Kajian Ar Raja, Memahami Pengajaran Allah
Malam semakin menukik
berada diatas singgasana
Merajai kesunyian dan
kesenyapan yang nyata
Diam dalam khusuk jagad
semesta
Semakin terasa melenakan
jiwa dan raga
Sumringah senyum
membekas menggurat sisi langit
Jauh menerobos alam
malakut
Diam dan hening
Fana tak ada, resah
menjadi hampa
Dan suwung meliputi sang hamba
Dalam tiwikrama
asmarandhana
Butiran embun berkaca
diatas pucuk pucuk daun
Lembut terendus wangi fajar pagi
Tahajud menyusup rengkuhanNya
Bertasbih diantara alun
sang waktu
menjemput geriapnya
hidup
Sunyi terasa ramai sebab
iramanya begitu tartil
Tafakur hening dalam puja
dalam liputan kasih Nya
dalam tapa brata bersama
Nya
terasa langit satu dalam genggaman
duhai riuhnya sepiku..!
Subhanalloh 3x
(Riuhnya sepi by Arif
BU)
Kembali tak habis-habisnya mengenai rahsa. Pergulatan di jiwa. Ketika diri semakin
peduli danjiwa semakin halus. Semua menjadi seperti sebuah kidung. Angin
menjadi merdu penuh nada mendayu, langit bersama awan dan bintang-bintang menjadi pemandangan yang tak
habis dipujinya. Dan banyak kata mampu dituliskannya. Keindahan alam semesta
hadir di jiwa. Aneka warna dan rupa penuh pesona segalanya. Namun
kembalikannya, ketika nada kasar mengungkit jiwa, perihnya sangat terasa,
serasa menyakitinya.
Ketika menyaksikan ketidak adilan, ke dzoliman,
kemungkaran dan lainnya, terasa
sesak di dada menikam jantung. Begitu halusnya jiwa sehingga seakan menjadi seperti mudah tersakiti. Mudah trenyuh
melihat manusia dengan tingkah polahnya . Begitu nyata rahsanya, begitu
sedihnya melihat alam berserta isinya. Kesedihan alam , adalah kesedihan dirinya, kesedihan manusia adalah kesehariannya,
kesedihan yang semakin melangut, memaksanya untuk senantiasa tafakur,
mendekatkan diri kepada Nya, bersama Nya memaknai semua yang terjadi. Menyerap
semua pembelajaran dengan kontemplasi. Tiada tempat bertanya selain kepada Nya. Tiada tempat mengadu
selain kepada Nya. Berjalan dengan rahsa, akal dan pikirannya, mencoba memaknai hidup dan kehidupan ini.
Kinanthi,
kidung dan langgam tak
berwarna
aksara menjadi nyanyian
setiap kata menjadi
banyak makna
terurai dan tersebar
terbawa angin timur dan
barat
menyimpan pesan
dimana-mana tersimpan
kasih Nya
di setiap sudut ada
sayang Nya
dalam nada juga
ada iramanya
dalam tangis juga ada
tawanya
dalam halus juga ada
kerasnya
dalam siang juga ada
malamnya
dalam sepi juga
ada ramainya
semuanya dalam liputan
Nya
batu karang tetap tegar
meski ombak menerjang
namun jiwa tetap dalam
keadaannya
terbolak balik dalam
gamangnya
(Kidung senja by Arif
BU)
Menatap awan, masih saja sama dengan tiga puluh
tahun yang lalu. Menatap langit masih saja biru sebiru dahulu. Menatap laut,
masih dengan alun gelombangnya. Hutan, danau, sungai, dalam geriap kehidupan, melingkupi manusia.
Bumi masih saja ber putar, matahari masih bersama siangnya. Dan rembulan masih
bertengger diantara malam-malamnya. Sang waktu tetap berputar meski bagaimana
keadaamu. Adakah yang merisaukanmu lagi ?. Adakah yang menyedihkanmu?. Semua bertanya padaku.
