalam dimensi ruang dan waktu. Di awal pembahasannya nanti.

Semoga dengan memahami konsep ini, akal kita akan mampu menerima bukti-bukti keberadaan surga dan neraka secara logis. Jika akal sudah mampu menerima secara logis maka akan mudah bagi kesadaran kita untuk menemukan keadaannya. Itulah tujuan pemahaman dimensi ruang dan waktu adalah untuk memahami berita al qur an perihal surga dan neraka, sehingga akan menambah keyakinan kita dari keyakinan yang sudah ada.

Bingkai Dalam  Kajian
Sudah banyak sekali manusia mencoba menguraikan misteri ini. Sehingga melahirkan banyak sekali spekulasi disana. Begitu juga dengan keadaan penulis sendiri. Mungkin lebih dari sepuluh tahun lamanya mengkaji, memaknai dan mencoba untuk mengerti, sungguh rasanya masih sangat jauh sekali. Maka kajian ini dihantarkan hanyalah sebagai sebuah berita saja. (Yaitu keadaan) Bagaimana bergulatan anak manusia mencoba berinteraksi dengan al qur an sehingga karenanya kebenarannya hanya Allah saja yang tahu.

Penulis sangat paham betapa sangat peliknya kesadaran manusia, berpilin-pilin menyusuri  sepanjang beradaban manusia. Sehingga melahirkan banyak sekte dan golongan. Diantara meraka saling baku hantam. Sebenarnya keadaan mereka tidak jauh dengan kita, mungkin dapat dikatakan sama dengan kita.  Adalah anak-anak manusia yang tengah mencoba berinteraksi dengan al qur an. Begitulah keadaannya. Namun dapat kita lihat kenyataannya, hasil pergulatan itu jadi memiriskan sekali (?). Arogansi kebenaran yang hanya  membawa banyak korban. Itulah kadang yang menyergah kesadaran kita.

Karenanya kita harus memiliki pegangan dan keyakinan sebagai pondasinya. Hanya satu kepastian janji dari Allah sendiri  yang nantinya akan membedakan diri kita dengan orang-orang diluar sana. Adalah niat kita. Perhatikan statemen ini.   Jika kita benar-benar berniat hijrah karena Allah. Hanya karena Allah, yakinlah Allah akan menunjukan jalan-jalan-Nya. Niat dan kesungguhan kita (dalam) menetapi niat inilah nanti yang akan membedakan diri kita dan lainnya. Percayalah dengan janji Allah ini.

Maka ujilah terus niat kita, ujilah keadaan diri kita perihal keyakinan ini, bertanyalah terus dalam hati kita. Benarkah hijrah kita karena Allah ?.  Benarkan kita mengkaji ini semata karena Allah. Yaitu dalam rangka mencari ilmu, semata-mata ingin meyakini berita al qur an ?.  Meyakini berita-berita yang dibawa para nabi ?. Dan semata-mata dalam niat , menetapkan diri dalam keinginan untuk sukarela mengikuti hukum-hukum Allah ?. Hanya Allah, hanya ada Allah, dan Allah saja ?. Ujilah semua kemungkinan itu. Ujilah lagi, jangan sampai ada niat yang tersembunyi dari hati. Masuki terus hingga ke dasar relung hati, kepada setiap sel-sel dalam ketubuhan kita. Telusuri dan eksplorasi diri kita sendiri. Sebab Allah mengetahui isi hati setiap manusia. Dan tidak ada tempat walau selubang semutpun yang tidak diketahui-Nya, yakinlah kita tidak akan mampu bersembunyi dari-NYA.

Insyaalah jika memang keadaan kita benar, Allah pasti akan menurunkan hidayah-Nya. Maka sekali lagi, jadikanlah kajian ini hanya sebagai pembanding saja.  Sebab keadaan penulis juga dalam upaya begitu adanya. Terus dan terus begitu  hingga nyawa ini diambil-NYA.

Inilah pesan saya, terutama kepada rekan saya Tebe yang dirahmati Allah, yang melayangkan email untuk kajian perihal ini. Sungguh ini adalah kajian yang sangat berat. Inilah kajian makrifat. Sehingga bagi sidang pembaca lainnya, dengan segala hormat penulis memohon  agar senantiasa arif dan bijak dalam menyikapi kajian ini.

Mengulang dan Mengulang Niat
Sebagai pembuka, marilah kita ulang kembali pondasi diri kita, sebelum kita melanjutkan kajiannya. Lihatlah bagaimana methode al qur an mengajari kita. Mari kita lihat,  banyak sekali surah dalam al qur an yang  memberitakan perihal adanya hari akhir, adanya akherat, adanya surga dan neraka. Kemudian masih ditambah lagi dengan kesaksian Rosululloh yang melihat dengan mata kepala Beliau sendiri adanya surga dan neraka disana. Kisah perjalanan Beliau telah diabadikan dalam al qur an sebagai peristiwa Isro Mi’roj. Lebih detail lagi kesaksian Beliau juga bisa dilihat dalam hadist-hadistnya. Apakah masih belum cukup berita dan kesaksian Rosululoh ?. Mengapa manusia masih sulit sekali meyakininya. Tidakkah kita tahu bahwasanya,  al qur an telah banyak memberikan informasi perihal ini.

Berita kiamat, berita dunia akherat, berita adanya surga dan neraka, menjadi topik pemberitaan dalam al qur an yang selalu up to date sepanjang jaman dan bertebaran di setiap surahnya.

Tidakkah kita tahu, bahwa berita perihal ini hampir menghiasi di setiap surah dalam Al qur an?. Bukankah layak menjadi pemikiran kita. Mengapa berita ini,  menjadi sepenting itu ?.  Tidakkah kita harusnya bertanya, ada apa ?. Kemudian mengapa juga kita seperti nya lalai, melewatkan berita yang sangat penting ini. Tidakkah kita harus juga bertanya, ada apa dengan diri kita ?. Kenapa ada apakah dengan diri kita ?. Kita seakan lewati saja bagian ini, kita seperti asyik membaca sebuah dongengan saja.

Marilah kita telusuri keadaanya, dengan mengambil contoh sedikit saja. Coba perhatikan sepanjang surah Ar Rohman, dan mari kita cuplik ayat berikut ini ;

“Inilah neraka Jahanam yang didustakan oleh orang-orang berdosa. Mereka berkeliling disana diantara air yang mendidih.” (QS. Al rahman 43-44)

Khabar berita ini kemudian disambung dengan sebuah pernyataan  pertanyaan;

“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ?.” (QS. Ar Rahman 45)

Mari kita perhatikan rangkaiannya, pada setiap informasi perihal surga dan neraka, maka kemudian akan disusul dengan pernyataan pertanyaan kepada kita, menusuk langsung kepada kesadaran kita, nikmat manakah yang kita dustakan ?.  Kemudian mari kita lanjutkan lag step berikutnya. Mari kita ulangi dengan berita surga.

“Dan bagi siapa yang takut akan menghadap Tuhannya ada dua surga.”  (QS. Al Rahman 46)

“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ?.” (QS. Al Rahman 45)

Antara rangkaian setiap ayat ke ayat berikutnya, selalu menstimulasi kesadaran kita untuk terus mengeksplorasi wilayah-wilayah kesadaran diri. Bagaimana orang yang ahli neraka, bagaimana orang yang ahli surga. Bagaimana keadaan jiwa orang yang takut melihat neraka, takut hukuman Allah. Maka  selanjutnya keadaan orang yang takut kepada Allah dijanjikan akan masuk surga.

Perlahan saja rasakan sensasi kedua rangkaian pernyataan. Betapa disitu didalam rangkian kalimat pernyataan Allah tengah menunjukan keadilannya. Diam dan rasakan itu.  Siapa yang bersedia ber hijrah karena Allah dan bagaimanakah yang tidak. Maka Al qur an menyandingkan berita pembanding, antara keduanya yaitu berita neraka dan surga. Agar ruh kita mampu membedakan keadaannya. Hal inilah yang diharapkan akan menumbuhkan kesadaran diri bagi orang yang sadar. Bagaimana implementasi rasa takut itu kemudian  akan menumbuhkan kesadaran untuk hijrah. Hijrah inilah awal yang penting sebagai pondasi keimanan kita.  Perhatikan sekali lagi, hijrahnya ini kemudian karena sebab apa, ya karena sebab adanya informasi-informasi ini. Informasi yang disampaikan Allah melalui para nabi. Diantara kedua berita yang saling mengkhabarkan. Diantara dualitas surga dan nereka. Sehingga karenanya,  dia akan menyegerakan diri untuk menuju kepada Allah. Itulah runutan dan rangkaiannya.  