Biru lautku, biru dalam
lagu
Bersama waktu, Langut
tak menentu
Setiap detik melangkah
adalah takdirmu
Bertanya lagi dengan
ragu
Jawabnya selalu ,
â€Å“saat ini adalah takdirmuâ€
Semua nyata, dan engkau tahu dengan indramu
Bukanlah esok atau yang
lalu
Begitu sang waktu
memberitahu
Apa lagi yang di tunggu
Berbuatlah semampumu
Rahsa hanya di detik
ini, hanya nafasmu
Selanjutnya kita tidak
tahu
Nikmatilah rahsa di
kesempatan kali ini
Bukan yang esok atau
nanti
Gembiramu hanya ada pada
detik ini
Sedihmu hanya ada pada
detik ini
Pujilah sang pencipta ,
karena rahsa itu nyata
Bersamamu, diantaramu
itulah nikmat yang
banyak
angin menasehatiku,
dengan kalimat itu
(Takdir by Arif BU)
Tak menunggu. Berkemas diri, bergegas berangkat
berpagi pagi, menyosong hari bersama lagi. Jiwa pasrah mengikuti kemana raga
membawanya pergi. Jiwa tidak meliar lagi. Setiap detik dalam hidup berarti
banyak dalam kehidupan ini. Detik ini adalah milikku,kesempatan bersama
rahsaku. Jiwa telah mengerti. Inilah yang Tuhan berikan padaku. Kesempatan telah diberikanNya.
Tinggal bagaimana aku, memaknai kesempatan dalam hidup. Berada dalam satu
tarikan nafas. Di kuatkan hati. Melangkah lagi, dengan bismillah.
Melangkah dalam sebuah
kepastian..
Melangkah dalam sebuah
keyakinan..
“Sesungguhnya, sholatku, ibadahku, hidupku dan
matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam”
Hikmah
Ujian dan Cobaan
Maka bukanlah
kamu yang membunuh mereka, melainkan Allah yang membunuh mereka dan bukanlah
engkau yang melempar ketika engkau melempar, akan tetapi Allah
jualah yang melempar (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan
untuk memberikan kemenangan kepada orang-orang Mukmin, dengan
kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui.
(QS. An Anfaal 17)
Sampai sudah ke penghujung muaranya.
Memaknai maunya Allah atas diri kita manusia. Memahami pengajaran Allah atas diri manusia. Pengajaran bagi manusia yang ber-Islam. Allah ingin memberikan
kemenangan untuk orang-orang mukmin. Memberikan kemenangan dunia akhirat kepada
kita umat Islam. Memberikan kemenangan yang baik, sebagaimana janji Allah sejak dahulu
hingga sekarang. Maka kemudian manusia di uji, maka kemudian umat Islam
mengalami ujian yang banyak. Semua di maksudkan agar manusia tunduk, berserah,
menanggalkan semua ego nya, kembali kepada fitrahnya. Kembali kepada Tuhannya.
Tiada daya upaya selain Allah. Maka menyerahlah. Wahai manusia , berserahlah
kepada maunya Allah. Inilah makna yang ingin disampaikan dalam
ujian-ujian atas manusia.
Begitu luar biasanya pengajaran Allah atas diri
manusia muslim. Di uji dengan balutan rahsa, dengan sudutan rahsa. Kita bisa
tertawa, menangis, kita bisa hysteria, atau bahkan terbahak-bahak. Mungkin kita
juga akan termangu tak percaya, kenapa bisa begini, kenapa bisa begitu. Inikah
takdir kita..?. Semua bertanya tak mengerti..?. Sehingga banyak umat
manusia yang kemudian ber paling ketika menghadapi pelbagai macam ujian dan
cobaan tersebut.
Memang begitu rumit memaknai semua cobaan. Ada
prasangka, ada persepsi, ada ego diri, Ada rahsa sesal, ada rahsa
kecewa, dan sejuta rahsa lainnya, dan banyak lainnya lagi. Maka
sungguh diri tak merasa, tak berasa jikalau itu adalah pengajaran bagi kita
umat muslim. Sebab kejadiannya begitu wajar, kejadiannya sangat natural. Ada
hukum sebab akibat, ada hukum kejadian dan lain sebagainya. Sehingga kita
nyaris tidak menyangka bahwa atas itu kita sedang diajari oleh Allah. Kita
sedang diajari, melalui pelbagai macam cobaan, melalui rahsa, melalui ketakutan,
kehilangan, kesenangan, dan apa saja di sekeliling kita. Tujuannya tidak lain
adalah agar kita ber serah atas maunya Allah. Tanpa reserve.
Allah menginginkan kita ber serah diri, Allah
menginginkan agar umat muslim, membuktikan ucapannya. Allah menginginkan agar
kita ber iman atas takdir-takdir kita. Percaya atas kasih
sayang Allah. Allah sedang berbuat yang terbaik untuk diri kita. Percayakah
kita..?. Ber Iman kah kita atas itu..?. Inilah dimensi ujian. Dimensi cobaan.
Maka jika kita di uji berserahlah, pasrahkan
segala urusan kepada Allah. Sungguh hal ini sesuatu yang sangat sulit di
lakukan oleh kita umat muslim. Disinilah letak perbedaannya, akan terjadi
filterisasi. Bagi orang yang yakin dan berserah, menyerahkan segala
urusan kepada Allah, maka dia akan selamat. Dia termasuk golongan yang ber
iman. Maka kebalikannya jika, dia tidak ber serah diri, malahan mencari
pertolongan kepada lainnya, kepada mahluk misalnya, maka perhatikan
saja, apa yang terjadi pada jiwanya.
Sama juga kejadiannya, bila manusia itu memohon
pertolongan kepada Allah. Namun dalam permohonannya itu dilakukan dengan
pamrih, dengan ‘riya’. Maka tetap tidak akan membawa perbaikan
kepada jiwanya. Perhatikanlah orang-orang yang berdoa hanya karena menginginkan
sesuatu, memohon hanya untuk dunianya saja. Ibadahnya hanya di maksudkan agar
Allah mengabulkan semua keinginannya. Perhatikanlah, jiwa-jiwa yang melakukan
hal seperti ini. Jiwa ini akan sombong dengan ibadahnya. Bagaimanakah
jika manusia menjadi sombong dalam imannya..?.
sekali lagi, Ujian tidak lain dimaksudkan agar
manusia pasrah saja dan berserah saja, jangan banyak membantah. Biarkan
Allah yang menyelesaikan segala urusan. Luruskan pikiran. Hanya ada Allah Tuhan
yang patut di sembah. Tiada apa-apa selain Allah. Semua terjadi karena kehendak
Allah. Memasrahkan dirinya untuk ikut maunya Allah. Berserah diri
agar digunakan Allah, diperjalankan Allah. Mengikuti maunya Allah. Bukankah
Allah sebaik-baiknya pembuat skenario. Maka manusia diharapkan dengan sadar
mengikuti skenario Allah. Maka perhatikanlah ayat berikut ini :
Maka bukanlah kamu yang membunuh mereka,
melainkan Allah yang membunuh mereka dan bukanlah engkau yang
melempar ketika engkau melempar, akan tetapi Allah jualah yang melempar (Allah
berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberikan
kemenangan kepada orang-orang Mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya
Allah Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui. (QS. An Anfaal 17)
Jika kita ikhlas memasrahkan diri kepada Allah.
Maka resepilah ayat tersebut, betapa Allah memuliakan mahluknya yang mau
diperjalankan, yang mau dan iklhas di gunakan dalam rencana-Nya, yang mau
digunakan sebagai alat-Nya, yang mau turut ambil bagian dalam skenario Allah,
untuk memberikan kemenangan kepada kaum muslimin.
Maka biarkanlah Allah yang melempar , biarkanlah
Allah yang membunuh. Biarkanlah Allah yang menyelesaikan segala urusan.
Biarkanlah Allah yang mengatur rencanaNya. Kita hanyalah hamba, kita hanyalah
wayang, kita hanyalah bidak catur, kita hanyalah alat, kita hanyalah manusia.
Allah hu Akbar 3x.
salam
Komentar
Posting Komentar