Setiap pernyataan perihal surga, kemudian selalu dibarengi dengan pernyataan pertanyaan yang sama. Berulang-ulang. Jika kita membacanya dengan hati pernyataan pertanyaan ini akan terus bergaung dan bergema didalam rongga dada kita. Terus dan terus sepanjang tarikan nafas kita.  Begitulah methode kita dalam melakukan afirmasi berfikir. Methode ini selanjutnya akan menjadi pondasi kita, disepanjang perjalanan kita dalam menyusuri rentetan kajian Misteri Ruang dan Waktu. Yaitu sebuah pernyataan pertanyaan,

“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan.”  (QS. Al Rahman 13,16,18,21,23,25,28,30,32,34,36,38,40,42,45,47,49,51,53,55,57,59,61,63,65,67,69,71,73,75,77)

Masih perlu berapa puluh kali lagi  pertanyaan tersebut diulang dan diulang lagi , sehingga (sampai) kita sadar ?. “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kita dustakan ?!?.” Lihatlah dan perhatikanlah betapa Tuhan sangat peduli atas diri kita, menyapa berulang kali dengan kasih sayang-NYA. Dengan mengulang dan mengulang lagi pertanyaan yang sama agar kita mampu dan yakin. Memberikan kesempatakan kepada kita untuk menguji diri kita masing-masing. Mengulang-ulangnya. Sehingga tidak ada tersisa lagi , walau sebesar zarah kesombongan diri.

Sekali lagi dan saya akan tulis berulang kali hal ini. Tuhanmu yang bertanya kepadamu. Nikmat manakah yang masih kamu dustakan ?. Bertanya langsung menembus kepada ‘jiwa’ yang tersembunyi. Tuhan kita yang bertanya kepada mu kepada saya, kepada kita. Kepada siapa saja yang sadar, agar mau mengulang-ulangnya lagi, melakukan afirmasi atas pertanyaan ini. “Masih adakah nikmat-Nya yang kita dustakan ?.” Maka tidakkah kita bersegera berserah diri, bersimpuh dan sujud, memohon pengajaran-Nya, barangkali saja masih ada sebutir nikmatnya yang kita dustakan. Bersegeralah wahai jiwa.

Sungguh kajian ini akan sama saja kedaannya dengan tulisan-tulisan lainnya yang bertebaran di dunia maya ini, sama saja dengan kitab-kitab para ulama  yang tidak terbaca. Sama saja keadaannya nanti. Bila tenyata  keadaan kita masih saja sulit untuk bersyukur. Bilamana keadaan kita tetap tidak mau berhjrah. Hanya capai dan lelah saja nantinya. Maka untuk apa kita mengkaji hal-hal sulit ini atau mengkaji semisal lainnya, jika untuk berhijrah saja kita belum mampu. Marilah kita uji, marilah kita gunakan methode ini, untuk menyakinkan diri kita. Bersegeralah HIJRAH kan hati kita karena Allah, hanya karena Allah semata.  Melangkah dengan sepenuh hati, menapaki hidup ini, mereguk nikmat surgawi.

Pertanyaan kembali diulang, masihkah kita mau membaca lanjutan kisahnya, masihkah layakkah kita mengkajinya, mengkaji alam-alam diluar dimensi manusia ?.  Apakah dengan mengkajinya akan membuat kita semakin beriman ?. Ataukah malahan akan membuat kita semakin ingkar ?.

Jika memang dengan mengkaji dimensi ruang dan waktu ini akan semakin menambah keimanan kita kepada-NYA, maka  tidak mengapa. Sebab tidak sia-sialah jerih payah kita nanti. Hm baiklah kalau begitu,  marilah kita mengkajinya dengan sepenuh hati. Dengan senantiasa mengharap perlindungan-NYA, “Dengan atas Nama Allah yang Maha pengasih dan Penyayang “. Kajian ini terus akan dihantarkan. Insyaallah kita akan mengkaji  dan semoga akan semakin menambah keimanan kita. Amin.

bersambung..


Semoga Allah senantiasa memberikan daya agar penulis mampu menghantarkan kajiannya.

salam

arif



Komentar

  1. Neraka dan syorga...memang sudah tercipta.......sudah ada.... skrng keduanya disimpian / dihijab

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Spiritual, Misteri Selendang Langit (Bidadari) dan Kristal Bumi

Kisah Spiritual, Labuh Pati Putri Anarawati (Dibalik Runtuhnya Majapahit, 4-5)

Rahasia Simbol (Tamat). Siklus Yang Berulang Kembali